Multitasking menjadi pilihan banyak orang untuk menyelesaikan lebih dari satu tugas pada waktu yang bersamaan. Kemampuan untuk "berpindah-pindah" dari satu tugas ke tugas lain dianggap sebagai keahlian yang harus dimiliki di era yang serba cepat ini.
Hal itu ditambah dengan perkembangan teknologi yang sangat pesat sehingga memungkinkan kita mengerjakan banyak hal sekaligus. Kita dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan menyelesaikan berbagai tugas yang kompleks dalam satu waktu.
Namun, kebiasaan multitasking ini justru bisa menjadi bumerang bagi diri sendiri. Alih-alih meningkatkan produktivitas, multitasking justru bisa membuat kita menjadi kurang fokus.
Secara umum, multitasking memang menjadi metode yang menghemat waktu. Namun, ketika mencoba menyesuaikan tugas yang berbeda dalam periode waktu yang sama, otak akan menjadi sulit fokus dan margin kesalahan meningkat.
Mengutip dari buku DNA Sukses Mulia karya Farid Poniman dan Indrawan, otak manusia tidak dirancang untuk bekerja maksimal dengan ber-multitasking. Ketika dua tugas bertabrakan, otak harus menekan satu tugas yang sudah dikuasai dengan baik sehingga bisa dilakukan secara otomatis.
Seorang ahli neurologi dari Massachusetts Institute of Technology, Profesor Earl Miller menemukan bahwa otak bukan melakukan multitasking, melainkan melakukan switching secara cepat di antara tugas-tugas yang dihadapinya. Dampaknya, aktivitas ini memberikan stres yang jauh lebih besar pada otak.
Lantas, apa penyebab seseorang melakukan multitasking? Mengapa banyak orang tetap melakukannya? Bagaimana dampak multitasking terhadap kinerja otak?
Mengapa Kita Terjebak dalam Multitasking?
Memasak sambil menonton drama Korea, membalas email sambil mengikuti rapat, berbicara di telepon saat mengemudi, hingga membahas topik yang berbeda saat mengerjakan sebuah proyek. Itu semua adalah multitasking yang bisa menurunkan produktivitas.
Lalu, kenapa kita bisa terjebak dalam multitasking?
1. Waktu yang Terbatas
Tekanan untuk menyelesaikan banyak tugas dalam waktu singkat sering kali membuat kita tergoda untuk melakukan multitasking. Dengan cara ini, kita berharap bisa menyelesaikan semua pekerjaan dengan cepat.