1. Pendahuluan
Pasca Perang Dunia II sebagian besar negara di dunia menjadikan keamanan sebagai isu yang paling menonjol. Pemerintahan kontemporer abad ini telah memprioritaskan keamanan negara mereka melebihi apapun. Negara diberbagai belahan dunia bahkan menghabiskan lebih banyak dana untuk pertahanan terhadap ancaman atau musuh yang sudah diketahui dan diantisipasi dibandingkan dengan dana yang mereka keluarkan untuk pendidikan, perumahan, dan prioritas domestik lainnya. (Andrew F. Cooper, 2013)
Untuk kepastian keamanan, berbagai upaya dan strategi dijalankan. Mulai dari mengadakan negosiasi bilateral dan multilateral, misi pemeliharaan perdamaian, sanksi ekonomi, hingga memperbanyak aliansi bidang militer, serta mempersempit potensi ancaman dari pihak luar. Semua strategi dan upaya keamanan tersebut dalam hubungan internasional disebut sebagai diplomasi keamanan.
Berkaitan dengan diplomasi keamanan, salah satu upaya yang telah dijalankan Indonesia selama beberapa dekade yaitu misi pemeliharaan perdamaian dunia dengan mengirimkan pasukan perdamaiannya sejak tahun 1957. Pasukan perdamaian ini dinamai Pasukan Garuda atau Kontingen Garuda (KONGA).
Diplomasi keamanan Indonesia dalam bentuk pengiriman pasukan perdamaian ini sangat menarik untuk dibahas sebab pertama, Indonesia tengah melaksanakan salah satu amanat konstitusinya yaitu dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV, yaitu "melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial....". Kedua, menjalin kerjasama antara Indonesia dengan negara lain. Ketiga, personal militer Indonesia mendapat tambahan pengetahuan dan pengalaman dan berkesempatan membangun jaringan kerja internasional. Dan yang keempat tentunya dapat meningkatkan citra Indonesia di dunia Internasional.
2. Pembahasan
Indonesia sendiri telah banyak melaksanakan diplomasi keamanan, salah satunya yaitu Indonesia telah menyumbangkan pasukan perdamaiannya ke barbagai negara yang tengah berkonflik. Dalam hal ini Indonesia bekerjasama dengan Perserikatan Bangsa-Bangsa.
Pengiriman Kontingen Garuda ini begitu penting baik dalam rangka penjagaan perdamaian maupun diplomasi. Pasukan Garuda sebagai penjaga perdamaian dalam menjalani tugasnya tidak hanya menggunakan pendekatan militer, tapi juga melakukan pendekatan yang diplomatis agar bisa bernegosiasi dengan masyarakat setempat supaya terciptanya situasi kondusif di wilayah operasional Kontingen Garuda.
Diplomasi Keamanan mempunyai prinsip utama yang salah satunya yaitu promosi kepentingan bersama dan penghormatan terhadap kedaulatan negara lain. Dialog dan negosiasi menjadi penekanan utama bagi diplomasi keamanan untuk menyelesaikan konflik dan menghindari penggunaan kekuatan. Â Â Â Â
Peran Indonesia dalam pengiriman pasukan perdamaian terus mengalami perubahan dan peningkatan seiring berjalannya waktu. Indonesia yang awalnya hanya mengirimkan sejumlah kecil pasukan, seiring berjalannya waktu jumlah pasukan yang dikirim bertambah dan cakupan tugas mereka menjadi lebih luas. Hal ini dilatarbelakangi bertambahnya kemampuan dan pengalaman pasukan penjaga perdamaian Indonesia, serta meningkatnya kepercayaan dunia Internasional.
Dalam misi pengiriman Kontingen Garuda (KONGA) pertama yaitu pada tahun 1957, Indonesia mengirimkan 559 personil infanteri ke wilayah Sinai, Mesir dalam misi United Nations Emergency Force (UNEF). Tujuannya untuk menengahi konflik yang yang terjadi antara negara-negara Arab dengan Israel. Dari misi pengiriman KONGA pertama, hingga sekarang Indonesia telah mengirim ribuan personelnya. Per 31 Oktober 2022, Indonesia berada di peringkat kedelapan, dari total 125 negara, sebagai negara dengan jumlah pasukan terbanyak dalam misi pemeliharaan perdamaian PBB, hal ini merujuk pada data UN Peacekeeping. (Indonesia Defense, 2022)
Pengiriman Kontingen Garuda diberbagai negara berkonflik tentunya memiliki banyak manfaat yang nyata seperti yang telah disebutkan sebelumya. Namun, selain mendapat manfaat ternyata misi tersebut juga mendapat berbagai tantangan. Tantangan yang dihadapi seperti tantangan fisik terkait kondisi alam yang berbeda. Adapun tantangan yang bisa mempengaruhi psikologis personil yakni tantangan sosial, seperti memahami tradisi dan budaya lokal, pelecehan hak asasi manusia, rentan pelecehan seksual (banyak dialami personil perempuan), dan sebagainya. (Rini, 2021)
Operasi pemeliharaan perdamaian ini mulanya memiliki peran terbatas dalam menjaga gencatan senjata dan menstabilkan kondisi di zona konflik. Namun dalam perkembangannya, tugas ini diperluas dengan mencakup tugas pelaksanaan perjanjian damai antara pihak-pihak yang berkonflik. Konflik yang dibahas tidak hanya konflik antar negara, tetapi juga konflik internal (dalam negeri negara terkait) dan perang sipil. Ditambah lagi, operasi ini juga harus menangani terorisme, radikalisme, dan penyakit menular. Antara tahun 2008 dan 2014, pasukan MPP PBB dari Indonesia menghadapi wabah virus Ebola di kawasan Afrika Barat, termasuk Kongo, Liberia, Guinea, Sierra Leone, Mali, dan Sudan. (Sekretariat Kabinet Republik Indonesia, 2021)
Kontribusi Indonesia pada misi perdamaian ini tidak terbatas pada kontribusi fisik, tetapi juga pemikiran. Indonesia aktif berpartisipasi dalam berbagai pertemuan terkait peacekeeping, salah satunya inisiatif Resolusi No. 2538 Dewan Keamanan PBB tentang pemberdayaan perempuan dalam tugas peacekeeping. Pada Februari-Maret 2021, Indonesia juga berpartisipasi dalam upaya peningkatan kepemimpinan operasi penjaga perdamaian PBB, termasuk pertemuan Komite Khusus Operasi Penjaga Perdamaian (C-34) di New York.
Keikutsertaan Indonesia dalam MPP PBB telah mendapatkan pengakuan dan penghargaan dari berbagai kalangan. Partisipasi aktif dan kredibilitas Indonesia menjadi salah satu alasan mengapa PBB meminta peningkatan personil Indonesia. Manfaat tidak langsung dari kontribusi ini adalah memungkinkan perwakilan Indonesia mengambil jabatan strategis dalam operasi pemeliharaan perdamaian PBB dan badan-badan PBB.
3. Kesimpulan
Pengiriman Kontingen Garuda (KONGA) sebagai pasukan perdamaian selain bermanfaat bagi negara-negara yang tengah berkonflik, tentunya memiliki manfaat terhadap Indonesia. Operasi ini merupakan salah satu wujud dari diplomasi keamanan Indonesia yang bertujuan untuk meningkatkan kapabilitas militer dan citra luar negeri Indonesia.
Dengan adanya operasi pengiriman KONGA, Indonesia telah menunjukkan komitmennya dalam melaksanakan salah satu amanat konstitusi yaitu dalam pembukaan UUD 1945 alinea ke-IV, yaitu "melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial....".
Dengan penempatan prajurit perdamaian Indonesia di banyak negara, baik itu di negara-negara di timur tengah seperti Suriah, Lebanon, Irak, Iran, maupun negara-negara di benua Afrika seperti Kongo, Sudan, Mali, Â hal itu bisa menjalin kerjasama antara Indonesia dengan negara terkait. Di masa depan, jikalau Indonesia memerlukan bantuan pasukan dari negara-negara tersebut, maka tidaklah sulit bagi Indonesia untuk mendapatkannya. Hal ini terkait hutang budi yang telah mengikat mereka.
Dari operasi ini personil militer Indonesia yang ditugaskan juga mendapat tambahan pengetahuan dan pengalaman dibidang militer dan berkesempatan membangun jaringan kerja internasional. Dan yang terpenting tentunya dapat meningkatkan citra Indonesia di dunia Internasional.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H