Mohon tunggu...
Okti Nur Risanti
Okti Nur Risanti Mohon Tunggu... Penerjemah - Content writer

Menulis adalah salah satu upaya saya dalam memenuhi misi mandat budaya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jakob Oetama, Integritas, dan Pribadi yang Tidak Ambyar

10 September 2020   19:23 Diperbarui: 11 September 2020   11:08 136
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, kita mendengar berita duka tentang meninggalnya pendiri dan pemimpin usaha Kompas Gramedia, Jakob Oetama. Bangsa ini kehilangan salah seorang pribadi terbaiknya, yang berperan besar dalam memajukan budaya literasi di Indonesia.

Melihat perjalanan hidup beliau, menarik untuk mengetahui bahwa Jakob Oetama pada awalnya bercita-cita sebagai seorang pastor (imam Katolik), dan bahkan sempat masuk ke dalam seminari selama beberapa saat. Beliau kemudian berubah haluan menjadi seorang guru, sebelum akhirnya berkiprah sebagai seorang jurnalis, dan meniti karir dan prestasinya mulai dari sana. Selebihnya, saya rasa kita sudah tahu ceritanya.

Ketika melihat perjalanan hidup seorang tokoh, bagi saya adalah menarik untuk melihat integritas dan komitmen mereka dalam menjalani apa yang digelutinya. 

Dalam kasus Jakob Oetama, saya melihat betapa beliau dipakai Tuhan secara luar biasa dalam memajukan dunia jurnalisme dan literasi di Indonesia. Jika saja dulu beliau tetap menjadi seorang pastor atau guru, saya rasa beliau pasti juga akan menjadi pribadi yang berdampak. Namun, mungkin dampaknya hanya akan dirasakan oleh sekelompok orang. 

Namun, ketika Jakob Oetama memutuskan untuk berkiprah di bidang jurnalisme, ia sungguh berdampak bagi masyarakat dan bangsa ini secara lebih besar. Siapa yang dapat menafikan perannya dalam dunia pers, percetakan, dan informasi di tanah air?

Di pihak lain, kita masih tentu ingat dengan tokoh Romo Mangun. Beliau adalah seorang imam Katolik, yang juga berkiprah sebagai arsitek, penulis, pendidik, serta pejuang kemanusiaan. 

Berbeda dengan Jakob Oetama, meski ia tetap menjalani panggilan sebagai seorang Romo, seorang imam bagi komunitas gereja, tetapi ia tetap tercatat sebagai pribadi yang berdampak besar bagi masyarakat bangsa ini melalui karya-karyanya. 

Karya arsitekturnya, novel-novel, sekolah, pemberdayaan masyarakat, serta usaha-usaha kemanusiaan yang dilakukan oleh Romo Mangun bagi masyarakat Kali Code dan eks warga Kedung Ombo, menjadi warisan berharga yang ditinggalkan Romo Mangun kepada bangsa ini.

Kedua pribadi tersebut, melalui karya, hidup, dan bidangnya masing-masing, menjadi orang-orang yang memiliki dampak dan pengaruh besar bagi bangsa ini. 

Mereka berkarya dengan segenap hati, jiwa, tenaga, pikiran dan passion mereka, sehingga apa yang mereka kerjakan menyentuh hidup dan kepentingan banyak orang. Apa yang mereka lakukan mungkin pada awalnya biasa, dan bisa dikerjakan oleh orang lain. 

Namun, yang menjadi pembeda pada hasil adalah idealisme, kesetiaan, serta komitmen mereka yang besar, sehingga kehidupan mereka menghasilkan sesuatu yang sungguh berdampak besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun