Mendaki gunung merupakan kegiatan yang sangat ketagihan bagi para pendaki, karena kegiatan ini salah satu kegiatan di alam bebas yang menawarkan keindahan alam yang eksotis dan juga memerlukan fisik yang prima. Untuk para pendaki/traveler yang gemar naik gunung, Gunung Ciremai merupakan salah satu pilihan yang menarik untuk dicoba. Gunung Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat dengan ketinggian 3078 mdpl. Secara administratif, Gunung Ciremai terletak di Kabupaten Cirebon, Kuningan dan Majalengka. Gunung Ciremai masuk ke dalam kawasan Taman Nasional Gunung Ciremai dan mempunyai luas total sekitar 15.000 hektar. Puncak gunung Ceremai dapat dicapai melalui banyak jalur pendakian. Akan tetapi yang populer dan mudah diakses adalah melalui Desa Palutungan dan Desa Linggarjati di Kab. Kuningan, dan Desa Apuy di Kab. Majalengka. Satu lagi jalur pendakian yang jarang digunakan ialah melalui Desa Padabeunghar di perbatasan Kuningan dengan Majalengka di utara. Nama gunung ini berasal dari kata cereme (Phyllanthus acidus, sejenis tumbuhan perdu berbuah kecil dengan rada masam), namun seringkali disebut Ciremai, suatu gejala hiperkorek akibat banyaknya nama tempat di wilayah Pasundan yang menggunakan awalan 'ci-' untuk penamaan tempat. Kali ini adalah pengalaman saya mendaki Gunung Ciremai melalui jalur Palutungan, Kuningan. Di pagi hari yang cerah. Setelah semuanya perlengkapan selesai di packing lalu kami langsung berangkat menuju palutungan. Perjalanan dari kuningan kota menuju Palutungan ditempuh dalam waktu hingga 15 menggunakan mobil. Setelah sampai kami membeli tiket masuk kawasan. Kami bersiap untuk mendaki gunung tertinggi di Jawa Barat ini. Sebelum mulai mendaki kami tak lupa berdoa agar pendakian ini berjalan dengan aman dan selamat. Jalan menuju pos pertama dari kantor Resort Cigugur cukup jauh, menanjak dan cukup panjang. kami lanjutkan untuk mencapai pos pertama yaitu Cigowong. Cigowong adalah pos terakhir yang memiliki aliran/mata air dikarenakan letaknya yang berada di lembahan. Pendakian Gunung Ciremai menuntut manajemen air yang efektif karena sulitnya mendapatkan sumber air. Maka dari sinilah kami harus mengisi derigen derigen dari pos ini. Dari pos satu menuju pos Cigowong memakan waktu tempuh dua jam. Medan perjalanan antar pos ini didominasi oleh jalan yang menanjak, menuruni lembahan dan kembali naik ke punggungan. Cukup menantang untuk mendaki gunung tertinggi ini. Setelah istirahat sejenak di cigowong kami segera kami bereskan perlengkapan kami dan melanjutkan pendakian. Pos selanjutnya adalah Kuta yang berketinggian 1575 mdpl dan cukup ditempuh dengan waktu 20 menit saja. Perjalanan kami berlanjut hingga Pos Pangguyangan Badak yang berada di ketinggian 1800 mdpl. Jalan yang cukup landai dan memutar cukup membuat kami lelah. Walaupun demikian, kami terus melanjutkan pendakian hingga pos selanjutnya yaitu Pos Arban. Di pos yang berada di ketinggian 2050, kami beristirahat sebentar untuk bersiap menaiki "tanjakan asoy". Pos Arban ini berada di bawah punggungan "tanjakan asoy" dan kami harus menaiki jalan yang sangat terjal. Dari nama posnya sudah terbayang bagaimana cara menempuh "tanjakan asoy" ini. Di tanjakan asoy ini, kami sangat bersemangat untuk melintasi jalur yang menanjak ini dan akhirnya kami sampai di Pos Pesanggrahan yang berada di ketinggian 2200 mdpl. Setelah itu kami lanjutkan lagi perjalan ke Pos Sanghyang Ropoh. Di situ kami beristirahat dan menyiapkan makan untuk melakukan summit attack dini hari nanti. Di tengah dinginnya malam, kami akan summit attack ke Puncak Gunung Ciremai. Perjalanan di tengah gelap gulitanya hutan, kami tidak lupa membawa headlamp dan senter sebagai sumber cahaya kami. Cuaca cukup cerah walaupun dinginnya udara menusuk menembus kulit. Setelah Pos Sanghyang Ropoh di ketinggian 2650 mdpl, jalur pendakian didominasi oleh batuan yang licin dan rawan terpeleset. Jalur pendakian juga cukup sempit dan merupakan bekas aliran lava Gunung Ciremai saat masih aktif. Satu jam mendaki, kami mencapai pos sebelum Goa Walet yaitu Simpang Apuy. Simpang Apuy merupakan pertemuan dua jalur pendakian Gunung Ciremai yaitu jalur Palutungan di Kuningan dan jalur Apuy di Majalengka. Di tengah dinginnya malam, pendakian kami lanjutkan menuju Goa Walet. dimana saya disana terkena hiportemmia sehingga harus menghentikan sejenak untuk menghangatkan tubuh saya, setelah itu kami melanjutkan perjalanan, batu-batuan besar di tengah jalur membuat anggota tim berhati-hati dalam melangkah agar menghindari resiko cedera. Kemiringan jalur yang sangat curam dan makin tipisnya oksigen membuat nafas terengah-engah. Pukul menunjukan pukul 01.00 kami langsung menuju Puncak Gunung Ciremai dan tak berlama-lama cukup dengan 45 menit pendakian dengan jalur yang cukup curam dan dipenuhi batuan akhirnya kami berhasil mencapai puncak. diamana pagi hari matahari perlahan muncul dengan indahnya, pemandangan yang menakjubkan saya dapati ketika berada di puncak. Sejauh mata memandang, saya dapat melihat Laut Jawa dan jejeran Gunung Slamet, Sumbing dan Sindoro. Sungguh pemandangan yang sangat indah ditemani matahari terbit di timur.
Yang paling menabjukannya yaitu ketika awan ada di bawah mata kaki saya yang biasanya melihat awan ke atas tetapi di puncak saya melihat awan tidak perlu melihat ke atas tetapi hanya melihat ke bawah. Dan cuaca yang cerah membayar semua kelelahan ini. Di Puncak Gunung Ciremai ini juga terdapat dua kawah biru di tengah kaldera yang menambah indahnya panorama. Terlihat banyak pendaki yang juga menikmati suasana di Puncak Gunung Ciremai dan juga pendaki yang membuat camp di puncak. Dimana sensasi di puncak gunung bagi Anda kaum pendaki gunung yang selalu menjadikan pencapaian puncak gunung adalah sebuah obsesi. Tentu obsesi tersebut harus dibayar dengan kelelahan fisik dan juga mental yang luar biasa. Belum lagi suhu dingin yang terus menerpa yang tak biasa Anda rasakan di kehidupan keseharian. Namun semua itu sirna tatkala pemandangan indah yang hanya bisa disaksikan pada ketinggian ribuan meter di atas permukaan laut tersua di depan mata. Seperti yang ada di film 5cm Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak berbuat dari biasanya, mata yang akan menatap lebih banyak dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas. Lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja. Dan hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya. Serta mulut yang akan selalu berdoa.Taruh mimpi-mimpi kamu, cita-cita kamu, keyakinan kamu, apa yg kamu mau kejar. Kamu taruh di sini jangan menempel di kening. Mungkin kata kata ini belum bisa dibuktikan jika kalian tidak mencobanya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H