PRAGMATIK : MENGUNGKAP MAKNA DI BALIK KATA DALAM SETIAP PERCAKAPAN
Pernahkah Anda merasa bingung ketika seseorang mengatakan sesuatu yang tampaknya sederhana, tetapi memiliki makna yang lebih dalam atau bahkan berbeda dari apa yang tampak di permukaan? Atau mungkin Anda pernah terlibat dalam percakapan di dunia maya yang berakhir dengan salah paham meskipun tidak ada yang berbicara dengan niat buruk? Di sinilah pragmatik memainkan peran yang sangat penting. Memahami aspek pragmatik membantu untuk menghindari kesalahpahaman dan membangun hubungan yang lebih harmonis di tengah keberagaman.
Pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang berfokus pada bagaimana konteks memengaruhi makna sebuah ujaran. Dalam komunikasi sehari-hari, kita tidak hanya berbicara untuk menyampaikan informasi secara langsung, tetapi juga bergantung pada konteks sosial, budaya, dan situasi tertentu yang memberi warna pada pesan kita. Tanpa pemahaman pragmatik, kita akan kesulitan memahami makna yang sebenarnya dari apa yang dikatakan orang lain. Pragmatik juga memiliki peran yang signifikan dalam menjembatani perbedaan budaya dan bahasa. Dalam komunikasi lintas budaya, sering kali terjadi perbedaan dalam cara memahami makna di balik ujaran tertentu yang berpotensi memunculkan miskomunikasi.
Sebagai contoh, ketika seseorang berkata "Saya rasa kamu harus mencoba ini" kalimat ini bisa berarti sebuah saran, atau bahkan bisa jadi merupakan ajakan untuk melakukan sesuatu lebih spesifik, tergantung pada siapa yang mengatakannya dan dalam situasi apa. Tanpa mempertimbangan faktor-faktor ini, kita mungkin akan kehilangan makna yang ingin disampaikan. Pemahaman terhadap konteks menjadi kunci untuk menghindari salah interpretasi seperti ini.
Pentingnya pragmatik terasa lebih jelas lagi di dunia digital saat ini. Di media sosial, kita sering kali berkomunikasi dengan kata-kata yang terbatas, tanpa ekspresi wajah atau intonasi suara untuk memberi petunjuk pada makna yang lebih dalam. Sebuah komentar atau postingan bisa memiliki makna yang sangat berbeda tergantung pada konteks percakapan atau hubungan antar individu. Misalnya, sebuah kalimat yang terlihat lucu bisa saja menyinggung perasaan seseorang jika tidak dilihat dalam konteks yang tepat. Oleh karena itu, memahami pragmatik membantu kita untuk lebih bijak dalam berkomunikasi, baik secara langsung maupun melalui teks.
Lebih dari itu, pemahaman terhadap pragmatik juga membantu kita dalam berbagai bidang, mulai dari pendidikan hingga pengembangan teknologi seperti asisten virtual. Dengan kemampuan untuk mengenali niat dan konteks dalam komunikasi, kita bisa menciptakan interaksi yang lebih efektif, ramah, dan inklusif. Selain itu, pragmatik memberikan wawasan tentang bagaimana bahasa digunakan untuk mengekspresikan kekuasaan, solidaritas, atau bahkan humor. Dalam sebuah percakapan, pilihan kata, nada, atau struktur kalimat sering kali mencerminkan hubungan sosial antar pembicara yang memperkaya dinamika komunikasi.
Dalam dunia yang semakin terhubung ini, memahami pragmatik bukan hanya soal bagaimana kita berbicara, tetapi juga bagaimana kita mendengarkan dan menanggapi percakapan di sekitar kita. Kemampuan ini menjadi semakin penting di era dimana komunikasi tidak terbatas pada ruang fisik, tetapi meluas ke dunia maya dengan segala kompleksitasnya. Di era digital yang penuh dengan interaksi virtual, pragmatik juga berperan dalam memahami komunikasi yang semakin kaya akan simbol, seperti emoji dan meme. Simbol-simbol tersebut sering digunakan untuk menyampaikan emosi atau niat tertentu yang tidak selalu terlihat jelas melalui teks biasa. Memahami konteks penggunaannya mempermudah kita untuk menangkap nuansa emosi atau humor yang ingin disampaikan.
Pragmatik juga memberikan perspektif baru dalam memahami dinamika komunikasi yang kompleks di dunia kerja. Dalam lingkungan profesional, sering kali terjadi perbedaan cara menyampaikan informasi atau instruksi berdasarkan budaya organisasi, dan jabatan. Dengan memahami pragmatik, kita dapat lebih mudah menangkap pesan tersirat yang tidak diungkapkan secara eksplisit, seperti ketika seorang atasan memberikan umpan balik yang bernada diplomatis. Hal ini memungkinkan kita untuk merespons dengan lebih tepat dan profesional, sehingga menciptakan suasana kerja yang lebih kolaboratif dan produktif.
Pragmatik adalah kunci untuk memahami lebih dalam apa yang tidak diucapkan, dan itu adalah keterampilan yang harus kita kuasai untuk membangun komunikasi yang lebih baik dan lebih manusiawi. Dalam praktik sehari-hari, mempelajari dan menerapkan prinsip-prinsip pragmatik juga melatih untuk lebih peka terhadap perasaan dan perspektif orang lain. Hal ini penting untuk menciptakan komunikasi yang saling menghargai, baik di dunia nyata maupun di dunia maya. Dengan memahami pragmatik, kita tidak hanya menjadi komunikator yang lebih baik, tetapi juga menjadi individu yang lebih empetik, toleran, dan mampu membangun hubungan yang lebih bermakna di tengah keberagaman masyarakat modern.
Selain itu, pragmatik berkontribusi pada pengembangan literasi media di era informasi. Dengan kemampuan memahami konteks di balik pesan yang disampaikan melalui media, kita dapat membedakan antara informasi faktual, opini, atau bahkan propaganda. Keterampilan ini sangat penting dalam menghindari kesalahpahaman dan penyebaran informasi yang keliru. Dengan kata lain, pemahaman pragmatik tidak hanya berguna untuk membangun hubungan interpersonal, tetapi juga menjadi alat penting dalam navigasi dunia modern yang penuh dengan informasi dan interaksi lintas platform.
Oleh: Oktian Agil Oxana
Mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H