Mohon tunggu...
Oktav Unik Ardiana
Oktav Unik Ardiana Mohon Tunggu... Guru - Hamba Allah yang tengah menjadi seorang pembelajar. (Mahasiswi dan Guru IPA yang berdomisili di Banyumas dan Cilacap)

Anak perempuan pertama dari 4 bersaudara yang tengah belajar mengabdi pada dunia pendidikan. Masih terus belajar, belajar, dan belajar

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Lir-Ilir, Sarung, dan Bidadari Bermata Bening: Sajian Religi Edukasi Penuh Inspirasi

5 April 2023   22:48 Diperbarui: 5 April 2023   22:59 3063
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber: pikiranrakyat.com

Selama bulan Ramadan beberapa stasiun televisi biasanya menyajikan film ataupun sinetron religi yang ditayangkan untuk menemani waktu puasa pemirsa. Namun bagi teman-teman yang lebih suka menikmati sajian film ataupun series melalui Youtube ataupun aplikasi lainnya seperti Video, Viu, dan We TV, berikut sajian religi edukasi yang dapat teman-teman tonton sembari menunggu waktu berbuka puasa tiba.

1. Lir-Ilir, Film Pendek Penuh Inspirasi

Alkisah, Sunan Bonang dan Sunan Kalijaga memiliki kedekatan di masa kecilnya. Kedekatan mereka bagaikan saudara kandung. Saling membutuhkan dan melengkapi antara satu dan lainnya.hunungan mereka tak terpisah apapun juga. Sedih senang mereka bagi bersama. Sampai suatu ketika takdir menentukan hal yang berbeda. Mereka harus berpisah.

Sumber: wisatademak.com
Sumber: wisatademak.com

Film pendek religi edukasi berjudul Lir-Ilir ini mengisahkan tentang dua orang anak yatim piatu bernama Wahid dan Sahid yang tinggal di kompleks Masjid Sunan Kalijaga. Sebelum meninggal dunia, ayah Wahid dan Sahid merupakan seorang marbot di area masjid Sunan Kalijaga, Kadilangu, Demak.

Wahid yang merupakan kakak dari Sahid merupakan seorang anak yang cerdas dan sholeh. Di tengah kehidupan yang serba terbatas, ia menjadi seorang pelajar berprestasi di sekolahnya. Meskipun ia sudah tidak memiliki orang tua, Wahid tetap menjadi seorang anak berbudi luhur dan santun.

Sedikit berbeda dari Wahid, adiknya yang bernama Sahid merupakan anak yang slengekan, suka bermain dan memiliki hobi menabuh bedug. Cita-citanya menjadi seorang marbot seperti ayahnya.

Sebelum mereka diadopsi oleh pasangan suami istri pengurus masjid, Wahid dan Sahid menenmpati suatu ruangan kecil di sebuah masjid. Mereka hidup berdua dengan mandiri. Wahid menghidupi kebutuhan dirinya serta adiknya dari jasa sebagai pengangkut air. Tak jarang pula warga sekitar merasa kasihan kepada mereka berdua. Mereka juga berusaha memberikan bantuan kepada Wahid dan Sahid .

Singkat cerita, Wahid yang telah menyelesaikan ujian di pendidikan sekolah dasar, memperoleh tawaran untuk melanjutkan pendidikannya di pondok pesantren Gontor, Jawa Timur. Ia harus rela berpisah dengan adiknya selama bertahun-tahun.

Setelah selesai menempuh pendidikan di pondok pesantren, Wahid kembali ke Demak untuk menemui Sahid dan orang tua angkatnya serta mengabdikan diri di lingkungan tanah kelahiran mereka. Wahid yang begitu merindukan adiknya, Sahid karena telah terpisah bertahun-tahun begitu terharu ketika melihat sang adik sudah jauh lebih baik dan mandiri ketika mereka bertemu kembali. Sahid telah menjadi sosok penabuh bedug yang handal seperti keinginanya sejak kecil.

Film pendek lokal buatan Sarang Ide yang rilis kurang lebih sembilan tahun lalu ini merupakan film edukasi yang sangat cocok ditonton oleh anak muda zaman sekarang. Meskipun telah berkali-kali menontonnya lewat Youtube, tetap saja secara tidak sadar air mata akan mengalir dengan sendirinya. Sedih dan terharu dengan kehidupan mereka yang sangat sederhana.

Senandung lagu Lir-Ilir yang menjadi soundtrack film ini pun disajikan dengan begitu apik sehingga alunan musiknya mendukung latar suasana cerita film ini. Film religi edukasi ini berlatar waktu bulan Ramadan dan Syawal sehingga dapat menjadi salah satu rekomendasi yang dapat disaksikan sembari menanti waktu berbuka maupun di sela-sela kegiatan selama bulan puasa.

Film ini cocok disaksikan oleh semua umur. Bahkan anak-anak usia sekolah dasar maupun menengah bisa menikmati dan meresapi amanat dari film sederhana ini yang banyak mengandung pembelajaran kehidupan. Kita diingatkan untuk selalu bersyukur dengan segala sesuatu yang kita miliki saat ini dan disadarkan bahwa masih banyak orang-orang di luar sana yang tidak seberuntung kita. Mereka membutuhkan uluran tangan kita.


2. Sarung (Santri untuk Negeri), Gambaran Santri Berbudaya Jawi

Pada tahun 2020, Rumah Kreatif Production bekerja sama dengan organisasi masyarakat Nahdlatul Ulama di Blitar mulai menggarap sebuah sajian film pendek religi dengan nuansa pondok pesantren yang benar-benar kental. Film yang mengkisahkan tentang kehidupan santri yang begitu tawadhu serta mampu membaur dengan masyarakat sesuai dengan bidang yang ia geluti.

Tokoh utama di dalam film ini ialah Ning Ngesti yang diperankan oleh Alfina Nindiyani dan Kang Jalal yang diperankan oleh Muhammad Sulthon Jalal. Mereka berdua menggambarkan sosok santri putri dan santri putra yang tetap menjunjung tinggi tata krama, tuntunan agama, dan budaya Jawi meskipun mereka telah memiliki latar belakang pendidikan tinggi.

Ning Ngesti digambarkan sebagai seorang mahasiswi tingkat akhir putri seorang kyai sebuah pondok pesantren di kota Blitar. Selain menjadi seorang santri yang menjunjung tinggi kebudayaan Indonesia, Ning Ngesti merupakan sosok religius yang memiliki hobi berpetualang serta tertarik dengan dunia kepenulisan dan fotografi. Ia memiliki seorang kakak perempuan yang juga berwawasan luas sekaligus seorang writerpreneur muda.

Sedangkan Kang Jalal digambarkan sebagai seorang santri putra yang menjunjung tinggi adab, kesopanan, kedisiplinan, dan ketekunan dalam belajar. Ia mengabdikan diri di sebuah pondok pesantren tempat ia menimba ilmu sebelum akhirnya memutuskan untuk mengembangkan diri di masyarakat, menyelamai kehidupan sebagai bartender di coffe shop, petualang, fotografer, dan penulis buku. Ia merupakan santri produktif yang dekat dengan masyarakat sekitar. Bahkan, ia selalu meluangkan wakatunya untuk mengajari anak-anak desa mengaji dan belajar tentang budaya Jawa.

Film ini memberikan teladan bahwa sebagai generasi muda kita sudah seharusnya melakukan kegiatan produktif sebagai bentuk pengembangan potensi dan pengabdian kepada Indonesia, tanah air tercinta. 

Seorang santri tidak hanya sekadar menjunjung tinggi nilai-nilai agama selama di pesantren saja, namun mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari di manapun kita tinggal. Selain itu, film ini mengajarkan bahwa seorang anak yang berbakti kepada orang tua dan guru serta ridho dengan segala keputusan keduanya akan menemukan kebahagiaan yang tidak terduga. Semakin menegaskan bahwa ridhonya Tuhan terletak pada ridhonya orang tua.  

Film ini sangat cocok disaksikan oleh para generasi muda agar semakin termotivasi menjadi pribadi yang mampu mengembangkan bakat dan potensi dengan tetap menjaga kesucian diri dan menjunjung tinggi nilai-nilai agama serta budaya baik warisan pendiri negeri terdahulu.


3. Bidadari Bermata Bening, Series Kisah Santri Mandiri

sumber: pikiranrakyat.com
sumber: pikiranrakyat.com

Series bertema religi edukasi terbaru yang mulai tayang di Viu beberapa hari lalu berjudul Bidadari Bermata Bening yang diperankan oleh Zoe Abbas Jackson sebagai Aina dan Ari Irham sebagai Gus Afif serta para pemain pendukung lainnya.

Series ini menceritakan seorang anak perempuan yang telah lama menjadi anak yatim dan kemudian ditinggal meninggal sosok ibunya. Selepas kepergian ibunya, Aina dibawa oleh pakdenya menuju pondok pesantren di Magelang. Dalam tiga bulan, pakdenya berjanji akan menjemputnya kembali dan mengizinkan Aina melanjutkan studi di SMK mengambil jurusan tata boga sesuai dengan keinginan Aina sejak kecil yang ingin memiliki usaha toko kue sendiri setelah dewasa.

Akan tetapi, selama tiga tahun lamanya pakde Aina tak kunjung menjemput Aina ataupun sekadar berkunjung menemui Aina di pondok pesantren. Padahal Aina merupakan sosok anak yang cerdas secara akademik dan memiliki kemampuan ilmu agama yang bagus pula. Bahkan sampai Haflah Akhirussanah, tak seorang pun dari keluarga Aina yang datang untuk sekadar memberikan selamat atas prestasi yang diraih oleh Aina.

Selama tinggal di pondok pesantren, Aina memiliki seorang sahabat perempuan satu kamar dengannya. Di sisi lain, putra bungsu pemilik pondok pesantren yang kerap dipanggil Gus Afif diam-diam juga menaruh hati pada Aina. Selain mengagumi kecerdasan dan kecantikan Aina, Gus Afif berniat ingin menikahi Aina sampai ia mengetahui bahwa Aina hendak dijodohkan oleh orang tua Gus Afif dengan seorang ustadz yang baru beberapa waktu ditinggalkan oleh sang istrinya yang menghadap Tuhan terlebih dahulu.

Lantas, bagaimana kelanjutan ceritanya? Akankah Aina mampu mewujudkan cita-citanya? Apa yang akan dilakukan oleh Gus Afif selanjutnya? Episode terbaru Series Bidadari Bermata Bening dapat dilihat selengkapnya melalui Viu Original.

Pesan positif yang disampaikan dari series ini ialah bahwa seorang perempuan harus mampu mandiri dan dapat berdiri di kaki sendiri. Tak perlu takut memiliki mimpi dan cita-cita tinggi. Selama kita memiliki keyakinan dan kemauan untuk berusaha disertai doa tulus bersungguh-sungguh, hal yang mustahil akan menjadi sesuatu yang real.

Jadi, apakah teman-teman tertarik untuk menyaksikan ketiga tayangan edukasi religi tersebut?

Semoga saja iya. Selamat menonton :)

Cilacap, 05 April 2023

Oktav Unik Ardiana

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun