Mohon tunggu...
FX. Oktaf Laudensius
FX. Oktaf Laudensius Mohon Tunggu... Guru - Kepala Sekolah Dasar Marsudirini Yogyakarta

Gemar Paksiwisata atau aviturisme.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Leader Coaching: Sebuah Nilai Menuju Transformasi Sekolah

22 Juni 2024   18:56 Diperbarui: 23 Juni 2024   13:28 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Manusia merupakan makhluk individu yang memiliki akal, budi, dan pikiran. Dalam kehidupan sosialnya, manusia perlu berlatih dan belajar sejak mulai lahir hingga dewasa. Salah satu tempat berlatih dan belajar yaitu "sekolah" yang merupakan lembaga pendidikan formal sebagai pembentuk dan mengembangkan potensi serta pengetahuan individu. Pendidkan (Opvoeding) umumnya dalam arti khusus memiliki beragam jenis pengertian sesuai dengan tiap-tiap aliran hidup. Menurut Ki Hajar Dewantara, pendidikan diartikan sebagai "tuntunan dalam hidup tumbuhnya anak-anak". Maksud pendidikan yaitu menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar tentu anak-anak mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Nilai Ki Hajar Dewantara

Ki Hajar Dewantara membedakan kata Pendidikan dan Pengajaran. Pengajaran atau onderwijis merupakan bagian dari Pendidikan. Pengajaran adalah proses pendidikan dalam memberi ilmu atau berfaedah untuk kecakapan hidup anak secara lahir dan batin. Menarik untuk dibahas pula, pendidikan atau opvoeding memberi tuntunan terhadap segala kekuatan kodrat yang dimiliki anak agar ia mampu mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai seorang manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Tentu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa pendidikan merupakan tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. Keyakinan untuk menciptakan manusia Indonesia beradab maka pendidikan yang salah satu berada dalam lembaga pendidikan menjadi kunci utama untuk mencapainya. Lembaga pendidikan menjadi ruang berlatih, ruang bertumbuhnya kreasi, ruang bertumbuhnya inovasi, ruang bertumbuhnya nilai-nilai kemanusian yang bersifat genetik, dapat diteruskan dan diwariskan turun temurun.

Menuntun Sebagai Transformasi Pendidikan

Anak-anak di dalam lembaga pendidikan yang mengalami pendidikan, artinya lembagai pendidikan mencapai tujuan pendidikan yaitu menuntun segala kodrat anak-anak untuk mencapai keselamatan dan kebahagian yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Dalam menuntun laku dan pertumbuhan kodrat anak-anak, lembaga pendidikan oleh Ki Hajar Dewantara mengibaratkan peran pendidikan seperti seorang petani atau tukang kebun. Anak-anak itu seperti biji tumbuhan yang disemai dan ditanam oleh pak tani di lahan yang disediakan. Anak-anak itu bagaikan bulir-bulir jagung yang ditanam. Bila biji jagung ditempatkan di tanah yang subur dengan mendapatkan sinar matahari dan pengairan yang baik, maka meskipun biji jagung adalah bibit yang kurang baik atau kurang berkualitas maka dapat tumbuhan dengan baik, karena perhatian dan perawatan dari pak tani. Demikian sebaliknya, meskipun biji jagung itu disemai adalah bibit yang berkualitas baik namun tumbuh di lahan yang gersang dan tidak mendapatkan pengairan dan cahaya matahari serta "tangan dingin" pak tani, maka biji jagung itu mungkin tumbuh namun tidak akan optimal. Nah, itulah peran lembaga pendidikan dalam hal ini sekolah.

Dalam proses "menuntun" anak diberi kebebasan namun pendidik dalam hal ini guru di lembaga pendidikan sebagai pamong dalam memberi tuntunan dan arahan agar anak tidak kehilangan arah dan membayakan dirinya. Seorang "pamong" dapat memberikan "tuntunan"agar anak dapat menemukan kemerdekaannya dalam belajar. Anak juga secara sadar memahami bahwa kemerdekaan dirinya juga mempengaruhi kemerdekaan anak lain. Oleh sebab itu, tuntutan seorang guru atau pendidik di lembagai pendidikan dalam hal ini sekolah harus mampu mengelola dirinya untuk hidup bersama dengan orang lain dan menjadi manusia dan anggota masyarakat. Ki Hajar Dewantara mengingatkan para guru untuk tetap terbuka namun tetap waspada terhadap perubahan-perubahan yang terjadi, "waspadalah, carilah barang-barang yang bermanfaat untuk kita, yang dapat menambah kekayaan kita dalam hal kultur lahir atau batin. Jangan hanya meniru. Hendaknya barang baru tersebut dilaraskan lebih dahulu". Artinya "barang-barang" sebagai simbol dari tersedianya hal-hal yang dapat kita tiru, namun selalu menjadi pertimbangan bahwa Indonesia juga memiliki potensi-potensi kultural yang dapat dijadikan sebagai sumber belajar.

Sekolah sebagai Lembaga Pendidikan

Sekolah sebagai lembaga pendidikan diperlukan sosok pemimpin atau "leader". Kepemimpinan disebut selanjutnya adalah kepala sekolah yang berproses untuk memengaruhi orang lain agar memahami dan setuju dengan hal-hal yang perlu dilakukan dan proses tugas dilakukan secara efektif, berkualitas dengan proses memfasilitasi masing-masing usaha individu dan bahkan secara bersama-sama pula mencapai tujuan. Menjadi kepala sekolah dalam lembaga pendidikan sebenarnya adalah suatu seni atau art dan juga ilmu atau science, untuk memengaruhi orang lain atau orang-orang yang dipimpin. Orang-orang yang dipimpinnya adalah siswa, orang tua, guru, karyawan, dan pengambil kebijakan, sehingga orang-orang muncul suatu kemauan, empati, loyal, dan kepercayaan terhadap kepala sekolah untuk melaksanakan tujuan pendidikan yang hendak dicapai secara efektif dan efisiensi dan tentu berkualitas.

Tipe Pemimpin dalam Talent Mapping

Penyesuaian jaman kepemimpinan sangat penting, karena bertemu dengan generasi saat ini. Tipe talent maaping yaitu leader commanding, leader pace setting, leader affiliative, leader democratic dan leader coaching. Leader Commanding yaitu komando dengan tipe mengancam, mengontrol ketat, mengamati dengan cermat, menciptakan ketidakkonsistenan, membuat perasaan hati semua orang terganggu, bakat yang diabaikan, dan menenangkan orang dengan memberikan arah jelas dalam situasi darurat. Leader pace setting  dengan kekhasannya berupa keinginan memiliki keberhasilan yang tinggi, standar pribadi yang tinggi, inisiatif, empatik maupun kolaborasi yang jarang dilakukan, tergesa-gesa, mengatur hal-hal rinci, tertarik dengan angka, menyukai tujuan yang menantang, dan tentu tipekel ini sesuai untuk mendapatkan hasil berkualitias tinggi dari tim yang kompeten dan bersemangat. Leader Affiliative memiliki ciri harmoni selalu dipromosikan, empatik, bersahabat, moral yang selalu diangkat, konflik diselesaikan dahulu, penyesuaian untuk memperbaiki perbedaan yang ada dalam tim kerja, memberi motivasi di saat menegangkan, dan memperkuat ikatan/hubungan. Leader democratic dengan karakter sebagai pendengar yang hebat, pekerja tim, kolaborator, memberi pengaruh, menghargai pendapat orang, mendapatkan komitmen melalui partisipasi, dan tipe ini sesuai untuk membangun dukungan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun