Tidak hanya itu, dalam satu kesempatan Soerya juga mengundang tokoh-tokoh yang dituakan, mewakili warga Tanjung Uma untuk bernegosiasi. Undangan yang sedianya di tempatkan di LAM (Lembaga Adat Melayu), tapi di pertengahan jalan mereka dibelokkan ke arah menuju rumah Soerya. Tanpa disangka, di sana mereka telah disambut puluhan pengawal Soerya. Celakanya, bukan solusi yang mereka dapat, melainkan umpatan dan bentakan. Bahkan Soerya mengajak mereka duel satu lawan satu. Adu fisik, adu kekuatan, adu nyali. (http://regional.kompas.com/read/2013/10/20/1721499/Warga.Marah.oleh.Pernyataan.Wagub.Kepri)
Pertanyaannya: pantaskah seorang pemimpin mengajak duel warganya di tengah situasi di mana mereka sedang butuh perlindungan? Bukankah seorang pemimpin semestinya mengayomi bukan memaki? Hanya masyarakat Kepri yang dapat menjawabnya.
Itulah sekelumit catatan mengenai perbedaan HM Sani dan HM Soerya. Kita berharap masyarakat dapat memilah dan memilih dengan akal sehat dan hati nurani. Semua ini demi masa depan Kepri, masa depan anak cucu kita. Sebab sekali lagi, di Pilkada nanti sebenarnya kita akan memilih dan menentukan nasib sendiri.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H