Seperti apa standar kecantikan? Rasanya setiap perempuan memiliki jawaban yang berbeda-beda.
Kata "cantik" sebenarnya sangat berkaitan dengan perempuan. Sudah jelas bahwa cantik adalah milik perempuan. Maka, perempuan pasti cantik.
Lalu, siapa yang menciptakan standar kecantikan?
Standar kecantikan tidak bisa diseragamkan. Hal ini karena setiap orang punya keunikan sendiri. Definisi cantik yang kita buat belum tentu sama dengan orang lain.
Standar kecantikan juga tidak menjadi patokan apakah seseorang cantik atau tidak. Namun, media sosial saat ini telah menjadi cermin raksasa untuk merefleksikan standar kecantikan yang sering kali tidak realistis.
Adanya filter ajaib telah menciptakan sebuah dunia di mana semua orang tampak sempurna. Kulit mulus, tubuh yang ideal, hidung mancung, bibir tipis menjadi standar yang sulit untuk dicapai.
Tanpa sadar, media sosial juga sering kali menyajikan standar kecantikan yang hanya menampilkan satu jenis keindahan saja. Mereka yang merasa tidak sesuai dengan standar tersebut merasa terpinggirkan.
Sebenarnya, standar kecantikan itu tidak ada salahnya. Mungkin sebagian orang di luar sana setuju dengan standar kecantikan yang ada. Ada juga yang tidak suka dengan standar kecantikan tersebut selama kita menganggapnya tidak terlalu penting.
Di sisi lain, media sosial juga memiliki sisi positif dalam membentuk standar kecantikan. Alih-alih terjebak dalam perbandingan yang tidak sehat, standar kecantikan yang tinggi mendorong perempuan untuk lebih memperhatikan perawatan diri, seperti skincare, makeup, dan fashion.
Media sosial juga menciptakan komunitas-komunitas di mana perempuan saling mendukung dan berbagi pengalaman. Tentu ini dapat meningkatkan rasa percaya diri.