Langit gelap semerbak
Melantunkan lagu malam
Menebarkan aroma dingin
Dihiasi bintang temaram
Saat itu adalah saat yang tepat
Keheningan begitu melekat
Pikiran hanya tertuju pada hakikat
Gelap melindungi diri dari muslihat
Kain suci panjang terbentang
Air itu membasuh kekotoran
Menyegarkan pandangan
Menghujamkan kesombongan
Tertunduk layu dan sayu
Berdiri dua kali dengan syahdu
Membenamkan diri dalam dekap rayu
Sang maha memberi hidup yang hakiki
Rintik air menitik di pelupuk mata
Mencurahkan segala gelisah dalam jiwa
Mata ini legam mengingat gejolak jiwa
Memohon ampunan dari setiap peristiwa
Uluran tanganMu yang aku harapkan
Temaram lampu jadi saksi kebisuan
Kain suci sebagai penanda kepasrahan
Titip air di pipi wujud penyesalan
Desir angin mengusir gelisah dalam pikir
Entah berapa lama aku tertegun dalam desir
Menguntai setiap kalimat terukir
Mencermati setiap rayuan yang mengukir
Hati ini bersimbah cela
Malam ini aku berserah padaNya
Memohon ampunan dari setiap peristiwa
Wujud kesombongan yang tergilas rona
takdirMu selalu baik
Hatiku terusik dalam bisik
Segala kesalahan yang menitik
Dosa ini mohon diampuni, wahai Sang Khalik
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H