Pendidikan akhlak pada Muslim tentunya berkaitan pada pendidikan Islam. Pendidikan Islam adalah pengajaran yang bersumber pada nilai-nilai keislaman.Â
Dalam hal ini pendidikan Islam yang berhasil atau terpadu ditandai dengan menguatnya kepribadian pada anak sehingga mampu menjadi muslim yang baik serta sehat secara fisik dan tentunya juga mental.Â
Tidak hanya itu, pendidikan islam yang terpadu pada diri anak juga ditandai dengan optimalnya kecerdasan intelektual, memiliki kepekaan emosi yang baik kepada sesama manusia, linkungan sosial, dan juga menyadari secara utuh bahwa hakikat dirinya adalah hamba Allah SWT.
Ketika berbicara mengenai pendidikan tidak lengkap rasanya jika tidak mengulik terlebih dahulu megenai apa itu pendidikan. Dalam Al-Qur'an serta hadits kata pendidikan dikenal dalam beberbagi istilah diantaranya tarbiah (pendidikan), taklim (pengajaran), ta'dib (pendidikan budi pekerti), tahzib (pendidikan akhlak), dan juga tazkiyat (penyucian).Â
Tarbiah sendiri secara etimologi memiliki arti bertambah, tumbuh bukit atau dataran tinggi. Pengertian tarbiah ini bersumber pada dua ayat Al-Qur'an pada surah Al-Baqarah ayat 265 dan Al-Mu'minun ayat 50.Â
Bersumberkan pada kedua ayat tersebut bisa ditarik kesimpulan mengenai apa tujuan dari adanya pendidikan Islam, yakni untuk mengembangkan seluruh potensi yang ada pada anak secara keseluruhan supaya dapat sampai pada derajat tertinggi dihadapan Allah.
Manusia sebagai makhluk ciptaan Allah memang lahir ke dunia dalam keadaan suci, murni dan tidak menau akan hal apapun. Namun, dalam diri tiap-tiap individu tersebut sudah Allah titipkan potensi-potensi.Â
Potensi-potensi tersebut terdiri dari potensi fisik, intelek, emosi, spritiual, personal dan juga emosional. Disinilah peran pendidikan yang terpadu, dimana pendidikan yang terpadu mampu memupuk serta menumbuhkembangkan dengan baik seluruh potensi-potensi yang ada pada manusia.Â
Dibutuhkannya pendidikan yang baik bertujuan agar tidak hanya mampu mengembangkan potensi-potensi tersebut, tetapi juga mampu membentuk akhlak Muslim yang baik.Â
Dalam hal pendidikan ini ada beberapa lingkungan pendidikan yang bisa digunakan sebagai wadah untuk menumbuhkembangkan potensi. Menurut para ahli pendidikan, lingkungan-lingkungan tersebut adalah lingkungan pendidikan keluarga, lingkungan pendidikan sekolah dan  juga lingkungan pendidikan masyarakat.Â
Ketiga lingkungan pendidikan tersebut memiliki peran dan juga pengaruhnya masing-masing, berikut adalah penjelasan lebih lanjut mengenai ketiga lingkungan pendidikan tersebut.
1). Lingkungan Pendidikan di KeluargaÂ
Lingkungan keluarga serta orang tua merupakan figur dan contoh pertama yang paling berpengaruh pada anak. Maka dimulai dari sini lah akhlak pada anak terbentuk, potensi-potensi pada anak mulai bertumbuh dan juga berkembang. Proses pendidikan akhlak dalam keluarga bersifat dan  terjadi secara natural, universal serta primordial. Natural maksudnya pendidikan akhlak dalam keluarga ini bersifat alamiah, kemudian pendidikan tersebut juga menyangkut seluruh aspek kehidupan seperti agama, budaya juga bahasa atau dalam arti lain pendidikan akhlak dalam keluarga itu bersifat universal. Terakhir pendidikan dalam lingkungan ini juga bersifat primordial, yakni lingkunya keluarga merupakan sumber terbentuknya kepribadian dan karakter manusia. Dalam hal ini  ada beberapa teori yang menjadi pembangun pada pendidikan akhlak dalam lingkungan keluarga, yaitu teori naturalisme, empirisme dan teori konvergensi.
a. Teori Naturalisme
Anak menjadi baik atau buruk bukan karena pengaruh daripada keluarga, melainkan dipengaruhi oleh faktor pembawaan / bawaan sejak lahir.
b. Teori Empirisme
Anak menjadi baik atau buruk itu ditentukan dan dipengaruhi oleh lingkungan keluarganya.
c. Teori Konvergensi
Menurut teori ini setiap anak lahir dengan potensi untuk menjadi baik dan juga jahat. Faktor genetik, keturunan dan juga pendidikan sebelum lahir memang bisa berpengaruh pada baik-buruknya anak, tetapi ketiga hal tersebut hanyalah bersifat potensial karena menurut teori ini anak yang baru lahir itu seperti kertas putih mengenai nanti akan berwarna, corak atau akan ada goresan apa itu bergantung pada interaksi yang ada diantara anak dengan keluarganya. Teori konvergensi ini sejalan dengan yang ada pada Al-Qur'an dan juga sunnah, dimana Allah itu mengilhamkan pada manusia potensi menjadi pribadi yang baik juga menjadi pribadi jahat.
Berdasarkan penjelasan mengenai teori-teori tersebut ada empat metode yang bisa diupayakan oleh keluarga serta orang tua untuk mengembangkan potensi yang ada pada anak dengan baik supaya bisa menjadi pribadi berakhlak Muslim. Berikut penjelasan mengenai keempat metode pendidikan akhlak dalam keluarga.
a. Metode Konfirmasi
Pada metode ini tugas keluarga adalah mengenalkan anak kepada Allah. Mengenalkan bahwasannya ia ada di dunia sebab ada Allah yang menciptakannya, membimbing serta menyanyanginya.
b. Metode Uswatun-Hasanah
Metode uswatun-hasanah atau teladan yang baik adalah metode yang bertumpu pada orang tua merupakan figur serta contoh pertama dan paling berpengaruh bagi anak. Metode ini bisa dilakukan dengan tiga langkah. Pertama, ayah beserta ibu harus mempersiapkan sebaik mungkin untuk menjadi calon orang tua yang baik untuk anak-anaknya. Kedua, orang tua harus memberikan contoh-contoh yang baik pada anak, mengajarkan pada anak untuk bisa memilah serta memilih mana hal yang baik dan mana yang buruk, serta orang tua juga harus mampu menciptakan kebiasaan yang baik. Ketiga, ini adalah langkah terakhir yang akan menetukan efektif tau berhasil tidaknya metode ini, yakni orang tua harus selalu konsisten menjadi figur yang baik bagi anak juga konsisten mengajarkan kebaikan pada anak.
c. Metode Cerita
Anak-anak secara alamiah senang belajar dengan hal-hal yang sederhana dan dengan dengan dunianya, seperti belajar melalui cerita. Melalui metode ini orang tua bisa melakukan pendidikan akhlak dengan menceritakan kisah-kisah nabi atau cerita-cerita baik lainnya yang mampu mengajarkan pada anak tentang akhlak yang baik itu yang seperti apa.
d. Metode Literasi
Selain dengan bercerita, akhlak anak juga bisa dibagun melalui membaca atau literasi. Metode literasi adalah metode menumbuhkan minat baca sedini mungkin pada anak. Ada dua langkah dalam metode literasi ini. Pertama, memulainya dengan cara sederhana terlebih dahulu untuk membangkitkan minat baca anak dengan memperkenalkan cerita bergambar tentang ensiklopedia alam dan juga ensiklopedia Isslam. Kedua, mengajak anak-anak untuk mebaca atau jika anak masih belum mau untuk membaca sendiri, orang tua bisa membantu untuk membacakannya.
2). Lingkungan Pendidikan di SekolahÂ
Pendidikan akhlak Muslim di ruang lingkup sekolah berhasil atau tidaknya ditentukan oleh dua faktor utama dan satu fakor pendukung. Dua faktor utamanya yaitu kualitas guru agama dan kurikulum pendidikan agama di sekolahan tersebut. Selanjutnya satu faktor pendukungnya adalah lingkungan di luar kelas yang tidak kalah penting seperti lingkungan kantin, ekstrakulikule, perpustakaan dan lain sebagainya.
a. Kualitas Guru Agama
Guru agama bukan hanya bertugas untuk memberikan pendidikan agama pada anak di sekolah, tetapi juga berkewajiban untuk mendidik agama dan membimbing dalam pengamalan agama agar sesuai dengan apa yang Nabi Muhammad ajarkan. Selain itu, guru agama yang ada di sekolah juga merupakan uswatun-hasanah bagi banyak orang di lingkungan sekolah yang bukan hanya untuk siswa dan siswi saja.
b. Kualitas Kurikulum Agama
Kurikulum agama terdiri dari materi pendidikannya itu sendiri, kemudian apa serta bagaimana proses yang akan ditempuh dalam pengajaran materi agama tersebut, dan juga sikap, wawasan serta pengamalan agama para peserta didik. Kurikulum pendidikan agama yang baik apabila juga didudukung dengan kualitas guru agama yang tidak kalah baik akan menciptakan keberhasilan pendidikan akhlak di sekolah.
3). Lingkungan Pendidikan di Masyarakat
Selain dalam lingkungan keluarga dan sekolah, pendidikan akhlak Muslim juga bisa terjadi serta terbangun dalam lingkungan masyrakat. Seperti namanya, yakni lingkungan masyarakat maka pendidikan ini berlangkung dalam ruang lingkup sosial. Pendidikan di ruang lingkup ini bisa ditempuh melalui lembaga pengajian, majelis taklim atau remaja masjid. Tujuan dari adanya pendidikan akhlak dalam ruang lingkup masyarakat selain untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat akan akhlak mulia kepada Allah juga mengajarkan masyarakat akhlak yang mulia kepada sesama manusia itu seperti apa dan bagaimana.
Itu adalah penjelasan mengenai tiga ruang lingkup pendidikan. Dalam prosesnya, penerapan pendidikan akhlak Muslim dalam ketiga ruang lingkup pendidikan itu tidaklah muda. Muncul masalah-masalah baru, seperti krisis pendidikan nasional. Krisis pendidikan nasional disebabkan oleh menurunnya akhlak dan moralitas, rendahnya lulusan pendidikan formal pada semua jenjang pendidikan dan juga karena sumber daya pendidikan yang belum optimal.
Dari ketiga persoalan yang menjadi sebab terjadinya krisis pendidikan nasional, ada satu hal yang bisa pemerintah lakukan, yaitu menghidupkan kembali pendidikan karakter bangsa yang mengakar pada agama. Dalam masalah pendidikan nyatanya memang pemerintah baik itu pemeritah pusat maupun daerah bertangung jawab menyelenggarakan pendidikan berkualitas serta pelayanan pendidikan yang berkualitas untuk bangsa. Penyelenggaraan pendidikan yagg berkualitas ini nantinya akan memberikan bimbingan kepada seluruh warga negara untuk mendapat bimbingan menganai mana yang baik dan buruk, pendidikan keimanan, alam, akhlak dan pengembangan diri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H