Karena sekarang kita sudah tidak lagi hidup pada abad kegelapan, terutama dengan adanya jejak digital, maka mari kita semakin cerdas dalam memberi kritik. Jangan mengkritik dengan cara merundung. Itu hanya akan menunjukkan keburukan kita sendiri dan sudah tentu jauh dari panggang dari api, alias tidak akan berhasil. Untuk dapat ikut memberi pengaruh agar orang, keadaan, situasi, sistem, cara, karya, dsb menjadi lebih baik, berilah kritik dengan tulus, cerdas, dan bernalar. Selain membangun, kritik yang demikian juga lebih berpotensi untuk memperbaiki keadaan, bukan malah memperburuknya.
Tapi, tentu dong, akan beda masalahnya jika ada udang di balik batu, alias ada agenda tertentu selain memberi kritik. Jika pada dasarnya memang ada niatan untuk menjatuhkan, menghina, mempermalukan, merendahkan, atau menyakiti, maka meski terbungkus wacana "mengkritik", akan ada perundungan, bahkan fitnah yang muncul dari sana.
Balik lagi pada pertanyaan saya di atas, sudahkah kita mampu memberi kritik dengan baik dan benar?
Nah, jawaban dari pertanyaan tersebut akan bergantung pada jawaban dari pertanyaan berikutnya.
"Benarkah kita sungguh-sungguh berniat memberi kritik -- dan dengan demikian memiliki kepedulian -- bukannya mau menjatuhkan, mempermalukan, atau mem-bully?"
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H