Bisa simak adegan di UKS yang bakal jadi adegan memorable film Dua Garis Biru karena shoot-nya, emosinya, dan akting totalnya yang membuat penulis meneteskan air mata.
Makna film makin ngena karena scoring yang luar biasa. Gina bersama dengan departemen musiknya meramu semuanya dengan timing yang pas.
Pemilihan soundtrack juga enggak neko-neko. "Jikalau" dari Naif, "Biru" dari Banda Neira, "Sulung" dari Kunto Aji, "Growing Up" dari Rara Sekar, "Sorry" dari Pamungkas, dan "Muda, Tangguh, dan Perkasa" dari Angsa & Serigala. Semuanya, menyatu.
Makna Film Dua Garis Biru
Tak heran jika sembilan tahun lamanya Gina S. Noer memaksimalkan film Dua Garis Biru ini agar film ini tak lahir "prematur". Selalu saja banyak pesan yang ingin ia sampaikan dari film ini kepada orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya.
Film ini juga menjadi alat kepada setiap keluarga yang menonton jika sedang atau pernah mengalami kesalahan anggota keluarganya, dan proses memaafkan satu sama lain demi perjalananannya menjadi lebih baik.
Enggak hanya itu, film Dua Garis Biru juga menjadi desakan Gina untuk para pihak yang bertanggung jawab agar lebih serius mengurangi jumlah kesalahan fatal seperti kehamilan dini pada remaja Indonesia.
Kesalahan itu bisa berujung pada kematian ibu atau bayinya, menambah jumlah angka pelajar yang putus sekolah, lingkaran kemiskinan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga karena ketidaksiapan pernikahan dini.
Film ini patut ditonton semua keluarga Indonesia sebagai salah satu upaya preventif remaja dan orangtua soal pendidikan seks yang lebih komprehensif. Bukan cuma soal seks, tapi dalam hal lainnya. Sebab, memahami hal mendasar seperti seks sebenarnya adalah bagian dari perjalanan mengenali dan menghargai diri sendiri sebagai manusia.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H