Mohon tunggu...
Oktaviani Putri Nur Hamidah
Oktaviani Putri Nur Hamidah Mohon Tunggu... Relawan - Mahasiswi UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Gadis Pecinta hujan yang mengharapkan ridho tuhannya

Selanjutnya

Tutup

Film Pilihan

Review "Dua Garis Biru", Pernikahan Dini dan Konflik yang Menyertainya

13 Juli 2019   23:35 Diperbarui: 14 Juli 2019   00:14 3109
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Official poster Dua Garis Biru (Starvision Plus)

Bisa simak adegan di UKS yang bakal jadi adegan memorable film Dua Garis Biru karena shoot-nya, emosinya, dan akting totalnya yang membuat penulis meneteskan air mata.

Makna film makin ngena karena scoring yang luar biasa. Gina bersama dengan departemen musiknya meramu semuanya dengan timing yang pas.

Pemilihan soundtrack juga enggak neko-neko. "Jikalau" dari Naif, "Biru" dari Banda Neira, "Sulung" dari Kunto Aji, "Growing Up" dari Rara Sekar, "Sorry" dari Pamungkas, dan "Muda, Tangguh, dan Perkasa" dari Angsa & Serigala. Semuanya, menyatu.

Makna Film Dua Garis Biru
Tak heran jika sembilan tahun lamanya Gina S. Noer memaksimalkan film Dua Garis Biru ini agar film ini tak lahir "prematur". Selalu saja banyak pesan yang ingin ia sampaikan dari film ini kepada orang tua, anak dan anggota keluarga lainnya.

Film ini juga menjadi alat kepada setiap keluarga yang menonton jika sedang atau pernah mengalami kesalahan anggota keluarganya, dan proses memaafkan satu sama lain demi perjalananannya menjadi lebih baik.

Enggak hanya itu, film Dua Garis Biru juga menjadi desakan Gina untuk para pihak yang bertanggung jawab agar lebih serius mengurangi jumlah kesalahan fatal seperti kehamilan dini pada remaja Indonesia.

Kesalahan itu bisa berujung pada kematian ibu atau bayinya, menambah jumlah angka pelajar yang putus sekolah, lingkaran kemiskinan, bahkan kekerasan dalam rumah tangga karena ketidaksiapan pernikahan dini.

Film ini patut ditonton semua keluarga Indonesia sebagai salah satu upaya preventif remaja dan orangtua soal pendidikan seks yang lebih komprehensif. Bukan cuma soal seks, tapi dalam hal lainnya. Sebab, memahami hal mendasar seperti seks sebenarnya adalah bagian dari perjalanan mengenali dan menghargai diri sendiri sebagai manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun