Akibatnya, air yang seharusnya menjadi berkah pada musim penghujan, malah menjadi bencana karena tidak dapat tertampung atau tersimpan di dalam tanah, semenjak di pegunungan sampai ke wilayah hilir.Â
Lalu, lebih celaka lagi pada saat musim kemarau kita kemudian harus mengalami kekeringan dan kesulitan air bersih dengan tidak adanya cadangan air yang melimpah di dalam tanah.
Nah, terkait hal ini, rasanya kita juga perlu mendorong agar pemerintah memiliki UU tentang tata guna lahan dan bangunan yang mensyaratkan akan lahan resapan air di rumah/bangunan sehingga ada hukum yang akan menegakkan lahan resapan air hujan ini dalam masyarakat.
Tiga, manfaatkan air bekas cuci sayuran, beras, ikan, daging untuk menyiram tanaman, sebagai cara untuk menghemat sekaligus memanfaatkan secara maksimal penggunaan air di rumah.Â
Air bekas cucian semacam itu juga mengandung zat yang memperkaya unsur hara tanah. Sekali dayung, dua tiga pulau terlampaui.
Empat, jika mungkin, buat tampungan air hujan, yang bisa digunakan untuk berbagai keperluan di rumah, seperti: menyiram tanaman dan kegiatan-kegiatan membilas atau membersihkan rumah.
Lima, sering-seringlah piknik ke alam, untuk mengajarkan anak-anak dan diri sendiri tentang keindahan alam, keseimbangan ekosistem, proses terjadinya mata air, sungai, danau, dan kerusakan lingkungan.Â
Anak-anak perlu mendapat wawasan seperti itu dari rumah dan keluarga, supaya mereka paham dan tahu pentingnya menjaga kelestarian alam dan menjaga daur kelestarian air.
Enam, sebarkan wawasan ini kepada sebanyak mungkin orang, supaya semakin banyak orang sadar dan peka akan pentingnya masalah ini.
Itu tadi beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk menjaga kelestarian air. Lakukan dan terapkan itu dalam keseharian sehingga menjadi gaya hidup kita yang berkontribusi dalam penyelesaian masalah. Hal-hal yang kecil, bila dilakukan secara kontinu dan secara masif oleh banyak pihak, akan berdampak besar.
Mari menjadi bagian dari pelestari kehidupan, bukan perusak kehidupan.