Mungkin, apa yang saya utarakan itu akan dianggap sebagai pemikiran yang terlalu jauh, yang bersifat "prejudice" atau prasangka terhadap orangtua yang tidak berdasar.
Yah, maafkan jika saya menyinggung. Tetapi, sungguh, bukan itu maksud saya. Saya hanya mencoba agar kita berpikir sungguh-sungguh tentang hal ini, agar bentuk kasih kita kepada anak-anak benar-benar didasari oleh fondasi yang benar, yang akhir-akhirnya bukan berujung pada ego dan kepentingan kita sendiri.
Nah, jika Anda sudah sepakat dengan saya, maka pertanyaan selanjutnya adalah, apa yang seharusnya menjadi esensi dan tujuan kita dalam mengasihi anak?
Jawabannya adalah kasih kepada Tuhan dan kepada anak-anak itu sendiri.
Ketika orangtua mengasihi Tuhan dan sudah memiliki relasi yang benar dengan Tuhan, secara otomatis mereka akan melakukan apa yang menjadi kehendak Allah bagi anak-anak mereka. Apa pun bentuk atau upaya mereka dalam mengekspresikan atau mengungkapkan kasih itu, tidak akan terlepas dari kasih mereka kepada Allah, dan bukan kepada diri sendiri atau kepentingan diri sendiri. Mereka akan menuntun dan mengarahkan anak-anak mereka kepada jalan Tuhan, jalan yang benar, yang berujung kepada perjumpaan anak itu kepada Tuhan. Jalan yang pada akhirnya akan selalu membawa anak kepada kehidupan yang benar, kepada Tuhan.
Jika itu yang menjadi esensi, maka meski orangtua mungkin tidak memiliki kemampuan finansial untuk memberi hal-hal yang "terbaik" atau bahkan mencukupi kepada anak-anak, dalam hal sandang, pangan, papan, pendidikan, keterampilan, rekreasi, hiburan, atau berbagai kebutuhan yang dianggap penting bagi anak-anak pada masa kini (gadget dsb), maka orangtua yang sungguh mengasihi anak akan memberikan hal yang justru paling esensial bagi anak.
Mereka akan mendidik anak dalam iman dan kebenaran. Mereka akan berusaha menjadi teladan yang baik. Mereka akan berupaya menghadirkan kasih Allah dalam segala tindakan dan upaya mereka, sekalipun di dalam keterbatasan mereka. Dan, mereka akan membuat anak-anak itu mampu merasakan kasih Allah, yang pada akhirnya akan memampukan anak menjadi pribadi yang mampu mengasihi Allah dan sesamanya. Pribadi-pribadi yang indah, yang autentik, dan yang berkenan di hadapan Allah dan manusia.
Materi bersifat fana. Pemberian dan perhatian yang terbaik bisa hilang dan terlupakan. Bahkan, segala usaha terbaik kita sebagai orangtua akan menjadi sia-sia, apabila dasar dari semuanya itu tidak pada kasih yang sejati.
Namun, iman dan kasih kepada Allah tidak akan pernah sia-sia dalam membentuk dan mengarahkan anak-anak kita kepada jalan yang benar.
Pada akhirnya, izinkan saya bertanya, adakah ekspresi kasih yang lebih tinggi terhadap anak-anak, selain mengarahkan mereka pada kehidupan yang benar, yang membawa mereka pada perjumpaan dengan Allah, di dalam kekekalan?
Â