Bullying atau perundungan di sekolah merupakan masalah serius yang dapat mempengaruhi kesehatan mental dan emosional anak-anak. Sekolah yang seharusnya menjadi tempat aman dan menyenangkan untuk belajar dan bersosialisasi malah meninggalkan trauma bagi anak.
Bullying bisa berupa fisik, verbal, maupun sosial. Tindakan kekerasan ini biasanya dilakukan secara berulang-ulang terhadap seseorang dengan tujuan menyakiti atau mengintimidasi.
Isu bullying di sekolah perlu mendapatkan perhatian serius. Para guru, orang tua, anak-anak, dan lingkungan harus bekerja sama menciptakan lingkungan belajar yang aman dan mendukung.
Untuk lebih memahami mengenai bullying di sekolah, berikut tanda-tanda yang bisa kita kenali dan dampak negatif yang ditimbulkannya.
Mengenal Bentuk-Bentuk Bullying di Sekolah
Bullying adalah perilaku agresif yang dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang terhadap individu atau kelompok. Bullying ditujukan untuk menyakit atau merendahkan orang lain.
Bullying di lingkungan sekolah dapat terjadi dalam berbagai bentuk. Pertama, bullying fisik merupakan bentuk bullying yang paling nyata dan melibatkan kekerasan secara langsung terhadap tubuh korban seperti memukul, menendang, hingga merusak barang milik korban.
Kedua, bullying verbal yang menggunakan kata-kata untuk melecehkan atau merendahkan korban. Tindakan kekerasan ini memang sulit terdeteksi oleh pihak sekolah karena tidak ada bukti fisik. Namun, dampaknya bisa sangat serius. Bullying verbal bisa berupa kata-kata kasar, ejekan, menghina penampilan fisik, hingga ancaman dan penghinaan yang merendahkan martabat korban.
Ketiga, bullying sosial yang bertujuan merusak reputasi sosial orang lain. Bentuk bullying sosial bisa berupa penyebaran fitnah, pengucilan, menjelek-jelekkan, yang bisa menyebabkan korban terisolasi dan kehilangan rasa percaya diri.
Keempat, cyberbullying yang melibatkan penggunaan media sosial, pesan teks untuk menghina korban. Pelaku bisa menyebarkan gambar atau informasi pribadi tanpa izin.
Kelima, bullying psikologis yang bisa membuat korban mengalami kecemasan dan gangguan stres pascatrauma.