Permasalahan mengenai body image ini diprovokasi oleh banyak hal. Pada umumnya, manusia terutama wanita, memiliki standard-standar tertentu dalam hidupnya seperti berpostur tinggi, langsing, berkulit putih, berambut panjang dan lain sebagainya.
Citra tubuh yang ideal tersebut tidak terlepas dari adanya provokasi media. Perhatikan, majalah-majalah wanita terutama majalah fashion, film dan televisi menyajikan gambar model-model yang kurus sebagai figure yang ideal sehingga membuat banyak wanita yang tidak puas dengan dirinya sendiri. Ketidakpuasan ini menyebabkan kecemasan dan berpengaruh terhadap psikologis orang tersebut.
Menurut Sarjana Psikologi Universitas Pendidikan Indonesia, Gina Tryapriliya, hal seperti ini yang membuat sesat pikir. Tujuan dari diet sebenarnya adalah untuk sehat. Tapi karena body image tersebut, makna sehatnya malah dikesampingkan.
Tujuannya bukan lagi untuk sehat, tapi untuk kurus. "Coba deh tanya sama orang-orang yang diet karena pengen kurus alasannya apa? Rata-rata jawabannya akan mengarah ke perubahan bentuk agar mendapat pengakuan sosial yang lebih baik.
Misalnya gak diledekin, biar ditaksir gebetan, pengen kelihatan tirus di foto, semua alasan itu tujuannya satu kan? Ingin diakui." ujar Gina. Meneruskan pernyataannya, Gina mengatakan bahwa diet salah kaprah ini bisa jadi permasalahan serius untuk kesehatan mental seseorang, salah satu dampaknya adalah eating disorder yang mengarah kepada depresi.
Penderita eating disorder ada beberapa jenis di antaranya yang paling popular adalah anoreksia nervosa dan bulimia nervosa. Ini bukan lagi masalah gizi, tapi sudah masuk ke masalah psikologis.
Anoreksia nervosa adalah ganguan perilaku makan yang ditandai dengan ketakutan berlebih terhadap berat badan sehingga mereka cenderung untuk membatasi asupan makanannya dengan cara melakukan diet yang sangat ketat.
Berbeda dengan anoreksia, penderita bulimia nervosa justru makan berlebihan tapi kemudian diikuti dengan pembersihan diri dari makanan yang dimakannya dengan cara dimuntahkan atau menggunakan obat pencahar.
Meskipun sadar, mereka biasanya menutupi dari orang sekitar karena merasa malu. Dikutip dari salah satu portal berita online, Februari 2017, psikolog Tara Adhisti de Thouars menyatakan bahwa beliau pernah mendapatkan informasi dari sebuah situs tentang gangguan makan bahwa Indonesia berada di nomor empat negara dengan penderita gangguan makan terbanyak.
Selain media, lingkungan dan komentar negatif juga menjadi faktor yang mempengaruhi fenomena tersebut. Kalimat semacam "Ih kamu gendutan ya?" sering dianggap sebagai kalimat yang biasa diucapkan.
Nyatanya, kalimat tersebut bisa jadi mempengaruhi psikologi seseorang yang berakhir dengan kecemasan berlebihan dan tidak percaya diri. Kejadian seperti ini dialami langsung Rahma, seorang karyawan salah satu televisi swasta di Jakarta.