[caption id="attachment_325594" align="aligncenter" width="300" caption="gambar saya 1"][/caption]
“Menggambar itu susah!” “Ah, ga bakat gambar.” “Ini bukan gambar kali. Cuma corat-coret ga jelas.” Mungkin itulah alasan sejuta umat mengapa mereka tidak mau menggambar. Padahal menggambar itu menyenangkan loh. Lewat menggambar kita bisa melatih kreativitas. Yaa, hitung-hitung olahraga otot tangan dan jari. Apa sih yang membuat menggambar itu susah? Malas? Ga bakat? Takut dibilang jelek? Ga punya ide? Yap. Di mana-mana mendapatkan ide atau inspirasi tidaklah mudah. Tapi jangan jadikan itu alasan yaa.
Kalau lagi bengong atau senggang, daripada ga bermanfaat mending iseng-iseng corat-coret di kertas. Lumayan lemesin jari sekalian meluapkan emosi. Itulah yang saya lakukan meski tidak sering. Setelah menggambar ada perasaan puas dan senang, apalagi kalau gambarnya sudah diberi warna. Menggambar tidak harus bagus. Kalau mau bagus yaa itu sudah ahli namanya.
Sebenarnya menggambar sudah lama dipelajari oleh manusia sejak zaman purba untuk berkomunikasi. Saat mereka belum mengenal aksara, mereka menggambar di gua-gua. Sekarang orang-orang beranggapan bahwa mengambar itu kerjaannya seniman, ga jauh dari lukisan. Menggambar harus sebagus kartun di televisi atau manga Jepang. Menggambar itu kerjaannya orang-orang kreatif yang pake komputer. Padahal menggambar tidak harus seperti itu. Menggambar bisa dipelajari sama halnya seperti belajar membaca, menulis, menyanyi, bersepeda. Tinggal bagaimana kita melatihnya hingga level teratas.
Terus, apa sih manfaat menggambar? Banyak! Selain lemesin jari-jari tangan, menggambar juga bisa meningkatkan kreativitas. Kita akan mencari ide-ide unik untuk digambar. Ga mungkin kan udah gede tapi masih ada gambar gunung dua dengan sawah dan rumah? Menggambar juga membuat kita melatih kesabaran loh. Bayangkan, berapa kali kita menghapus kemudian menggoreskan pensil di atas kertas, hapus lagi, coret lagi, berulang-ulang hingga jadilah gambar bagus. Setelah jadi, tentu kita merasa puas dan bangga dengan karya sendiri. Selain itu, menggambar juga bikin PD. Banyaknya media sosial membuat kita mudah untuk menyebarkan gambar kita dan minta pendapat dari banyak orang. Secara ga langsung, kita juga bisa memperbanyak teman yang mempunyai hobi gambar.
Saya pribadi lebih suka gambar manga Jepang, meski tidak bagus tapi saya puas. Berikut hasil gambar saya yang sudah di-upload di instagram.
[caption id="attachment_325595" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar saya 2"]
[caption id="attachment_325597" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar saya 3"]
[caption id="attachment_325599" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar saya 4"]
[caption id="attachment_325600" align="aligncenter" width="300" caption="Gambar saya 4 *kucing*"]
Sederhana, yang penting adalah berani seperti kata Wahyu Aditya, founder dan CEO of HelloMotion, HelloFest, KDRI dan penulis buku Sila ke 6: Kreatif Sampai Mati! Melalui twitter pribadinya, dia memopulerkan hastag #BeraniMenggambar. Waktu itu saya berkesempatan untuk mewawancarai mas Wahyu untuk keperluan tulisan Gensindo di koran Sindo. Sedikit mengutip kata-katanya, menggambar itu sama pentingnya dengan ilmu matematika dan ilmu pasti. Karena menggambar itu kita belajar konsistensi, belajar mengukur tanpa penggaris, belajar berimajinasi, belajar memetakan konsep, belajar komunikasi. Oleh karena itu, melalui #Berani Menggambar Wahyu Aditya ingin generasi sekarang tidak lagi menganggap menggambar itu sesuatu yang susah.
Bagaimana dengan memunculkan ide-ide untuk menggambar? Gampang saja. Ide bisa didapatkan di mana saja. Banyak baca buku, koran, internet, nonton kartun, anime, dan masih banyak lagi.
Oktiani Endarwati
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H