Latar belakang
 Teknologi sekarang ini sudah semakin canggih, terbukti dari penemuan-penemuan yang sudah bisa digunakan, salah satu penemuan teknologi yang hingga saat ini kita rasakan, bahkan digunakan adalah teknologi komunikasi.
Teknologi komunikasi memungkinkan manusia saling terhubung satu sama lain dengan jarak yang berbeda-beda tegantung ketersediaan jaringan itu sendiri, teknologi komunikasi di era digital sekarang ini memungkinkan manusia berinteraksi tanpa harus bertatap muka, menyapa tanpa berkata langsung, dan melihat tanpa harus datang ke tempat kejadian. kecanggihan teknologi komunikasi mengakibatkan pergeseran elemen-elemen yang ada dalam masyarakat penggunanya, elemen tersebut bisa berupa berbagi hal, dari ranah sosial hingga budaya. pergeseran budaya dari konvensional menjadi digital, budaya digital inilah yang populer dengan nama cyberculture.
cyberculture merupakan olahan kreasi dari manusia itu sendiri, mereka membuat berbagai macam tanda sebagai eksistensi dirinya dalam ruang lingkup cyber, baik individu maupun golongan. Cyberculture yang terdapat dalam dunia cyberspace, yang mana cyberspace merupakan produk dari komputer dan internet telah mendorong orang mulai mempertimbangkan alternatif realitas-realitas lain di luar realitas kehidupan sehari-hari. Tanda-tanda tersebut telah ada selama ini, yang kemudian dikenal sebagai virtual identity.
virtual identity dalam beberapa pembahasan memiliki beberapa fungsi dan manfaat, dalam pandangan lain virtual identity dianggap membawa bencana lain bagi budaya, racun bagi kalangan tertentu, candu yang memabukkan dan perusak hubungan tertentu. kekhawatirannya sudah dirasa meresahkan.
Pembahasan
Identitas sendiri menurut Stella Ting Toomey merupakan refleksi diri atau cerminan diri yang berasal dari keluarga, gender, budaya, etnis dan proses sosialisasi. Identitas pada dasarnya merujuk pada refleksi dari diri kita sendiri dan persepsi orang lain terhadap diri kita. Sementara itu, Gardiner W. Harry dan Kosmitzki Corinne melihat identitas sebagai pendefinisian diri seseorang sebagai individu yang berbeda dalam perilaku, keyakinan dan sikap.
berikut identitas pengertian dari beberapa jenis identitas diri:
Identitas seksual
Identitas seksual mengacu pada identifikasi seseorang dengan berbagai kategori seksualitas. Bisa berupa heteroseksual, gay, lesbian dan biseksual. Identitas seksual yang kita miliki akan mempengaruhi apa yang kita konsumsi. Program televisi apa yang akan kita lihat atau majalah apa yang akan kita baca. Identitas seksual juga dapat mempengaruhi pekerjaan seseorang.
Identitas gender
Identitas gender merupakan pandangan mengenai maskulinitas dan feminitas dan apa arti menjadi seorang laki-laki atau perempuan. Arti menjadi seorang perempuan atau laki-laki sangat dipengaruhi oleh pandangan budaya. Misalnya saja kegiatan yang dianggap lebih maskulin atau lebih feminim. Ungkapan gender tidak hanya mengkomunikasikan siapa kita, tetapi juga mengkonstruksi rasa yang kita inginkan. Identitas gender juga ditunjukkan oleh gaya komunikasi. Gaya komunikasi perempuan sering digambarkan sebagai suportif, egaliter, personal dan disclosive, sedangkan gaya komunikasi laki-laki digambarkan sebagai kompetitif dan tegas.
Identitas pribadi
Identitas pribadi merupakan karakteristik unik yang membedakannya dengan orang lain. Setiap orang mempunyai identitas pribadinya masing-masing sehingga tidak akan sama dengan identitas orang lain. Pengaruh budaya juga turut mempengaruhi identitas pribadi seseorang. Orang yang berasal dari budaya individualistis seperti Amerika Serikat dan Eropa Barat berusaha untuk menunjukkan perbedaan dirinya dengan orang lain. Sementara itu, orang yang berasal dari budaya kolektif cenderung menonjolkan keanggotaan mereka kepada orang lain. Identitas pribadi juga bisa diartikan sebagai aturan moral pribadi atau prinsip moral yang digunakan seseorang sebagai kerangka normatif dan panduan dalam bertindak.
Identitas agama
Identitas agama merupakan dimensi yang penting dalam identitas seseorang. Identitas tersebut merupakan pemberian secara sosial dan budaya, bukan hasil dari pilihan individu. Hanya pada era moderm, identitas agama menjadi hal yang bisa dipilih, bukan identitas yang diperoleh saat lahir. Identitas agama ditandai dengan adanya ritual yang dilakukan oleh pemeluk agama tersebut. Identitas agama juga ditandai dengan busana yang dipakai.
Identitas nasional
 Identitas nasional merujuk pada kebangsaan seseorang. Mayoritas dari masyarakat mengasosiasikan identitas nasional mereka dengan negara di mana mereka dilahirkan. Akan tetapi, identitas nasional dapat juga diperoleh melalui imigrasi dan naturalisasi. Identitas nasional biasanya menjadi sering diucapkan saat seseorang berada di negara lain. Orang yang identitas nasionalnya berbeda dari tempat ia dilahirkan pada akhirnya akan mulai mengadopsi aspek identitas nasional yang baru. Namun, hal ini tergantung pada keterikatan pada negara yang baru tersebut. Sementara itu, orang yang secara permanen tinggal di negara lain mungkin akan mempertahankan identitas negara tempat ia lahir.
      Â
Dengan munculya cyberspace, maka bertambah pula space atau dunia baru yang bisa untuk dimasuki. Untuk masuk ke dunia tersebut, para user atau pengguna cyberspace, membuat identitas diri mereka sendiri, yang belum tentu sesuai dengan identitas mereka ada dunia nyata. Hal inilah yang nanti akan menyebabkan munculnya virtual identity (identitas virtual), dan dewasa ini sudah banyak digunakan oleh para pengguna internet.
Sebelum menyantap apa itu virtual identity, terlebih dahulu kita harus menyadari akan realitas virtual (virtual reality) karena virtual identity merupakan bagian dari realitas virtual itu sendiri. realitas virtual adalah  sebuah teknologi yang mampu mengemulasi dan menciptakan pelbagai realitas. dalam kalimat lain teknologi realitas visual adalah upaya untuk menerjemahkan mimpi menjadi keboleh jadian elektronis ( budiman, 2002 ).
Menurut budiman (2002) realitas virtual lahir karena manusia merasa bahwa "realitas" saja tidak cukup. dan yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah soal tumbuhnya rasa dan bukan kenyataan aktual tentang itu.
Substansi gagasan tentang virtualitas pada dasarnya adalah bagaimana spesies manusia akan dilibatkan, tanpa mengetahuinya , dalam tugas pemprograman kode untuk pelenyapan dunia secara otomatis, karena memang sudah tidak ada lagi dunia yang asli ( baudrillard, 1995; 102).
Menurut Yasraf Amir Piliang, realitas virtual bukan merupakan sesuatu yang real, melainkan realitas lain, disebut realitas karena sesuatu yang bersifat materi dan objektif, yang hanya dikenali dan dipahami lewat mekanisme intuisi dan indra, membawa kita pada pandangan materialisme mengenai realitas. munculya sebuah realitas lain merupakan bentuk dari realitas yang sudah ada, dan merupakan sebuah pengembangan.
Oleh sebab itu dengan semakin berkembangnya realitas virtual, dengan itu pula terciptalah cyberspace. Didalam cyberspace tersebut terdapat ruang-ruang, yang diantaranya adalah cyberculture (budaya digital) dan cybersociety(ruang sosial digital).
Sekarang ini, ruang sosial yang ada di dunia nyata, kini dapat dicarikan substansinyaa di dalam dunia digital ( cyberspace). menurut (amir piliang, 2004) cyberspace juga telah mempengaruhi kehidupan sosial di luar ruang, setidaknya ada tiga tingkat pengaruhnya, yaitu tingkat individu, kelompok, dan masyarakat
Pada tingkat individual
Cyberspace telah menciptakan perubahan yang mendasar tentang identitas. sistem komunikasi di jembatani oleh komputer, dan hal tersebut telah melenyapkan batas-batas identitas itu sendiri di dalamnya. dalam arti lain menjadi orang yang berbeda-beda identitasnya di waktu yang bersamaan. menjadikan semacam kekacauan identitas, yang akan memperngaruhi persepsi, pikiran, personalitas dan gaya hidup. bila semua orang bisa memakai identitas apapun, maka tidak ada lagi yang namanya identitas itu sendiri.
Pada tingkat antar individu/kelompok
Perkembangan komunitas virtual didalam cyberspace telah menciptakn relasi-relasi sosial yag bersifat virtual di ruang-ruang virtual (virtual shopping, virtual game, virtual conference, virtual sex, dan virtual mosque). relasi-relasi sosial virtual tersebut telah menggiring ke arah semacam deteritorialisasi sosial (social deterritorialization), dalam pengertian, bahwa beragai interaksi sosial masa kini tidak memerlukan lagi ruang dan teritorial yang nyata (dalam pengertian konvensional), melainkan halusinasi teritorial. didalam halusinasi teritorial tersebut, orang boleh jadi lebih dekat secara sosial dengan yang jauh secara teritorial, ketimbang seseorang yang dekat secara teritorial, akan tetapi jauh secara sosial.
Pada tingkat masyarakat
Cyberspace diasumsikan dapat menciptakan satu model komunitas demokratik dan terbuka yang disebut rheingold komunitas (imaginary community). didalam komunitas konvensional, anggota masyarakat memiliki kebersamaan sosial (social sharing) dan solidaritas sosial (social solidarity) menyangkut sebuah tempat (desa, kampung, atau kota) yang didalamnya berlangsung interaksi sosial face to face. didalam komunitas virtual diperlukan imajinasi kolektif tentang tempat (place) tersebut, yang tidak ada didalam sebuah ruang nyata(real space), melainkan sebuah tempat imajiner (imaginary place) yang berada didalam ruang bit-bit komputer.
 Kekhawatiran lainnya dari virtual identity bagi individual yang menyalah gunakan fasilitas dunia cyber mengakibatkan mereka terlalu bebas dengan identitasnya. Sampai dimana pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab tersebut, mungking hanya berani unjuk gigi dan berkomentar didunia cyber, khususnya media sosial. mereka hanya akan berani berkata-kata tanpa harus bertatap muka secara langsung, dengan objek atau individu yang menjadi sasarannya.
Kesimpulan
Virtual identity merupakan identitas virtual dari individu maupun kelompok di dalam dunia maya. Penyalahgunaan visual identity terjadi karena ketidaksadaran manusia sebagai mahkluk realitas dalam dunia non-realitas yang membuatnya masuk kedalam dunia metafisik, sehingga penyalahgunaan virtual identity sering terjadi. salah satu jenis penyalahgunaan yang terjadi dalam virtual identity adalah terciptanya kepribadian ganda dalam ruang lingkup virtual, dimana batasan-batasan identitas telah lenyap dan mengakibatkan hilangnya identitas itu sendiri.
Daftar Pustaka
H, Budiman. (2002). Lubang Hitam Kebudayaan. Yogyakarta: Kanisius.
Yasraf Amir Piliang (2004). Posrealitas. Yogyakarta: Jalasutra.
Ravibooks. (2009). Dipetik April Selasa, 2016, dari Ravibooks: http://ravibooks.blogspot.co.id/2009/05/posrealitas.html_
Wikipedia. (t.thn.). Dipetik Mei Senin, 2016, dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Cyberculture#cite_note-3_
Wikipedia. (t.thn.). Dipetik Mei Senin, 2016, dari Wikipedia: https://id.wikipedia.org/wiki/Identitas#cite_note-3_
Oktian Chandra Edietya
DKV ISI Yogyakarta
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H