Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Tanam Air, Bukan Buang Air

20 Februari 2021   21:55 Diperbarui: 20 Februari 2021   22:15 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo: air terjun (dok.pribadi)

Bulan Desember lalu, saya membaca sebuah berita bahwa bursa berjangka Amerika Serikat (AS) mulai memperdagangkan air sebagai salah satu komoditas baru. 

Ini artinya, air akan semakin menjadi "barang/produk" mahal ke depan, dan, kelangkaan air (bersih) adalah salah satu tantangan terbesar abad ke-21. Saya percaya, sebagai manusia berhikmat, kita perlu menanggapi berita tersebut dengan kepekaan yang benar. 

Dan, salah satu tanggapan yang tepat adalah dengan memikirkan cara agar bagaimana kita dapat menjadi bagian dari solusi akan krisis air yang sudah, sedang, dan akan semakin terjadi ke depan. 

Jangan berpikir bahwa ini bukan urusan kita, bahwa ini urusan pemerintah, pihak-pihak terkait, atau para ahli dan pecinta lingkungan semata, sehingga kita jadi cuek dan lepas tanggung jawab, atau bahkan turut menjadi bagian dari masalah.

Ini urusan kita, sebab kita semua memerlukan air sebagai salah satu faktor terpenting dalam mendukung keberlangsungan hidup dan kelestarian setiap makhluk. 

Dan, kita semua juga perlu berkontribusi untuk menjaga kelestarian air, sebab ini masalah yang besar, yang memerlukan peran dan kerja sama dari semua pihak.

Lalu, bagaimana caranya supaya kita bisa memulai kesadaran dan gerakan untuk mencegah krisis air sekaligus menjaga kelestarian air?

Banyak.

Pertama, gunakan air dengan bijak. Buang kebiasaan buang-buang air, termasuk hentikan kebiasaan menyalakan air terus menerus saat mencuci tangan atau saat sedang sikat gigi di wastafel. Pikir dua, tiga, bahkan empat kali untuk memiliki bathtub di rumah. 

Dua, menanam air. Caranya? Jangan habiskan halaman kita dengan semen/bangunan, tetapi sisakan ruang untuk peresapan air. Tuhan beri kita musim hujan sebagai cara untuk menabung/menanam air ke dalam tanah, yang bisa digunakan saat musim kemarau.

Banjir yang sekarang tejadi di mana-mana salah satunya terjadi karena air hujan tidak dapat meresap ke dalam tanah dengan semakin padatnya lahan pemukiman di berbagai wilayah, selain juga karena pembabatan hutan dan pohon yang masif terjadi di berbagai wilayah. 

Akibatnya, air yang seharusnya menjadi berkah pada musim penghujan, malah menjadi bencana karena tidak dapat tertampung atau tersimpan di dalam tanah, semenjak di pegunungan sampai ke wilayah hilir. 

Lalu, lebih celaka lagi pada saat musim kemarau kita kemudian harus mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih dengan tidak adanya cadangan air yang melimpah di dalam tanah.

Nah, terkait hal ini, rasanya kita juga perlu mendorong agar pemerintah memiliki UU tentang tata guna lahan dan bangunan yang mensyaratkan akan lahan resapan air di rumah/bangunan sehingga ada hukum yang akan menegakkan lahan resapan air hujan ini dalam masyarakat.

Tiga, manfaatkan air bekas cuci sayuran, beras, ikan, daging untuk menyiram tanaman, sebagai cara untuk menghemat sekaligus memanfaatkan secara maksimal penggunaan air di rumah. 

Air bekas cucian semacam itu juga mengandung zat yang memperkaya unsur hara tanah. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.

Empat, jika mungkin, buat tampungan air hujan, yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan di rumah, seperti: menyiram tanaman dan kegiatan-kegiatan membilas atau membersihkan rumah.

Lima, sering-seringlah piknik ke alam, untuk mengajarkan anak-anak dan diri sendiri tentang keindahan alam, keseimbangan ekosistem, proses terjadinya mata air, sungai, danau, dan kerusakan lingkungan. 

Anak-anak perlu mendapat wawasan seperti itu dari rumah dan keluarga, supaya mereka paham dan tahu pentingnya menjaga kelestarian alam dan menjaga daur kelestarian air.

Enam, sebarkan wawasan ini kepada sebanyak mungkin orang, supaya semakin banyak orang sadar dan peka akan pentingnya masalah ini.

Itu tadi beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian air. Lakukan dan terapkan itu dalam keseharian sehingga menjadi gaya hidup kita yang berkontribusi dalam penyelesaian masalah. Hal-hal yang kecil, bila dilakukan secara kontinu dan secara masif oleh banyak pihak, akan berdampak besar.

Mari menjadi bagian dari pelestari kehidupan, bukan perusak kehidupan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun