Aliran Mu'tazilah disebut sebagai aliran Kalam rasionalis atau aliran Islam rasionalis karena dalam pemikirannya  atau dalam argumennya lebih mengedepankan dan mengutamakan rasional serta akal. Hal inilah yang membedakan aliran Mu'tazilah dengan aliran-aliran lainnya.
Mu'tazilah lebih mengedepankan dan mengutamakan akal serta rasionalitas karena mereka meyakini bahwa akal adalah salah satu karunia dari Allah. Karunia inilah yang menurut mereka harus digunakan sebagai "alat" untuk memahami serta menafsirkan ajaran agama dengan benar dan rasional. Pendekatan mereka yang lebih mengedepankan akal juga merupakan cara bagi Mu'tazilah untuk mengatasi kontradiksi antara keyakinan agama dengan rasionalitas manusia.
Berikut adalah alasan lain mengapa aliran Mu'tazilah lebih mengedepankan akal dan juga rasionalitas:
a). Allah Maha Adil
Aliran ini melakukan penekanan bahwasannya Allah adalah Tuhan yang adil. Sehingga untuk memahami keadilan Allah tersebut dibutuhkan akal dan rasionalitas.
b). Pemisahan antara Benar dan Salah
Dalam pandangan Mu'tazilah akal adalah alat yang harus digunakan oleh manusia untuk membedakan mana yang benar dan mana yang salah dalam memahami ajaran-ajaran agama. Supaya manusia dapat memiliki pemahaman agama yang baik dan benar.
c). Penolakan pada Taklid Buta
Ajaran agama tanpa mempertimbangkan rasionalitas sering kali menyebabkan adanya pendekatan buta / taklid buta. Oleh karena itu, Mu'tazilah mengedepankan akal supaya tidak ada pemahaman dan penafsiran keliru pada ajaran-ajaran agama Islam.
Itulah penjelasan singkat mengenai menulusuri pemikiran rasionalis Islam dalam tubuh Mu'tazilah. Dimana dalam sejarahnya Mu'tazilah memang lahir dari adanya perbedaan pendapat antara seorang murid dengan gurunya, tetapi tidak bisa dipungkuri pemikiran-pemikiran rasionalis dalam aliran ini juga mempunyai dampak baik bagi pemikiran Islam.
Artikel ini ditulis sebagai pemenuhan tugas UAS pada mata kuliah Akidah Ilmu Kalam dengan dosen pengampu Prof. Syamsul Rijal, MA, Ph. D