Mohon tunggu...
Okta Piliang
Okta Piliang Mohon Tunggu... Seniman - seniman/penyair/

penyihir kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Maulidan

31 Agustus 2022   13:30 Diperbarui: 31 Agustus 2022   13:32 71
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

maulidan melahirkan puisi

1

maulidan hening sendiri lepas membaca kitab puisi

di pustaka pribadi lagu hesti tak henti-henti

luruh hingga ke tali hati

kusut memang tampang lelaki tak berbini

seumpama derai hujan pecah dilegam malam, mencari tepian tempat merayap

mungkin akan terkurung kenang. apabila senyap kian panjang

puisi-puisi padat merayap, menyergap pertarungan kata-kata

penyair itu tak pernah menyerah

ia lihat potret diri

angan-angan bertambah dalam ketika malam kian menyuruk. ia goreskan awal kata

hesti ialah puisi juga pitunang saluang yang tingkah-bertingkah. mari melayang dengan dendang hingga namamu menjadi puisi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun