Mohon tunggu...
Okta Nurul Illahi
Okta Nurul Illahi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional UPN "Veteran" Yogyakarta

Pembelajar

Selanjutnya

Tutup

Politik

Dilanda Kekacauan Politik, Inilah Deretan Presiden Peru Alami Pemakzulan Hingga yang Terbaru Pedro Castillo

22 Desember 2022   19:46 Diperbarui: 22 Desember 2022   19:46 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Selama 12 tahun terakhir, Peru telah melalui serangkaian proses pencopotan presiden dari jabatannya. Pencopotan tersebut disebabkan umumnya atas tuduhan korupsi, ketidakmampuan moral politik, yang setelah pencopotannya ada yang dipenjara.

Seperti yang baru saja dialami oleh Pedro Castillo, yang pada senin lalu (7/12) telah dimakzulkan dari jabatannya sebagai presiden oleh Parlemen Peru.

[Parlemen Peru memakzulkan Presiden Pedro Castillo usai dia mencoba membubarkan Kongres. Castillo sendiri baru dilantik sebagai presiden pada Juli 2021], masa jabatan yang terbilang masih seumur jagung.

Sebenarnya antara Castillo dan Parlemen memang tidak akur, terhitung telah tiga kali parlemen Peru mencoba melakukan upaya pemakzulan terhadap Presiden ke-63 Peru tersebut.

Castillo juga sebelumnya dituding melakukan korupsi dan berhubungan dengan jaringan kriminal.

Kasus seperti ini sebenarnya bukan hal baru pada pemerintahan Peru, para presiden pendahulunya Castillo juga terjerat kasus-kasus yang hampir serupa.

Dalam enam tahun Peru telah mempunyai enam presiden dalam lingkaran politik yang berputar - putar dimana pemerintah tumbang seperti kartu domino, banyak dirundung skandal korupsi di negara dengan jurang besar antara si kaya dan si miskin tersebut.

Bentuk kekacauan atau ketidakstabilan politik di Peru bisa dilihat dari berganti-gantinya kepala negara Peru. Yang dimana kepala negara yang berganti tersebut belum habis masa jabatannya.

Pedro Castillo (2021-2022)

Castillo, seorang mantan guru dan petani, mendapat dukungan kuat di daerah pedesaan yang miskin di negara itu untuk memenangkan kampanye pemilihan yang memecah belah, tetapi peringkat persetujuannya telah turun dan dia terus menghadapi tentangan dari Kongres yang terfragmentasi dan tuduhan "ketidakmampuan moral".

Dia selamat dari dua pemungutan suara pemakzulan sebelum terpilih pada hari yang dramatis pada hari Rabu setelah sebelumnya mencoba membubarkan Kongres, yang memicu tuduhan kudeta.

Manuel Merino (2020)

Manuel Merino merupakan seorang mantan ketua Kongres yang memimpin proses pemakzulan terhadap pendahulunya Martin Vizcarra. Sayangnya Merino hanya menjabat enam hari atau kurang dari seminggu.

Merino mengundurkan diri setelah dua kematian selama protes terhadap pemerintahannya memicu eksodus dari kabinetnya dan seruan luas untuk pemecatannya. Anggota parlemen mengatakan mereka akan meluncurkan proses pemakzulan terhadapnya jika dia tidak mengundurkan diri.

Martin Vizcarra (2018-2020)

Parlemen mencopot Vizcarra setelah laporan media mengatakan dia menerima suap 2,3 juta sol ($ 640.000) dari dua perusahaan yang memenangkan tawaran pekerjaan umum ketika dia menjadi gubernur wilayah itu beberapa tahun sebelumnya.

Vizcarra sebenarnya telah lama berseteru dengan anggota parlemen. Beliau dengan keras membantah tuduhan tersebut tetapi akhirnya dicopot dari jabatannya setelah sidang pemakzulan kedua dalam beberapa bulan dia didapati "secara moral tidak layak" untuk memerintah.

Pedro Pablo Kuczynski (2016-2018)

Kuczynski diselidiki oleh jaksa karena mendukung kesepakatan kontrak dengan perusahaan konstruksi Brasil Odebrecht saat dia menjabat sebagai menteri di bawah mantan presiden Alejandro Toledo.

Kuczynski awalnya membantah memiliki hubungan dengan Odebrecht, suatu perusahaan yang menjadi pusat investigasi korupsi politik yang melanda ke seluruh wilayah. Namun dia akhirnya mengakui bahwa perusahaan konsultannya memberi nasihat kepada pembangun tentang pembiayaan proyek. Kuczynski mengundurkan diri sebagai presiden pada 2018 di bawah tekanan Kongres.

Ollanta Humala (2011-2016)

Ollanta Humala menghadapi persidangan atas tuduhan menerima $3 juta dari Odebrecht selama kampanye pemilihan presiden 2011.

Jaksa menuntut 20 tahun penjara, sedang Humala membantah tuduhan itu.

Sumber : ALJAZEERA, REUTERS & CNN.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun