Bersinar kau bagai cahaya yang selalu beriku penerangan
Selembut sutra kasihmu kan selalu rasa dalam suka dan duka
Kaulah ibuku, cinta kasihku, terimakasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Bagaikan embun kau sejukkan hati ini dengan kasih sayangmu
Betapa kau sangat berarti dan bagiku kau takkan pernah terganti
Kaulah ibuku, cinta kasihku, terimakasihku takkan pernah terhenti
Kau bagai matahari yang selalu bersinar
Sinari hidupku dengan kehangatanmu
Sepenggal lirik masa kecil penggugah jiwa dan pengingat di kala senja mulai menampakkan diri. Kami, berbondong-bondong menyegerakan berangkat ke surau dekat rumah ketika lagu tersebut mulai diputar.Â
Bak alarm penanda bagi kami, pukul 15.45 mulai disenandungkan serangkaian lagu Haddad Alwi menggunakan pengeras suara. Mulai dari lagu berjudul Muhammadku, Marhaban ya Ramadan, sampai lagu dengan judul Ibu. Lagu sederhana yang dilantunkan dengan penuh makna . Lagu kesukaan saya ketika Ramadan mulai hadir di tengah-tengah kita.
Ramadan 2013
Senandung yang sama di tempat berbeda. Tempat di mana saya bertemu dengan mereka, malaikat-malaikat kecil yang tangkas, semangat, dan ceria. Di sini, mereka akan segera datang begitu gelombang bunyi dengan nada dari pelantun lagu Ummi, Cinta Rasul, dan Sidnan Nabi itu mulai dirambatkan melalui pengeras suara di dalam masjid. Masjid yang jaraknya tak sampai satu kilometer dari fakultas tempat saya belajar saat itu.
Dan, hal tersebut juga menjadi penanda bagi saya dan beberapa teman komunitas pendidikan untuk segera bergegas karena kelas TPQ selama bulan Ramadan akan segera dimulai. Seringkali kami tak sempat pulang menuju rumah sewa meskipun hanya sekadar untuk meletakkan tas dan buku kuliah sebab lokasi rumah sewa lebih jauh dari kampus.
Lirik sederhana namun mendalam
Pada setiap perihal yang kita pahami dan pelajari selama kita melakukan traveling kehidupan, masing-masing diri boleh menyampaikan penilaian berdasarkan sudut pandang pribadi. Begitu pun pada pemaknaan lagu ini.Â
Bagi saya, lirik dalam lagu yang dibawakan oleh seorang anak kecil bernama Farhan bersama Haddad Alwi ini memberi makna cukup mendalam.Â
Setiap kalimat bermajas pada lirik lagu tersebut sungguh cocok menggambarkan sosok seorang ibu. Setiap kata demi kata dalam liriknya begitu layak untuk disampaikan oleh seorang anak kepada ibunya sebagai ungkapan rasa kasih sayang  dan terimakasih yang tulus dari dalam hati.Â
Hal ini yang patut diteladani oleh generasi muda zaman sekarang. Rasa yang harus ditumbuhkan, dijaga, dan dipupuk sedari dini. Rasa sayang dan ta'dzim kepada sosok pemilik rahim kehidupan, Ibu.
Ramadan dan lagu religi
Ramadan memang nyata memberikan banyak keberkahan. Bahkan lagu religi ikut mengambil peran sebagai salah satu bentuk syi'ar kebaikan ketika Ramadan menjelang.Â
Tak sekadar itu, syair (lirik) yang tersurat dalam sebuah lagu religi sedikit banyak menyumbang pengaruh positif bagi pendengarnya. Harapannya pesan dakwah dapat tersampaikan melalui alunan musik religi dari para pelantunnya.
Begitu pula di kampung halaman saya. Setiap bulan Ramadan tiba, semarak lagu religi diperdengarkan terutama untuk menarik perhatian anak-anak TPQ Â agar tetap semangat mengaji. Tentunya lagu yang dibawakan Haddad Alwi yang berkolaborasi dengan Sulis maupun Farhan mendapatkan kesan cukup baik di hati pendengar dan penyimaknya mulai saya masih duduk di bangku sekolah dasar hingga sekarang ini.Â
Ramadan memang momen yang tepat untuk menyampaikan pesan kebaikan-kebaikan kecil yang bernilai pahala. Bagaimana kita tak begitu merindunya? Ramadan membawa energi yang mampu membangkitkan diri untuk melakukan hal-hal sederhana namun bermakna. Terima kasih Ramadan. Semoga Ramadan ini menjadi Ramadan yang jauh lebih baik dari tahun-tahun sebelumnya.
Salam,
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H