Saat sedang sibuk memikirkan mengenai apa yang ada di kepalaku, aku sepertinya dibawa kembali ke dunia nyata. Aku mengerjapkan mataku, berusaha untuk menyadarkan kembali dengan penglihatanku. Ya, aku sudah kembali ke asalku karena aku bisa melihat bayangan diriku yang menyedihkan itu di depan cermin dengan sinar redup itu.Â
Tapi, di dalam bayangan itu, aku seperti bisa melihat dua versi dari diriku. Yang di salah satu sisinya, aku melihat bahwa diriku berusaha mencari sinar-sinar lainnya. Sekalipun sinar yang kubawa itu redup, aku terlihat tidak berhenti mencari. Sementara itu, di sisi lainnya, aku melihat diriku hanya diam saja di sana. Sinar yang sudah redup itu akhirnya perlahan memudar dan akhirnya tenggelam dalam gelap.Â
Aku mengerjapkan mata kembali dan bayangan itu pun sirna. Kini, dengan apa yang baru saja kualami, aku seperti diajak untuk refleksi mengenai hidup ke depannya. Dengan sinar yang redup ini, seakan menggambarkan keadaan diriku yang sudah tidak ada niat untuk melanjutkan hidup, aku harus memilih dua jalan.Â
Permasalahannya adalah, aku pun masih belum tahu jalan mana yang harus kupilih ke depannya. Terus berjuang untuk mencari, walaupun ada kemungkinan untuk kecewa karena tidak kunjung menemukannya, atau tetap berdiam saja hingga akhirnya sinar itu padam.Â
Akhirnya, seperti dalam hidup, semuanya adalah pilihan. Tidak ada yang tahu akan seperti apa akhirnya, tidak ada yang tahu juga bagaimana prosesnya, tidak ada yang tahu juga nanti akan berjalan seperti apa ketika sudah memilih.Â
Jadi, dengan semua yang sudah aku pikirkan, apakah aku harus berusaha untuk tetap mempertahankan nyala api yang aku punya, atau membiarkannya perlahan meredup hingga akhirnya hilang ditelan kegelapan?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI