Mohon tunggu...
Okti Vita
Okti Vita Mohon Tunggu... Lainnya - Just a ordinary people

Hanya orang biasa

Selanjutnya

Tutup

Film

Review Film Survival Family (2016)

9 Mei 2022   19:13 Diperbarui: 9 Mei 2022   19:14 2838
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Beberapa hari yang lalu aku direkomendasikan teman sebuah film yang berjudul Survival Family. Survival family merupakan film yang berasal dari Jepang dan dirilis pada tahun 2016. Film ini dibintangi oleh Fumiyo Kohinata sebagai kepala keluarga dan karyawan kantor bernama Yoshiyuki Suzuki,Mitsue Suzuki (Eri Fukatsu) , Kenji Suzuki (Yuki Izumisawa) sebagai anak laki-laki dan Yui Suzuki (Wakana Aoi) sebagai anak perempuan mereka.

Film ini dimulai dengan aktivitas normalsebuah keluarga yang tinggal di Tokyo. Disini terlihat bahawa film ini menceritakan kehidupan kita di masa sekarang , dimana orang tidak bisa mengolah makanan organik , tidak bisa tanpa gadget dan sibuk dengan urusan masing-masing.
Hingga suatu hari terjadi pemadaman listrik tanpa pemberitahuan terlebih dahulu. Orang-orang yang biasanya menggunakan lift untuk turun ke lantai bawah terpaksa menggunakan tangga darurat. Tidak hanya itu , saat sang ayah (Suzuki) pergi ke stasiun untuk berangkat kerja, ternyata keadaan di stasiun pun sama , kereta tidak bisa digunakan. Seketika orang-orang yang terlambat bekerja pun menjadi panik , tapi semua alat transportasi semua mati , dan hanya bisa menggunakan sepeda atau jalan kaki.
Pada mulanya orang-orang mengira bahwa pemadaman listrik ini hanya terjadi sekitar satu atau dua hari. Tapi ternyata , pemadaman ini berlangsung hingga satu minggu. Keadaan pun semakin menakutkan , karena banyak yang kekurangan air, saluran telepon tidak bisa dugunakan ,  hingga makanan pun menjadi barang yang langka.

Ayah Suzuki yang saat itu sudah diliburkan bekerja , karena memang semua pekerjaan tidak bisa dikerjakan tanpa menggunakan listrik , memutuskan untuk pergi ke kampung halaman istrinya di Kagoshima. Dimana itu merupakan daerah pedesaan yang masih mempunyai sumber mata air alami.

Yui Suzuki yang pada mulanya menolak pergi akhurnya pun mau juga. Tujuan mereka yang pertama adalah bandara, dengan menggunakan sepeda mereka pergi ke bandara , tetapi hal yang sama pun terjadi , kegiatan bandara pun juga berhenti total. Ketika sedang berdiskusi tentang perjalanan yang akan ditempuh , tiba-tiba sang Ayah mendengar bahwa di Osaka tidak terjadi pemadaman listrik. Yang awalnya tujuan mereka ke desa pun berubah menjadi ke Osaka karena jaraknya yang lebih dekat.


Di perjalananpun banyak menjumpai orang-orang yang seperti mereka (mencari sumber mata air) . Mereka juga sering menukarkan barang hanya untuk mendapatkan sebotol air mineral , menjarah toko-toko bahkan ada yang mencuri air mineral demi bayinya agar bertahan hidup.

Sesampainya mereka di Osaka , ternyata disana pun juga terjadi pemadaman listrik. Sempat terjadi konflik di keluarga ini , karena merasa kesal dengan sang ayah. Selang beberapa saat mereka melihat orang-orang sedang memanggang ikan yang ditangkap dari wahana akuarium. Tapi sayangnya , mereka kehabisan olahan ikan itu.

Akhirnya mereka memutuskan melanjutkan perjalanan mereka ke Kaghosima. Selama dalam perjalanan mereka menahan lapar dan haus karena memang persediaan makanan dan air mineral mereka sudah habis.
Ketika sedang beristirahat mereka melihat seekor babi yang sedang mencari makan , seketika juga mereka menangkap babi itu. Tidak lama kemudian datanglah pemilik babi itu yang menawarkan tempat tinggal sementara untuk mereka , dengan imbalan mereka harus membantu sang pemilik babi untuk menangkap babi- babinya yang lepas karena pagar listriknya mati juga.

Mereka pun setuju , setelah hampir satu bulan mereka tidur di luar akhirnya bisa merasakan tempat tidur kembali. Mereka tinggal disitu dalam beberapa hari , selanjutnya mereka meneruskan perjalanan ke Kaghosima.

Di dalam perjalanan yang tinggal sebentar lagi ini mereka sempat kehilangan sang ayah Suzuki karena terseret aliran sungai pada saat menyeberangi sungai. Sampai akhirnya mereka bisa berkumpul lagi dan sampai di Kaghosima.

Padamnya listrik ini ternyata membawa pengaruh besar bagi mereka. gaya hidup mereka pun berubah drastis dan menjadi keluarga yang lebih harmonis. Film ini banyak sekali nilai-nilai yang disampaikan , tentang bagaimana cara bertahan hidup , mengesampingkan ego , dan cara menghargai satu sama lain.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun