Setelah itu disusul azan Maghrib berkumandang. Segelas air coklat yang tersaji kami teguk bersama dilanjutkan tiga butir buah khas Ramadan meluncur menuju lambung sebagai tahap awal ritual pembatalan ibadah shaum yang telah kami lakukan sehari penuh.
Sebagian musafir dan warga yang turut berbuka di serambi masjid bersiap melanjutkan ibadah shalat Maghrib berjamaah bersama imam. Sedangkan sebagian lainnya memilih menyegerakan menghabiskan seisi kotak putih yang sedari tadi membuat penasaran isi makanan di dalamnya.
Makhluk-makhluk kecil yang telah selesai berbaris dan duduk membentuk kelompok kecil pun tak kalah berperan. Sebagian yang berpeci melahap nikmat apa yang kini berada di tangannya. Sebagian yang memakai kerudung juga tak menyia-nyiakan kesempatan menghabiskan apa yang kini menjadi hak untuk perutnya.
Pemandangan senja menuju malam di masjid dekat kampusku memang selalu seperti itu selama Ramadan. Terkadang, jika peserta kajian menjelang berbuka yang diikuti oleh Bapak-Bapak dan para musafir cukup banyak, maka makhluk-makhluk kecil yang tak lain adik-adik TPA masjid tersebut akan diamankan di balai atau di gedung TK yang letaknya di sebelah masjid.
Selepas selesai mengaji sore di TPA (Taman Pendidikan Al-Qur'an) selama bulan Ramadan, sebagian mereka tak langsung pulang ke rumah. Mereka lebih memilih menunggu waktu berbuka di masjid bersama teman-teman satu geng mereka dan tentunya sambil menunggu jatah ta'jil untuk berbuka.
Tak jarang mereka mendekat ke arah kami untuk sekadar mengobrol dan berupaya menahan kami agar turut menemani mereka sampai waktu berbuka tiba.
"Mba, jangan pulang dulu,"
"Us, buka puasa di sini kan?"
***
Entah dua tahun ini suasana di sana masih sama ataukah tidak. Detik-detik menunggu bunyi sirine berbuka ala anak TPA di salah satu masjid dekat kampus itu masih kurindu. Kampus Biru Kota Pelajar di mana aku tinggal sementara untuk mencari ilmu. Terkadang aku masih suka melihat postingan adik tingkat yang masih mengajar adik-adik TPA di sana.
Namun, satu tahun ini tak muncul postingan tentang kegiatan mengaji adk-adik TPA dan kegiatan lainnya. Sepertinya memang efek pandemi masih terasa dan membekas. Mungkin kegiatan rutin mengaji di TPA belum dapat berjalan secara intensif seperti saat pandemi belum terjadi.
Ramadan 2021: Bunyi yang sama di tempat yang berbeda.
Sirine tanda berbuka masih berbunyi. Di tempat yang letaknya 185 km  sebelah barat daya dari kota gudeg. Kali ini dengan kondisi yang lebih menenangkan dari Ramadan tahun lalu. Akan tetapi, rindu dengan tingkah dan kebersamaan makhluk-makhluk kecil yang membaur dan menghidupkan rumah Allah di bulan Ramadan tentunya menjadi rasa yang sulit untuk didefinisikan. Rindu yang sulit untuk dilupa. Mungkin sekarang sirine itu pun masih dibunyikan di sana hanya saja suasana yang dulu pasti tak lagi sama seperti hari ini.