Gaya hidup adalah pedoman atau pola bagi seseorang seseorang dalam menjalankan kebiasaan, aktivitas, pemikiran, dan keputusan hidup sehari-hari. Tak jarang, gaya hidup juga menjadi dasar bagi pasangan suami istri dalam menjalankan kehidupan berumah tangga. Meski banyak pula anggota masyarakat yang tidak menganut gaya hidup tertentu, tetapi tanpa disadari sebenarnya setiap orang memiliki style atau pedoman tertentu dalam menjalani hidupnya.
Dulu, gaya hidup mungkin hanya dikenal lewat istilah-istilah seperti: sederhana, konsumtif, glamour, hemat, dsb. Semakin ke sini, semakin banyak paham yang mempengaruhi pemikiran dan kehidupan seseorang, sehingga muncullah istilah-istilah baru pada gaya hidup.
Pada dasarnya, hal-hal itu bukannya sesuatu yang baru, yang dulu belum pernah ada atau dilakukan. Namun, karena sekarang kita memiliki arus informasi yang sangat melimpah, jadilah hal-hal ini kemudian mengemuka bersama dengan berbagai isu lainnya.
Nah, meskipun sebenarnya ada banyak cara dan gaya hidup yang diadopsi atau dianut masyarakat di dunia pada era ini, tetapi di sini kita hanya akan membahas beberapa gaya hidup yang erat kaitannya dengan pengaturan keuangan atau keputusan finansial, beserta kelebihan dan kekurangannya. Â
Apa saja itu?
Yuk, kita lihat satu persatu.
1. Minimalisme
Minimalisme merupakan gaya hidup sederhana, tidak berlebihan, dan lebih mementingkan kualitas dibanding kuantitas. Gaya hidup ini berupaya untuk mengontrol segala kebutuhan dan keinginan, sekaligus memanfaatkan fungsi barang secara maksimal.Â
Goal atau tujuan dari para penganut gaya hidup minimalis ini adalah meraih kebebasan dari keterikatan pada hal atau benda-benda, memiliki energi yang lebih besar untuk berfokus pada hal-hal penting, kelestarian lingkungan dengan penghematan energi dan sumber daya alam, hidup yang berkesadaran/mindfulness, dan penggunaan uang/barang secara lebih hemat dan bermakna.Â
Untuk mencapai tujuan tersebut, orang-orang yang menganut gaya hidup ini akan membatasi keberadaan hal-hal atau barang-barang yang dianggap tidak esensial, yang ketika dimiliki justru hanya akan mengalihkan waktu, tenaga, pemikiran, dan fokus mereka pada hal-hal penting dan bermakna dalam hidup.Â
Namun, itu bukan berarti penganutnya adalah kaum yang minimalis dalam hal mengeluarkan uang. Sebaliknya, mereka tetap mementingkan quality over quantity. Mereka lebih baik membeli barang mahal, tetapi awet dan fungsional, dibanding berharga murah, tetapi minim fungsi dan tidak awet.