Mohon tunggu...
Oky Firman
Oky Firman Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa

I still learn to survive in the next level in my life, don’t give up and stay wake up

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Solusi: Pengembangan Pasar Landungsari, Tradisional Menjadi Semi Modern

28 Oktober 2022   08:34 Diperbarui: 28 Oktober 2022   08:37 386
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Foto: Pasar Landungsari

Pasar tradisional umumnya merupakan tempat transaksi antara pedagang dan pembeli yang berlangsung secara tatap muka atau face to face. 

Pasar sendiri menjadi tempat penting bagi masyarakat sebagai salah satu pendorong ekonomi disuatu daerah dan bisa dijadikan indikator kesejahteraan untuk daerah tersebut dari desa maupun kota. 

Selain menjadi sektor ekonomi penting, pasar juga menjadi tempat bertukar informasi secara masif dan menjadikan tempat lingkup sosial yang kental dengan adanya interaksi secara masif dan tidak terstruktur.

Dalam melancarkan kegiatan perekonomian pasar, pihak Desa Landungsari, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, akan melakukan pengembangan terhadap pasar. Dalam artian pasar Landungsari akan di perluas dibagian sektor selatan persis didepan pasar yang sekarang menjadi tempat parkir mobil. 

Namun dalam rencana pengembangan pasar harus ada langkah serius untuk studi kelayakan sosial yang bermaksud untuk mengetahui dampak apa saja yang akan diterima oleh masyarakat dari pengembangan tersebut. Sehingga dalam pengembangan pasar tidak boleh dianggap remeh oleh pemerintah setempat, dimana nilai masyarakat lebih penting ketimbang meraih profit desa semata.

Apakah Masyarakat Landungsari Setuju dengan Pengembangan Pasar?

Studi kelayakan sosial pengembangan pasar Landungsari dilakukan oleh mahasiswa dari Universitas Muhammadiyah Malang dengan kegiatan yang bertajuk seperti KKN namun dengan nama PMM (Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa) sebagaimana program tersebut menjadi kewajiban bagi mahasiswa, namun dengan ini para-mahasiswa akan bermitra dengan dosen dalam melakukan program sosial terhadap pengembangan pasar tersebut. Kelompok yang terdiri 2 Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yaitu Dr. Tutik Sulistyowati M.SI., dan Rachmad K Dwi Susilo, Ph.D dan 6 mahasiswa aktif program studi Sosiologi.

Dalam menjalankan program sosial untuk menggali informasi kedalam masyarakat dan mencari respon melalui door to door kepada ketua RT/RW ataupun tokoh yang dianggap penting dan berpengaruh, Landungsari yang terbagi menjadi tiga dusun yaitu Dusun Bendungan, Dusun Rambaan, dan Dusun Klandungan. 

Respon yang diberikan beragam ada yang setuju dan ada yang tidak peduli, jika dilihat dari hasil yang didapat bisa disimpulkan bahwa mayoritas warga landungsari menerima dengan pengembangan pasar. Namun perlu diingat bahwa ada problem yang harus diperhatikan.

Dengan adanya pengembangan pasar pasti tidak luput dengan permasalahan yang dihadapi, mulai dari permasalahan kebersihan, sanitasi, biaya sewa, kelayakan bedak, kemacetan, parkir, dll. Isu permasalahan tersebut harus menjadi titik fokus utama pihak pengembang, dimana cara agar isu-isu tersebut tidak didapatkan setelah program pengembangan tersebut tercapai. 

Rencana pengembangan dirasa sudah matang dengan konsep yang matang, namu transisi dari pasar tradisional ke pasar semi-modern ini akan menjadi sangat rawan akan kepercayaan masyarakat dan penjual terhadap efisiensi dan efektivitas yang di berikan oleh pengelola. Sehingga perlu juga sosialisasi kepada penjual untuk menggunakan metode pembayaran digital sebagai opsional dan memikirkan efisiensi waktu yang diberikan jika terjadinya pengembangan pasar tersebut.

Permasalahan Apa Saja yang Harus dihadapi?

Warga Landungsari terutama yang dekat dengan area pasar memiliki beberapa keluhan terhadap operasional pasar, terutama yang dialami adalah soal kebersihan sungai, kebisingan, dan kemacetan. Keluhan warga setempat menjadi alasan juga dengan adanya pengembangan terutama perihal kebersihan pasar sendiri. Kebersihan menjadi ciri khas pasar tradisional yang dinilai sangat kumuh dan tidak teratur, adapun persoalan kemacetan yang ditimbulkan dari operasional pasar.

Kemacetan menjadi momok paling menjengkelkan bagi warga setempat, karena yang terdampak efeknya bukan hanya pengguna pasar namun masyarakat lain yang menggunakan jalan tersebut juga terkena. Karena jalan menuju ke pasar Landungsari merupakan jalan alternatif yang menghubungkan desa Landungsari dengan desa Tlogomas, apalagi disaat pagi hari dimana aktivitas pasar dimulai dan bertepatan masyarakat berangkat kerja/kuliah/sekolah.

Bahkan ada seorang warga yang memberi saran kepada tim kelompok survei untuk menggunakan JPO atau Jembatan Penyebrangan Orang untuk penghubung antara pasar lama dengan yang baru, hal tersebut menggambarkan bahwa kemacetan yang ditimbulkan oleh aktifitas pasar sangat merugikan. 

Adapun persoalan kebersihan dan kapasitas bedak yang tidak mencukupi lagi, isu kebersihan menjadi hal yang wajar untuk sekelas pasar tradisional dan sudah menjadi identitas yang melekat dan juga persoalan overload pedagang yang membuka usaha di pasar Landungsari sehingga pasar yang sekarang dinilai sudah tidak layak untuk pedagang baru dan perlu dikembangkan.

Dalam program pengembangan pasar, bahwa pasar akan beroperasi sampai malam namun untuk malam akan di konsep seperti pasar malam dan juga dinilai sangat menguntungkan masyarakat setempat karena dirasa akan membuka lapangan pekerjaan baru. Dengan memaksimalkan potensi sumber daya yang ada, menjadikan program tersebut diterima oleh mayoritas masyarakat Landungsari sehingga dari faktor sosial menjadi jelas terarah yang akan menjadi bahan pertimbangan oleh desa maupun tim pengembang. Karena pasar Landungsari menjadi PAD desa, oleh karena itu desa bisa memaksimalkan pengembangan dengan mementingkan stakeholder yang bersangkutan terutama masyarakat desa itu sendiri.

Bagi masyarakat desa Landungsari, bahwa pasar Landungsari merupaka aset penting desa sebagai pemberi manfaat pada aktivitas perekonomian desa, karena banyak penjual dari luar desa dan maupun pembeli dari luar desa bahkan luar kecamatan. Semoga dengan pengembangan pasar dan survei yang dilakukan oleh mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang menjadi berjalan dengan lancar dan dapat menjadi bahan pertimbangan berupa data masukan kepada tim pengembang dan pemerintahan terkait, terutama kepada Pemerintah Desa Landungsari. Sebagai referensi pembaca terkait kondisi Pasar Landungsari sekarang sehingga bisa dijadikan bahan penelitian maupin riset.

Ditulis oleh: Oky Firman Wahyudi, Mahasiswa Program Studi Sosiologi FISIP Universitas Muhammadiyah Malang

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun