Mohon tunggu...
William Oktavius
William Oktavius Mohon Tunggu... Lainnya - Welcome to my opinion :)

Just Do It

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sinar Api dalam Hidup, Apa Perlu Aku Pertahankan?

20 September 2023   20:23 Diperbarui: 20 September 2023   21:27 458
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Aku menatap ke arah cermin. Di sana, aku bisa melihat wajah yang suram, mata yang tidak bersemangat, serta ada sedikit sinar di dalam tubuh. Aku berpikir sejenak. Sinar apa itu? Terlihat sebentar lagi hendak padam, seperti tidak punya niat untuk menyala kembali. Bingung dengan sinar yang belum pernah aku lihat, aku lalu mencoba fokus ke sinar itu. Beberapa saat kemudian, aku merasa seperti ada yang menarik diriku. Seperti diseret dengan paksa, aku merasa dibawa masuk ke dalam diri yang sedari tadi aku pandangi. 

Beberapa saat kemudian, aku tersadar. Aku masuk ke dalam refleksi diriku sendiri. Kenapa aku bisa tahu? Karena aku melihat sebuah layar dan berisi aku yang sedang menjalani hari-harinya. Saat aku perhatikan kembali, itu adalah momen di mana aku menjalani berbagai macam hal di masa lalu. 

Satu hal yang menarik perhatianku, ternyata di diriku itu terdapat sinar juga. Tapi, sinar itu terlihat cukup terang, berbeda dengan apa yang sudah aku lihat di cermin pada beberapa saat sebelumnya. Aku terlihat begitu bahagia, ditemani oleh berbagai macam orang, aku terlihat seperti orang yang memang tercipta untuk hadir di tengah orang-orang itu. Aku bisa menjadi orang yang berharga di tengah orang lain, bagaikan sinar yang membantu penglihatan orang-orang sekitar. 

Namun, begitu aku melihat ke sisi lainnya, pemandangan yang berbeda hadir. Aku melihat sinar yang ada di dalam diriku perlahan meredup. Dari pemandangan itu, aku sedikit terkejut karena akhirnya menyadari sesuatu. Diriku yang awalnya ceria, sinar yang begitu terang, perlahan mulai terkikis seiring berjalannya waktu. 

Orang-orang yang aku kenal perlahan pergi meninggalkan diriku, aku kesulitan untuk menyesuaikan diri di tempat baru sekalipun aku mencoba untuk membiasakan diri, tidak ada yang membutuhkan pertolonganku, kehadiranku terlihat seperti tidak ada. Karena aku dirasa sudah tidak dibutuhkan lagi, sinar yang ada pada diriku mulai memudar, tidak seperti di sisi sebelumnya yang begitu terang. Dan ketika aku berada di akhir tontonan itu, sinar yang aku punya sudah begitu redup, mirip dengan apa yang aku lihat di awal pertama aku melihat diriku. 

Aku termenung setelah menonton dua perjalanan hidup yang jelas pernah aku jalani dulu. Aku kemudian berpikir, apakah sinar itu adalah refleksi dari semangat hidupku sendiri? Jika semakin terang itu berarti aku bersemangat hidup, tetapi jika redup itu artinya aku sudah tidak ingin melanjutkan hidup lagi? 

Apa memang aku sudah sampai di tahap yang semenyedihkan itu? Tapi, jika melihat dengan sinar yang aku punya sekarang, dan juga dibandingkan dengan apa yang sudah kutonton tadi, sepertinya memang benar. Semangat hidupku itu sudah tidak seterang dulu, karena itu, sinar yang redup seolah ingin menggambarkan bahwa semangat yang aku punya memang tidak banyak lagi. 

Setelah beberapa saat merenung, aku ingin menangis. Aku ternyata kesepian. Aku butuh orang lain. Aku perlu orang lain agar aku merasa dibutuhkan oleh mereka. Aku butuh bantuan sinar dari orang lain agar aku tidak semakin redup. Jika kehadiran aku tidak berdampak untuk orang lain, untuk apa aku terus mempertahankan sinar yang terang? 

Jika bisa aku bayangkan, sinar itu tampak seperti lilin. Macam lilin yang akan perlahan meredup jika dibiarkan sendiri dan kesepian, jika lilin itu diletakkan berdekatan, maka nyala sinar lilin itu akan semakin terang dan susah untuk dipadamkan. Dan apa yang terjadi padaku saat ini membuat aku terlihat seperti masih membutuhkan kehadiran orang lain agar aku merasa "dianggap" dan sinar yang aku punya ini menjadi berguna untuk orang lain. 

Tapi, dengan kondisi kini aku sudah sendirian, tidak ada yang butuh bantuanku, serta kehadiranku terlihat seperti tidak ada, apa aku mampu untuk mencari bantuan sinar itu agar sinar yang kupunya bisa menjadi terang kembali? Kalo dalam bahasa lainnya, for what I'm exist in here? Nobody needs me, so what's the point I'm still in here? Karena itu, aku butuh bantuan orang lain, setidaknya sedikit sinar agar aku bisa ikut bertahan dalam melawan keredupan itu. 

Tidak perlu untuk berlama-lama, tapi setidaknya sampai sinar yang redup itu bisa kembali terang dan dapat kembali menerangi sekitarnya. Sayangnya, memikirkan hal itu sudah membuat diriku lelah, jadi sepertinya memang masa terangku sudah berakhir dan kini sebentar lagi aku harus memadamkan sinar itu, yang artinya aku sudah tidak ada artinya lagi untuk terus mempertahankan sinar yang memang sudah tidak ada harapan lagi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun