Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki garis pantai terpanjang di dunia setelah negara Kanada yakni sekitar 81.000km dengan wilayah pesisir yang beragam. Maka dari itu, Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki banyak pantai dengan keindahannya yang memanjakan mata. Keindahan tersebut akan rusak apabila tidak dijaga dan dilestarikan.
Menurut Siregar dan Purwaka (2002), Kawasan pesisir dan laut merupakan sebuah ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Masing-masing elemen memiliki fungsi dan peran yang saling mendukung dalam ekosistem. Rusaknya hutan mangrove secara langsung akan melemahkan daya dukung tanah dan lemahnya perlindungan pada pantai dan pesisir.
Di Kecamatan Sukadana Kabupaten Kayong Utara, Kalimantan Barat terdapat kawasan agrowisata Hutan Mangrove. Agrowisata sendiri memiliki pengertian sebagai rangkaian aktivitas perjalanan wisata yang memanfaatkan lokasi atau sektor pertanian mulai dari awal produksi hingga diperoleh produk pertanian dalam berbagai sistem dan skala dengan tujuan memperluas pengetahuan, pemahaman, pengalaman, dan rekreasi di bidang pertanian (Nurisjah 2001).Â
Agrowisata Hutan Mangrove Sukadana, Kabupaten Kayong Utara (KKU) memang memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Hutan Mangrove Sukadana ini menjadi tempat yang wajib dikunjungi ketika berkunjung ke Sukadana. Biasanya wisatawan mengunjungi hutan mangrove ini setelah menikmati pemandangan di pantai Pulau Datok.
Hutan mangrove Sukadana ini memiliki luas 17.780 Ha. Hutan ini menjadi habitat bagi berbagai jenis flora dan fauna. Komunitas jenis tumbuhan di Hutan Mangrove Sukadana ini sebanyak tujuh jenis yang terdiri dari lima famili.Â
Menurut artikel pada (gpswisataindonesia.info) vegetasi tumbuhan yang dominan di kawasan agrowisata ini yaitu jenis pohon Rhizophora sp. dan Xylocarpus sp. sedangkan pada bagian tengah saling bercampur antara vegetasi pancang atau tegakan Rhizophora sp., Ceriops decandra dan Brugueira sp. Tumbuhan yang hidup di hutang mangrove ini memiliki daya adaptasi khusus terhadap lingkungannya.Â
Adaptasi yang terjadi yakni adaptasi terhadap kadar oksigen rendah yang menyebabkan bentuk perakaran yang khas dari tumbuhan di hutan mangrove dibanding dengan bentuk akar tanaman lainnya. Bentuk akar ini berfungsi untuk menyerap oksigen.Â
Selain itu, tumbuhan di hutan mangrove sangat toleran terhadap kadar garam yang tinggi serta terhadap keadaan tanah yang tidak stabil karena adanya pasang surut air laut. Bentuk adaptasi tumbuhan di hutan mangrove terhadap kadar garam tinggi yakni dengan memiliki daun yang tebal dengan kandungan air yan tinggi untuk menyeimbangkan kadar garam, memiliki sel khusus pada bagian daun untuk menyimpan garam, serta mengurangi penguapan. Hutan Mangrove Sukadana ini juga terdapat satwa liar seperti biawak, kera, beberapa jenis burung, ikan, Â dll.
Untuk menikmati keindahan hutan mangrove ini pengunjung harus menyusuri jembatan panjang yang membelah hutan mangrove. Jembatan ini sengaja dibuat pemerintah setempat dengan menggunakan kayu belian dan didesain sedemikian rupa sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangan dengan nyaman. Selain menikmati pemandangan agrowisata ini juga seringkali menjadi spot foto bagi para pengunjung hingga menjadi lokasi untuk pemotretan pra-wedding. Â
Secara umum hutan mangrove memiliki berbagai fungsi seperti, perlindungan terhadap bencana alam seperti abrasi dan tsunami; sebagai habitat satwa liar seperti buaya, kera, dll; pengendapan lumpur dan penambahan unsur hara; penambat racun; sumber plasma nutfah; sebagai sarana pendidikan dan rekreasi; penyerap karbon; dan menstabilkan pantai; sumber alam dalam kawasan (in-situ) dan luar kawasan (ex-situ); memelihara proses-proses dan sistem alami.
Berkaitan dengan pertanian berkelanjutan (sustainable agriculture), di mana terdapat tiga pilar pertanian berkelajutan yakni people, profit, planet. People dalam hal ini berkaitan dengan kesejahteraan sosial masyarakat di sekitar kawasan Hutan Mangrove Sukadana. Hutan ini dibangun dan dikembangkan oleh pemerintah setempat yang bekerjasama dengan masyarakat sekitar.Â
Dengan dibangunnya agrowisata ini diharapkan dapat memberikan banyak manfaat bagi masyarakat di sekitar kawasan Hutan Mangrove Sukadana yakni peningkatan kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Pengembangan agrowisata tentunya akan menciptakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar serta melestarikan kearifan dan teknologi lokal. Masyarakat di sekitar Hutan Mangrove Sukadana juga dapat mengambil hasil alam baik dari tumbuhan dan hewan yang ada di kawasan hutan mangrove untuk dijadikan sebagai bahan makanan.
Profit dalam hal ini yakni pendapatan bagi masyarakat sekitar kawasan Hutan Mangrove Sukadana. Pengembangan hutan mangrove yang dijadikan sebagai agrowisata tentunya akan menarik dan meningkatkan jumlah pengunjung atau wisatawan. Peningkatan jumlah wisatawan ini akan membawa dampak besar bagi peningkatan pendapatan masyarakat di kawasan tersebut.Â
Sebagaimana yang terjadi di Agrowisata Hutan Mangrove Sukadana, masyarakat menyediakan jasa foto bagi pengunjung, menjual berbagai macam cinderamata /souvenir, menyediakan fasilitas umum seperti toilet, menjual berbagai makanan dan minuman bagi pengunjung, serta dari penjualan tiket untuk masuk ke dalam agrowisata ini.
Planet dalam hal ini berkaitan dengan lingkungan. Hutan mangrove sendiri memiliki berbagai fungsi. Dengan adanya hutan mangrove ini maka ekosistem pantai akan terjaga. Selain itu, hutan mangrove berperan dalam mencegah terjadinya abrasi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H