Novel Tragedi Pedang Keadilan menyajikan kisah yang begitu dekat dengan realita. Dikemas dengan plot yang menegangkan dan karakter yang kompleks, Keigo Higashino berhasil membuat pembaca ikut kesal dan marah dengan sang pembunuh.
Di sisi lain, pembaca juga bisa merasakan rasa sedih yang mendalam terhadap Nagamine yang kehilangan putrinya. Karakter Nagamine digambarkan dengan sangat realistis. Sebagai seorang ayah sekaligus orang tua tunggal, maka wajar jika dia merasa kehilangan dan memiliki keinginan untuk membalas dendam. Apalagi diketahui bahwa penjahatnya masih di bawah umur dan hukum pidana anak di Jepang tidak berpihak pada korban.
Tragedi Pedang Keadilan juga menyoroti peran orang tua dalam mendidik anaknya. Penyebab anak menjadi nakal tidak terlepas dari pola asuh dan lingkungan keluarga.
Menariknya, kita bisa melihat kasih sayang orang tua dalam dua sudut pandang yang berbeda. Dalam novel ini, meski Atsuya, Kaiji, dan Makoto bersalah, orang tua mereka tetap menyangkal dan berusaha melindungi anaknya dari hukum pidana.
Novel ini juga menyinggung tentang kelemahan sistem hukum pidana di Jepang bagi pelaku di bawah umur. Seperti yang kita tahu, jika pelaku kejahatan masih di bawah umur maka mendapat hukuman yang ringan, bahkan sekadar rehabilitasi.
Hal tersebut dianggap sebagai kenakalan remaja sehingga dengan direhabilitasi diharapkan mereka berubah dan bisa kembali ke masyarakat. Padahal kejahatan remaja juga bisa berubah menjadi sesuatu perbuatan yang keji.
Tragedi Pedang Keadilan mengangkat isu sosial yang sangat penting, yaitu kejahatan seksual terhadap anak dan keadilan bagi korban kejahatan. Isu ini masih relevan dan perlu menjadi perhatian bersama.
Keigo Higashino berhasil membangun plot yang menegangkan. Alur cerita yang dibangun sangat rapi dan penuh kejutan. Ada beberapa karakter yang tidak disangka-sangka muncul sehingga membuat cerita lebih menarik. Beberapa plot twist kecil membuat pembaca semakin emosi dan penasaran dengan kelanjutannya.
Kekurangan Buku
Novel Tragedi Pedang Keadilan mengangkat isu yang cukup berat sehingga kurang cocok untuk pembaca di bawah umur. Isu tentang kekerasan seksual, kenakalan remaja, dan pembunuhan mungkin cukup sensitif bagi beberapa pembaca.
Novel ini mengandung adegan kekerasan dan seksual yang cukup eksplisit. Ada beberapa adegan kekerasan dan pembunuhan yang ditulis dengan sangat detail sehingga membuat pembaca kurang nyaman.
Sebagian pembaca mungkin merasa bahwa akhir cerita agak membingungkan dan membuat bertanya-tanya. Namun, ini yang membuat cerita semakin menarik. Mungkin Keigo Higashino selaku penulis ingin pembaca merenungkan tentang arti keadilan.