Mohon tunggu...
FX. Oktaf Laudensius
FX. Oktaf Laudensius Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah Dasar Marsudirini Yogyakarta

Gemar Paksiwisata atau aviturisme.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Coaching Mengidentifikasi Berbagai Sudut Pandang Dilema Etika

23 Oktober 2024   21:16 Diperbarui: 23 Oktober 2024   21:25 70
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dok. Bersama Ibu Maria Tri Kuntari, S.Pd. Pengajar Praktik CGP Kota Yogyakarta

Pikiran Ki Hajar Dewantara berakar pada pendidikan yang memerdekakan dan menghormati martabat manusia. Ketika seorang pemimpin menerapkan filosofi ini dalam pengambilan keputusan, mereka cenderung menghargai masukan dari berbagai pihak, memberdayakan tim mereka, dan memprioritaskan kesejahteraan serta perkembangan individu. Pemimpin yang bijaksana menurut prinsip Dewantara juga memandang pendidikan sebagai jalan untuk menciptakan masyarakat yang adil dan harmonis.

Nilai-nilai yang tertanam dalam diri seorang pemimpin sangat menentukan dalam pengambilan keputusan. Jika Saya menekankan keadilan, misalnya, keputusan yang saya buat cenderung mengutamakan kepentingan bersama dan keseimbangan. Nilai-nilai seperti kejujuran dan integritas akan mendorong kamu untuk membuat keputusan yang transparan dan akuntabel. Kepemimpinan yang berdasarkan empati dan kerendahan hati, akan menciptakan keputusan yang lebih manusiawi dan berfokus pada kesejahteraan tim. Hal ini menunjukkan bahwa mengenal diri sendiri dan nilai-nilai yang dijunjung, sangat membantu dalam membawa arah yang positif dan bermakna dalam kepemimpinan.

Dok. Bersama Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta Br. Agustinus Marjito, M. Ed., FIC.
Dok. Bersama Kepala Sekolah SD Pangudi Luhur Yogyakarta Br. Agustinus Marjito, M. Ed., FIC.
Coaching bisa sangat memengaruhi pengambilan keputusan dalam menghadapi dilema etika. Melalui coaching, pemimpin mendapatkan ruang untuk refleksi, klarifikasi nilai-nilai, dan pengembangan kesadaran diri. Coach membantu pemimpin mengidentifikasi berbagai sudut pandang dan potensi dampak dari keputusan yang mereka buat, serta mendorong mereka untuk bertindak sesuai dengan prinsip etika yang konsisten. Dalam situasi dilema, coaching juga dapat memberikan strategi untuk menavigasi kompleksitas dan menemukan solusi yang seimbang dan adil. Pendekatan ini memperkuat kemampuan pemimpin untuk membuat keputusan yang tidak hanya efektif tetapi juga berintegritas.

Guru sering menghadapi tantangan besar dalam mengelola aspek sosial dan emosional di kelas, yang dapat memengaruhi keputusan etika yang mereka buat. Ketika harus berhadapan dengan dilema seperti disiplin atau keadilan, guru harus mempertimbangkan berbagai faktor seperti emosi siswa, dinamika kelas, dan ekspektasi sekolah atau orang tua. Tekanan untuk menjaga keseimbangan antara otoritas dan empati, serta memastikan bahwa setiap siswa merasa didengar dan dihargai, bisa menjadi beban emosional yang berat. Dalam konteks ini, pelatihan dan dukungan untuk pengelolaan sosial-emosional sangat penting untuk membantu guru membuat keputusan yang adil dan etis.

Mengembalikan fokus nilai etika dalam pengambilan keputusan ke nilai yang dianut guru bisa memperkuat integritas dan konsistensi dalam tindakan mereka. Nilai-nilai seperti kejujuran, tanggung jawab, dan kepedulian yang tertanam dalam diri guru bisa menjadi kompas moral dalam situasi yang kompleks dan penuh tekanan. Guru yang berpegang pada nilai-nilai ini mampu membuat keputusan yang tidak hanya adil dan etis, tetapi juga memberikan contoh positif bagi siswa. Hal ini mendukung pembentukan lingkungan pendidikan yang lebih bermakna dan membangun karakter. Jadi, semakin kuat nilai-nilai yang dipegang guru, semakin jelas arah dan keputusan yang mereka ambil.

Untuk menciptakan lingkungan yang kondusif, positif, aman, dan nyaman, pengambilan keputusan yang tepat sangatlah penting. Berikut beberapa prinsip yang bisa dipegang:

  • Transparansi dan Kejujuran: Keputusan harus dibuat dengan transparansi, sehingga semua pihak merasa dihargai dan terlibat. Kejujuran dalam komunikasi juga membangun kepercayaan.
  • Empati dan Pengertian: Memahami dan menghargai perspektif dan kebutuhan orang lain sangat penting. Keputusan yang diambil dengan empati cenderung lebih adil dan diterima dengan baik.
  • Kolaborasi: Melibatkan berbagai pemangku kepentingan dalam proses pengambilan keputusan, termasuk guru, siswa, dan orang tua, memastikan bahwa suara semua pihak didengar dan dipertimbangkan.
  • Keadilan dan Keseimbangan: Keputusan harus didasarkan pada prinsip keadilan, memastikan tidak ada pihak yang merasa dirugikan. Keseimbangan antara kepentingan individu dan kepentingan bersama juga harus dijaga.
  • Konsistensi dan Fleksibilitas: Sementara konsistensi dalam menerapkan aturan penting, fleksibilitas juga diperlukan untuk menangani situasi khusus atau darurat.

Menerapkan prinsip-prinsip ini tidak hanya membantu dalam pengambilan keputusan yang lebih baik, tetapi juga dalam membangun lingkungan yang harmonis dan mendukung semua anggotanya. Perubahan paradigma memang membawa tantangan tersendiri dalam pengambilan keputusan, terutama di lingkungan pendidikan seperti SD Marsudirini Yogyakarta. Beberapa faktor yang bisa menjadi tantangan termasuk:

  • Evolusi Nilai dan Norma: Dengan berkembangnya waktu, nilai dan norma masyarakat juga berubah. Guru harus menyesuaikan dengan nilai-nilai baru yang mungkin bertentangan dengan kebiasaan lama.
  • Teknologi dan Informasi: Teknologi mempengaruhi cara kita berinteraksi dan membuat keputusan. Guru harus mampu menavigasi tantangan ini, termasuk menangani informasi yang berlebihan dan menjaga integritas dalam penggunaan teknologi.
  • Keragaman Sosial dan Budaya: Dengan semakin beragamnya siswa, pemimpin sekolah harus membuat keputusan yang mempertimbangkan latar belakang sosial dan budaya yang berbeda.
  • Tuntutan Akademis dan Non-akademis: Guru sering kali dihadapkan pada dilema antara fokus pada pencapaian akademis siswa dan pengembangan keterampilan sosial-emosional mereka.
  • Kesejahteraan Guru dan Siswa: Pengambilan keputusan yang memprioritaskan kesejahteraan fisik dan mental semua pihak terkadang sulit diterapkan di tengah tuntutan yang tinggi.

SD Marsudirini Yogyakarta terdapat beberapa contoh perubahan nilai dan norma yang terjadi sebagai bagian dari upaya transformasi sekolah. Salah satunya adalah adopsi budaya positif yang mendorong kerja sama, penghargaan, dan kesejahteraan. Inisiatif ini bertujuan untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif bagi siswa, di mana mereka merasa diterima, aman, dan didorong untuk berpartisipasi secara aktif. Selain itu, sekolah juga menerapkan nilai coaching leader sebagai bagian dari transformasi sekolah. Ini berarti guru dan staf diajarkan untuk menjadi pemimpin yang mampu membimbing siswa dengan cara yang positif dan mendukung, serta mendorong siswa untuk mencapai potensi maksimal mereka.

Bersama Kepala Sekolah SMPN 2 Kota Yogyakarta Orbantari Dwi Santosawati, S.Pd.
Bersama Kepala Sekolah SMPN 2 Kota Yogyakarta Orbantari Dwi Santosawati, S.Pd.
Perubahan ini mencerminkan upaya untuk menyesuaikan nilai dan norma dengan kebutuhan zaman dan masyarakat saat ini, serta memastikan bahwa pendidikan yang diberikan tetap relevan dan bermakna. Menghadapi tantangan-tantangan ini membutuhkan refleksi yang mendalam dan komitmen untuk terus belajar serta beradaptasi.

Keputusan yang Saya ambil sebagai guru sangat memengaruhi murid merasakan kemerdekaan dalam belajar. Ketika Saya membuat keputusan yang menghargai kebebasan berpikir, kemandirian, dan kreativitas murid, kamu membantu mereka berkembang sebagai individu yang berdaya dan termotivasi. Misalnya, dengan memberikan ruang bagi murid untuk mengeksplorasi minat mereka, kamu tidak hanya memenuhi kebutuhan akademis mereka tetapi juga mendorong rasa ingin tahu dan kecintaan belajar yang tulus. Selain itu, mengambil keputusan yang mengedepankan pendekatan yang inklusif dan menghormati keragaman juga berkontribusi pada suasana kelas yang suportif dan inklusif. Pengambilan keputusan Saya yang didasari nilai-nilai positif dan etika yang kuat dapat menciptakan lingkungan belajar yang memberdayakan murid dan mempersiapkan mereka untuk menghadapi dunia dengan penuh percaya diri.

Keputusan Saya sebagai kepala sekolah tentu memiliki dampak yang besar terhadap masa depan murid. Mulai dari kebijakan yang diterapkan di sekolah hingga pendekatan yang diambil dalam menangani siswa, semua itu membentuk pengalaman belajar mereka. Ketika kamu memprioritaskan pengajaran yang memerdekakan, menciptakan lingkungan yang inklusif, dan mendukung pengembangan karakter, kamu sedang menanam benih untuk masa depan yang lebih cerah bagi murid-muridmu. Langkah-langkah kecil yang kamu ambil sekarang bisa membawa dampak besar di masa depan mereka, baik dalam hal kemampuan akademis, kepercayaan diri, maupun sikap mereka terhadap kehidupan dan pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun