Mohon tunggu...
oktafia rosida
oktafia rosida Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Jember

Halo Kompasianers! Perkenalkan, saya Oktafia, seorang penulis amatir Mahasiwa Hubungan Internasional dari Universitas Jember. Minat saya terfokus pada analisis kebijakan ekonomi, tren pasar, dan dampak perubahan global terhadap perekonomian. Saya memutuskan untuk berbagi pengalaman, ide, dan pandangan saya melalui platform ini. Saya percaya bahwa setiap pengalaman hidup memiliki nilai dan pembelajaran yang dapat diambil, dan saya berharap tulisan-tulisan saya dapat memberikan inspirasi atau wawasan baru bagi pembaca Kompasiana. Mari bersama-sama menjelajahi dunia pemikiran melalui tulisan-tulisan saya di Kompasiana. Terima kasih atas dukungan dan kunjungannya!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Krisis Moneter 1998 di Indonesia

3 April 2023   09:35 Diperbarui: 3 April 2023   09:36 213
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Krisis moneter 1998 yang pernah terjadi, apakah membuat Indonesia menjadi negara miskin ?

Menurut dari salah satu ahli ekonomi yaitu Nopirin, pengertian dari ekonomi moneter adalah bagian ilmu ekonomi yang mengkaji mengenai peran, fungsi dan pengaruh uang dalam kegiatan ekonomi. Kegiatan ekonomi yang dimaksud yaitu kegiatan yang memiliki pengaruh terhadap tingkat produksi, harga, dan pembayaran internasional. Uang berperan sebagai alat tukar yang berfungsi sebagai transaksi pembayaran dalam jual beli. Karna sebagai alat tukar yang digunakan oleh masyarakat maka uang harus bersifat stabil (stability of value), mudah dibagi (divisibility), mudah dibawa (portability), mudah disimpan (storable), dan tahan lama (durability).

Krisis keuangan yang melanda dunia termasuk Indonesia menyebabkan kerugian besar yang harus ditanggung oleh rakyat Indonesia pada tahun 1997-1998 yang disebabkan oleh resiko sistemik. Dimana resiko yang terjadi di suatu negara dapat merambat ke negara lain dan kegalalan suatu bank juga dapat berimbas ke negara lain. Krisis ini berawal dari krisis financial Asia pada tahun 1997. Mantan perdana mentri Malaysia, Matahir Muhammad menuduh perusahaan Hedge Fund Soros membuat nilai tukar mata uang di Asia menjadi tidak stabil. George Soros adalah seorang pendiri dan direktur dari perusahaan investasi yang bernama Soros Fund Management, dia juga merupakan sosok kapitalis radikal yang memiliki perusahaan Hedge Fund bernama Quantum Fund yang pernah menghasilkan return tahunan sebesar 32% selama 25 tahun.

Pada saat itu ada beberapa negara berkembang di Asia yang mempunyai kebijakan untuk menstabilkan mata uangnya dengan dollar, seperti Thailand. Pada saat itu Thailand menaikan suku bunganya sangat tinggi. Tetapi karena mata uangnya melemah, dan pada saat itu harga-harga mengalami kenaikan karena  nilai tukar bath yang terus anjlok. Pemerintah menguras devisa negaranya supaya mata uangnya dapat stabil kembali dengan dollar, yang pada akhirnya pemerintah melepaskan kebijakannya dan hal ini berimbas ke Indonesia yang menyebabkan nilai mata uang Rupiah anjlok dan sempat menebus hingga lebih dari Rp. 17.000/usd

Pada tahun 1998, Bank dunia membuat kajian dengan judul "Indonesia in a crisis, A Macroeconomic Update" yang mengungkapkan bahwa nilai rupiah terhadap dollar merosot sebanyak 10,7% pada bulan Juli yang terus melonjak hingga menyentuh 109,6% pada bulan  desember. Dalam "Ekonomi Indonesia Dalam Lintas sejarah" yang ditulis oleh Boediono pada tahun 2016 mengatakan bahwa pemerintah dan Bank Indonesia memperketat kebijakan moneter dan fiskal untuk mengatasi kondisi dimana rupiah mengalami pelemahan. Dari sisi moneter, suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) dinaikan yang semula 11,625% menjadi 30%. Dari sisi fiskal, pemerintah mengelola ulang APBN dan menunda proyek besar yang memerlukan banyak dana.

Pelemahan itu terjadi bermula dari para investor yang menarik dananya dari Indonesia, lalu kondisi pada saat itu menjadi lebih parah akibat dari banyaknya perusahaan yang meminjam dalam bentuk valuta asing, dalam kondisi rupiah yang anjlok terhadap dollar menjadi hutang mereka membengkak terlebih lagi jangka tenggat hutang mereka pendek.

"Pada saat itu diagnosisnya adalah Indonesia mengalami keguncangan moneter berskala 'sedang' mengakibatkan keguncangan 'kepercayaan' pelaku pasar terhadap perekonomian Indonesia" tulis Boediono.

Untuk memulihkan perekonomian Indonesia, dibantu oleh International Monetary fund (IMF) atas dari permintaan presiden Soeharto yang memberikan dana sebesar 3 miliar dollar AS Indonesia melakukan restrukturisasi financial, dimana salah satunya pemerintah menutup 16 bank yang sedang "sakit". Tetapi hal ini justru memberikan dampak buruk, dicatat dalam bank dunia bahwa rupiah semakin anjlok yang mulanya Rp. 3.250 menjadi Rp. 4.000 /usd Lalu mengalami kenaikan lagi menjadi Rp. 16.600 /usd, anjlok hampir 600%.

Indonesia mengalami keterpurukan dalam hal ekonomi karena terjadinya krisis moneter pada tahun 1998 yang menjadi penyebab diantaranya adalah nilai rupiah mengalami penurunan, utang luar negeri yang tinggi, pemerintah yang kurang tanggap dan tata kelola bank yang buruk serta gagalnya solusi dari IMF. Akibatnya banyak sekali perusahaan yang mengalami gulung tikar atau bangkrut karena mereka tidak mampu untuk membayar bahan baku yang berasal dari impor, lalu seluruh bank di Indonesi juga mengalami kredit macet akibat dari banyaknya perusahaan yang bangkrut sehingga tidak bisa membayar hutang mereka, selain hal itu juga terjadinya kekacauan dimana-mana akibat dari harga bahan pokok yang melambung tinggi.

Setelah orde baru dan peristiwa 1998, Indonesia mengawali babak baru di era reformasi dengan dipimpin oleh BJ. Habibie sebagai presiden yang dimulai pada 21 mei 1998. BJ. Habibie mampu menaikan nilai mata uang rupiah yang turun, yang mulanya dari Rp. 15.400/usd hingga naik menjadi Rp. 6.500/usd.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun