Mohon tunggu...
Oktiani Endarwati
Oktiani Endarwati Mohon Tunggu... Lainnya - Penulis

Manusia yang ingin terus belajar.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Dampak Buruk Multitasking: Otak Capek, Produktivitas Terganggu

7 November 2024   11:43 Diperbarui: 7 November 2024   11:47 23
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Multitasking memiliki dampak buruk bagi otak. (Foto: Freepik)

Multitasking menjadi pilihan banyak orang untuk menyelesaikan lebih dari satu tugas pada waktu yang bersamaan. Kemampuan untuk "berpindah-pindah" dari satu tugas ke tugas lain dianggap sebagai keahlian yang harus dimiliki di era yang serba cepat ini.

Hal itu ditambah dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga memungkinkan kita mengerjakan banyak hal sekaligus. Kita dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan menyelesaikan berbagai tugas yang kompleks dalam satu waktu.

Namun, kebiasaan multitasking ini justru bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Alih-alih meningkatkan produktivitas, multitasking justru bisa membuat kita menjadi kurang fokus.

Secara umum, multitasking memang menjadi metode yang menghemat waktu. Namun, ketika mencoba menyesuaikan tugas yang berbeda dalam periode waktu yang sama, otak akan menjadi sulit fokus dan margin kesalahan meningkat.

Mengutip dari buku DNA Sukses Mulia karya Farid Poniman dan Indrawan, otak manusia tidak dirancang untuk bekerja maksimal dengan ber-multitasking. Ketika dua tugas bertabrakan, otak harus menekan satu tugas yang sudah dikuasai dengan baik sehingga bisa dilakukan secara otomatis.

Seorang ahli neurologi dari Massachusetts Institute of Technology, Profesor Earl Miller menemukan bahwa otak bukan melakukan multitasking, melainkan melakukan switching secara cepat di antara tugas-tugas yang dihadapinya. Dampaknya, aktivitas ini memberikan stres yang jauh lebih besar pada otak.

Lantas, apa penyebab seseorang melakukan multitasking? Mengapa banyak orang tetap melakukannya? Bagaimana dampak multitasking terhadap kinerja otak?

Mengapa Kita Terjebak dalam Multitasking?

Memasak sambil menonton drama Korea, membalas email sambil mengikuti rapat, berbicara di telepon saat mengemudi, hingga membahas topik yang berbeda saat mengerjakan sebuah proyek. Itu semua adalah multitasking yang bisa menurunkan produktivitas.

Lalu, kenapa kita bisa terjebak dalam multitasking?

1. Waktu yang Terbatas

Tekanan untuk menyelesaikan banyak tugas dalam waktu singkat sering kali membuat kita tergoda untuk melakukan multitasking. Dengan cara ini, kita berharap bisa menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat.

Realitanya tidak selalu seperti itu. Multitasking justru bisa membuat kita semakin kewalahan dan rentan terhadap kesalahan.

2. Kebiasaan yang Sulit Diubah

Multitasking sering kali menjadi kebiasaan yang sulit diubah. Hal ini bisa terjadi jika sejak kecil terbiasa melakukan banyak hal sekaligus. Kebiasaan ini kemudian terbawa hingga dewasa dan sulit untuk dihilangkan.

3. Percaya Dapat Meningkatkan Produktivitas

Banyak orang menganggap multitasking sebagai tanpa produktivitas. Mereka berpikir bahwa dengan melakukan banyak hal sekaligus bisa menyelesaikan lebih banyak pekerjaan. Hal itu dianggap lebih efisien. Kenyataannya tidak selalu demikian. Multitasking justru bisa menurunkan kualitas pekerjaan dan membuat kita lebih mudah merasa lelah.

Dampak Buruk Multitasking

1. Menurunkan Produktivitas

Multitasking akan memperlambat kita menyelesaikan pekerjaan, bahkan memperbesar kemungkinan kita melakukan kesalahan. Saat kita beralih dari satu tugas ke tugas lain, otak membutuhkan waktu untuk beradaptasi dan kembali fokus.

2. Menurunkan Performa Otak

Mengutip dari buku Seni Sukses yang ditulis Meltem Toker, multitasking tidak hanya merusak fungsi fokus otak, tetapi juga memengaruhi tingkat IQ. Menurut penelitian University of London, tingkat IQ mereka yang terus multitasking bisa turun ke level yang sama dengan orang yang kecanduan. Hal ini juga membuat otak lelah dengan tugas-tugas kompleks.

3. Stres Meningkat

Multitasking bisa meningkatkan stres karena otak terus-menerus bekerja keras. Stres terjadi karena pekerjaan yang menumpuk. Stres bisa mengakibatkan depresi, kecemasan, dan masalah kesehatan lainnya.

4. Kualitas Kerja Menurun

Multitasking juga bisa menyebabkan kualitas pekerjaan yang menurun. Karena terburu-buru dan kurang fokus, pekerjaan yang kita hasilkan cenderung kurang berkualitas. Misalnya, kesalahan dalam membuat laporan, typo, atau kurang maksimal dalam presentasi.

5. Hubungan Sosial Terganggu

Kebiasaan multitasking bisa membuat kemampuan sosial seseorang menjadi berkurang. Hal ini karena saat kita sibuk multitasking, kita cenderung kurang memperhatikan orang-orang di sekitar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun