Mohon tunggu...
Okta Piliang
Okta Piliang Mohon Tunggu... Seniman - seniman/penyair/

penyihir kata

Selanjutnya

Tutup

Puisi Artikel Utama

Puisi - Putih

12 April 2015   23:09 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:12 66
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

tidak banyak yang aku perbuat,
angin menghamburkan kelopak- kelopak malam
di tubuhmu yang kelam, sebait kata-kata menjelma entah

"bunga atau hanya tangkai?"

aku menyentuh ruang hampa,meraba-raba di matamu ada secebis rongga menyempit sesak.

lalu bulir berlarian, hujan malam tak sempat mengabarkan riuh

ada beranda di ujung sana
teduh hangat dalam seduhan, kursi malas dan selembar koran

kemarilah, tanggalkan mantelmu
duduklah dalam topang rasa, dan bacalah, lalu beritakan

tentang: gemawan memangku rembulan, kembang bulan, atau apa saja

"barangkali kita harus berbenah?"

pulaupulau itu menawarkan, camar dan elang laut. ia berselancar, berlarian, hempas lepas. lalu kembali rindu menjemput pantai

hingga kita suka mengucapkan kata damai, putih pada ciuman di keningmu ...
jelas ada ruang di jidat malam ke siang
250514

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun