Mohon tunggu...
oktaviyantipurba
oktaviyantipurba Mohon Tunggu... Penulis - mahasiswa

Saya Mahasiswa di Universitas Katolik Santo Thomas Medan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Ketika Dunia Berlari, Mengapa Pendidikan Indonesia Masih Berjalan?

21 Januari 2025   23:50 Diperbarui: 21 Januari 2025   23:26 74
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Worklife. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Di era modern sekarang ini semua serba instan dengan kecepatan yang luar biasa. teknologi, inovasi, dan reformasi di berbagai bidang membuat negara-negara di dunia semakin kompetitif, termasuk dalam sektor pendidikan. Pendidikan yang unggul bukan hanya menjadi suatu pondasi untuk menciptakan pondasi untuk menciptakan generasi emas dan berkualitas tetapi juga menjadi kunci untuk memajukan bangsa.

Namun akhir-akhir ini sering muncul berita tentang kondisi dan ketertinggalan pendidikan di negara dan bangsa Indonesia. Berdasarkan informasi yang dikutip dari https://www.cnbcindonesia.com  18 Agustus 2023 bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih terbilang rendah dan memerlukan perhatian lebih serius. Pada tahun 2023, peringkat pendidikan Indonesia berada di urutan ke-67 dari total 209 negara di seluruh dunia. Ketertinggalan ini menimbulkan pertanyaan mendasar, mengapa pendidikan Indonesia seolah-olah hanya “berjalan” ketika dunia sudah berlari? Apa saja akar dari permasalahan tersebut, dan bagaimana solusi yang dilakukan untuk mengejar ketertinggalan tersebut?

Kebijakan yang Lamban dan Tidak Konsisten

Pendidikan memerlukan kebijakan jangka panjang yang berorientasi pada masa depan. Sayangnya, kebijakan pendidikan di Indonesia sering berubah-ubah seiring pergantian Menteri Pendidikan. Selain itu, sering kali pelaksanaan kebijakan tidak berjalan secara efektif karena, masalah birokrasi, kurangnya pendanaan, atau bahkan korupsi.

Finlandia dikenal sebagai salah satu negara dengan system pendidikan terbaik di dunia. Finlandia berhasil menciptakan ekosistem pendidikan yang inovatif, berfokus pada kesetaraan, pembelajaran berbasis siswa, otonomi guru dan kesejahteraan murid. Oleh karena itu, negara Indonesia perlu belajar dari kebijakan yang di buat oleh negara Finlandia untuk menciptakan kebijakan yang tidak hanya reaktif tetapi juga proaktif.

Ketimpangan Akses yang Masih Parah

Ketika anak-anak di perkotaan sudah mengenal teknologi seperti Artificial Intelligence (AI) dan pembelajaran berbasis digital, banyak anak-anak yang tinggal di pedesaan masih berjuang untuk mendapatkan akses ke sekolah yang layak. Ketimpangan ini membuat lobang yang semakin lebar antara kelompok masyarakat yang memiliki akses yang minim terhadap pendidikan yang berkualitas.

Kebijakan pendidikan di negara maju memastikan semua anak mendapatkan akses pendidikan berkualitas tanpa memandang lokasi atau status sosialnya. Estonia dikenal sebagai masyarakat digital paling maju di dunia, menjadikan internet sebagai hak dasar warganya, sehingga anak-anak di pedesaan memiliki akses yang sama dengan di kota kota besar. Indonesia harus berkomitmen untuk menyediakan rancangan  infrastruktur pendidikan yang merata, termasuk akses internet dan teknologi.

Fokus yang Belum Berorientasi Pada Masa Depan

Kebijakan pendidikan yang cenderung reaktif daripada proaktif merupakan sebuah masalah. Kebijakan diambil tanpa mempertimbangkan tren global atau kebutuhan di masa yang mendatang. Akibatnya, system pendidikan di Indonesia lebih berfokus pada pembelajaran teori yang lebih mengutamakan hafalan daripada pengembangan keterampilan kritis, kolaboratif, dan inovatif. Di Indonesia, reformasi pendidikan kerap terhambat oleh birokrasi yang lambat, kurangnya komitmen jangka Panjang,dan seiringya pergantian kebijakan setiap kali perubahan kepemimpinan. Hal ini menciptakan ketidakstabilan dalam implementasi dan pengembangan pendidikan.

Sudah Saatnya Pendidikan Indonesia Berlari

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun