Aku: "Ayah, nggak jadi potong gaji nih, katanya jadi pembatalan THR dan gaji ketigabelas."
Ayah: "Oh iya? Ya nggak apa-apa. Kita juga tidak bisa merayakan lebaran ramai-ramai kan ya, masih pandemi ini. Rencana liburan kita juga bisa ditunda, toh sekarang memang masih harus di rumah. Lagi pula uang kuliah adikmu juga aman, sudah ada tabungannya. Kan situasi negara memang masih genting. Banyak orang yang kondisinya lebih parah dari kita kan?"
Aku: "Iya sih, yah. Sekarang juga kita hidup masih nyaman kok, karena gaji ayah nggak jadi dipotong. Hehe"
Ayah: "Iya, tapi nanti jajanmu dikurangi sedikit ya, belajar masak saja dengan ibumu."
Lalu pembicaraan kami semalam tadi...
Aku: "Ayah, sayang sekali kemarin ayah jadi naik golongan."
Ayah: "Lah, memang kenapa nak?"
Aku: "Itu yah, baru lihat berita, hanya ASN golongan IV yang tidak menerima THR tahun ini."
Ayah: "Ya nggak apa-apa. Berarti ayah ini udah dihitung pejabat, sama-sama tidak dapat THR seperti jajaran pemerintah. Haha. Tapi baguslah, jadi teman-teman yang gajinya masih sedikit jadi tidak kesulitan juga."
Perbincanganku dengan ayah akhirnya membawa kepada sebuah rasa kagum. Kalau memang seluruh ASN seperti ayahku, ternyata seorang ASN itu sangat keren ya, pengabdiannya terhadap negara tidak hanya sebatas pekerjaan yang dikerjakannya setiap hari kerja. Bahkan di masa seperti ini pun, kepentingan negara didahulukan dibandingkan kepentingan diri dan keluarganya.
Melihat respon ayahku, tentu saja semua keberatan dan protesku terhadap keputusan pemerintah kemarin, yang mencabut THR dan Gaji 13 ayahku, menjadi hilang tak berbekas. Kata ayah, keluarga kami tidak akan kenapa-kenapa meskipun tanpa uang tambahan itu. Meskipun ada beberapa pengorbanan yang harus dilakukan, rasanya tidak sebanding dengan kesulitan yang dialami oleh rekan-rekan rakyat Indonesia lainnya.