Mohon tunggu...
Okta Chandra RK
Okta Chandra RK Mohon Tunggu... Guru - Pengisi Materi di Belajar Bareng Okta Channel

Suka matematika, sekaligus mengajar matematika. Saya juga mengelola blog mathclinic.my.id dan juga channel youtube belajar bareng okta yang berisi seputar matematika. Saya juga sedang mengembangkan blog ladangilmu.my.id

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Ada Kalanya harus Diam

17 September 2024   18:35 Diperbarui: 17 September 2024   18:45 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Design ilustrasi oleh okta chandra RK dibuat dengan canva

Ada Kalanya harus Diam

Gelombang datang keras menghantam
Bergejolak riam tak bisa diam
Menghujam menerkam tanpa etika
Gemuruh cuaca menghanyutkan suasana

Dia tak sendiri
Dia diselimuti duri
Menyerang tak pakai hati
Hilang sudah hati nurani

Benar salah dia tak peduli
ritme gelombang diubah sesuka hati
mengamankan kursi dalam kendali
mengoyak kapal yang tidak sehati

Saat kapal kita tak mampu menerjang
pun bantuan tak kunjung datang
tutuplah layar yang terkembang
turunkan jangkar dengan tenang

Waktu kan bergulir
gelombang itu terus mengalir
tiba saatnya nanti akan terkilir
menganulir setiap gelombang yang terukir

Kini saatnya diam
dengan tenang menunggu ruam
ruam gelombang kelak kan datang
balik menyerang menghantam karang

Ada kalanya harus diam
Suara senyap menghilangkan riam
ketika kesadaran terbuka akan suasana
kebenaran sejati mengalahkan kebenaran fana

Dentum gelombang tak karuan
menunjukkan jati diri yang ketakutan
membuat langkah-langkah tak beraturan
menunjukkan salah yang kian berhamburan

keputusan tampak meruak memaksa
menunjukkan kesalahan-kesalahan yang tersimpan
mempertegas tujuan yang menyimpang
semoga kelak gelombang itu menuntunnya ke jurang

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun