Buku, ceramah, seminar, diskusi, dan ngobrol bareng dalam tema politik yang dilakukan secara onsite maupun dalam berbagai platform online bisa jadi sarana dan media yang baik dalam menyediakan pendidikan dan literasi politik bagi anak muda.Â
Dalam keluarga, orang tua juga bisa mengajak anak berdiskusi tentang masalah dan situasi politik yang tengah terjadi dalam berbagai kesempatan.Â
Bergabung dalam organisasi kemasyarakatan atau politik bahkan dapat membantu anak muda untuk langsung terjun di dunia politik. Ada banyak wakil rakyat, tokoh politik nasional, atau pemimpin kita yang memiliki latar belakang sebagai aktivis politik atau pergerakan saat mereka masih menempuh pendidikan. Sukarno adalah satu contoh pemimpin bangsa yang sejak mudanya sudah tertarik pada dunia politik dan terjun di dalamnya.
Dalam pendidikan politik, penting juga untuk disampaikan kepada anak muda agar mengedepankan nilai-nilai kebenaran, kejujuran, kesetiaan, keadilan, moral, dan etika sebagai standar utama dalam menentukan sikap atau memberikan suara. Mengapa? Sebab, kita semua pasti ingin mendapatkan pemimpin dan wakil rakyat yang benar, jujur, adil, dan setia dalam memimpin bangsa kita ke depan.Â
Dengan konteks yang demikian maka pemimpin dengan track record baik, jejak rekam bersih, serta yang benar-benar memiliki integritas yang baik dalam masyarakatlah yang perlu kita pilih. Tanpa filter dari nilai-nilai tersebut, sulit untuk mendapatkan pemimpin yang mau melayani dan bebas dari ambisi pribadi. Â
Saya sendiri mendapat pendidikan politik dari ayah saya. Beliau gemar bercerita dan diskusi tentang situasi, tokoh, kondisi, peristiwa, serta berbagai intrik politik yang terjadi saat itu. Tentu saja, pandangan ayah saya bisa sangat bias dan tidak objektif karena ia cenderung memiliki preferensi pada partai atau tokoh tertentu. Namun, tumbuh dengan pengetahuan seperti itu, sedikit banyak membuat saya jadi lebih kritis dalam melihat pergerakan politik, ide dan gagasan yang diusung parpol dan capres-cawapres, serta arah dan tujuan mereka.
Dengan memiliki wawasan politik yang cukup, anak muda jadi punya modal untuk mampu memilih dan menentukan pilihan dengan bijak. Harapannya, mereka kemudian akan berusaha memilih wakil rakyat, partai, dan pemimpin yang terbaik, bukannya asal pilih. Dengan melakukannya, mereka sudah berkontribusi bagi terwujudnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih baik.
Satu hal lagi. Meski politik seringnya dinilai kotor, identik dengan kecurangan, banyak drama, serta sering berakhir dengan ending yang ga happy ending, tetapi jangan sampai kita menjadi anti-politik. Sebab, seperti kata Aristoteles, politik merupakan usaha yang ditempuh warga negara demi mewujudkan kebaikan bersama. Tanpa politik, bagaimana kebaikan bersama dalam sebuah bangsa dapat terwujud?
Kaum muda sekarang adalah calon pemimpin masa depan. Pada tahun 2045, Indonesia akan meraih bonus demografi, di mana jumlah penduduk usia produktif akan melampaui penduduk usia nonproduktif. Jika anak muda tidak memiliki wawasan politik atau tahu tentang dunia politik, bagaimana nasib bangsa kita pada masa depan?
Jadi, jangan enggan belajar politik. Sebaliknya, gunakan wawasan politik itu untuk mampu memilih yang terbaik, bersuara, dan mewujudkan kebaikan bersama bagi masyarakat.