Masalah kesehatan yang berada di Indonesia sangat beragam dan kompleks. Salah satunya adalah cakupan pemberian Air Susu Ibu (ASI) eksklusif yang belum berhasil. UNICEF dan WHO menganjurkan usaha penurunan angka kesakitan dan kematian anak dengan cara pemberian ASI yang sebaiknya diberikan minimal 6 bulan lamanya. ASI dapat diberikan kepada anak hingga usia 2 tahun dan diselingi dengan pemberian Makanan Pendamping ASI (MPASI) setelah anak usia 6 bulan.Â
Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan dianjurkan oleh Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jenis makanan padat dan semi padat boleh diberikan kepada bayi setelah usia 6 bulan sebagai makanan pendamping selain ASI. Berdasarkan peraturan nomor 237/1997 tentang Makanan Pendamping ASI (MPASI) yang diatur oleh Pemerintah, perlu ditegaskan bahwa MPASI bukan makanan pengganti ASI, tetapi makanan tambahan selain ASI yang diberikan setelah bayi usia 6 bulan.
MPASI adalah makanan dan minuman yang diberikan kepada anak usia 6–24 bulan untuk pemenuhan kebutuhan gizinya. WHO bersama dengan Kementrian Kesehatan dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) telah menegaskan bahwa usia hingga 6 bulan hanya diberikan ASI eksklusif saja.Â
Oleh karena itu, MPASI baru bisa diperkenalkan kepada bayi ketika bayi berusia 6 bulan keatas. MPASI disebut sebagai makanan pergantian dari ASI ke makanan keluarga yang dilakukan secara bertahap baik dari jenis, frekuensi pemberian, jumlah porsi dan bentuk makanan yang disesuaikan dengan umur dan kemampuan bayi untuk mencerna makanan.Â
Aktivitas bayi setelah usia 6 bulan semakin banyak sehingga makanan pendamping dari ASI diperlukan guna memenuhi kebutuhan gizi untuk perkembangan dan pertumbuhan bayi. Mulai usia 6 bulan, bayi mengalami pertumbuhan yang sangat pesat sehingga bayi memerlukan asupan yang lebih banyak.
Tujuan dari pemberian MPASI adalah sebagai pelengkap zat gizi pada ASI yang kurang dibandingkan dengan usia anak yang semakin bertambah.Â
Dengan usia anak bertambah maka kebutuhan zat gizi anak pun bertambah, sehingga perlu adanya MPASI untuk melengkapi. MPASI juga mengembangkan kemampuan anak untuk menerima berbagai variasi makanan dengan bermacam–macam rasa dan bentuk sehingga dapat meningkatkan kemampuan bayi untuk mengunyah, menelan, dan beradaptasi terhadap makanan baru.Â
Pemberian MPASI yang tidak tepat sangat berkaitan dengan faktor internal dari ibu bayi tersebut dan faktor eksternal yang dipengaruhi oleh lingkungan. Faktor internal meliputi pendidikan, pekerjaan, pengetahuan, sikap, tindakan, psikologis dan fisik dari ibu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor budaya, kurang optimalnya peran tenaga kesehatan, dan peran keluarga.
Dalam pemberian MPASI perlu memperhatikan isi makanan yang akan diberikan seperti berdasarkan usia anak. Misalnya makanan untuk MPASI pertama anak sebaiknya diolah dengan cara direbus atau dikukus. Hindari memberi anak makanan yang digoreng, karena bisa menyebabkan batuk dan radang tenggorokan.Â
Pada tahap awal MPASI, makanan yang terlalu padat bisa disaring lalu dicairkan dengan ASI atau air matang. Kemudian yang tak kalah penting walaupun anak diberikan MPASI tetapi, pemberian ASI tetap diteruskan.Â
Serta frekuensinya sebanyak 3 kali dengan porsi separuh dari makanan orang dewasa untuk setiap kali makan dan diberikan makanan selingan sebanyak 2 kali sehari. Selanjutnya sebaiknya untuk variasi makanan anak harus diperhatikan dengan menggunakan padanan bahan makanan. Misalnya untuk nasi diganti menggunakan bihun, roti, kentang, dan lain-lain.Â