Mohon tunggu...
Oksa Puko-Yuza
Oksa Puko-Yuza Mohon Tunggu... -

Oksa Aputra lahir di Oku Timur, Anak ke 7 dari 7 bersaudara. Cita-citanya ingin menjelajahi dunia melalui tulisan.

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Elegi Sepotong Bulan

11 Agustus 2012   03:58 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:57 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Sepotong bulan jatuh di bumi manusia
Meski sepotong ia adalah cahaya paling cahaya
Seperti zamzam di tenggorokan musafir
Seperti tetesan hujan basahi gurun pasir
Seperti sepasang pengantin baru yang sedang bercinta

Karena sepotong bulan itu setan dibelenggu
pintu surga tak dijaga
Maka bukan salah mata  jika kusaksikan rumah Tuhan sesak oleh doa, tilawah, dan airmata
Kabarnya pada sepuluh potong terakhir ada pahala seperti tidurnya pemuda kahfi
Ah sayang,  hanya sepotong

Setelah sepotong bulan hilang
Mata ini nanar, luka tak terperi bagai disulut api
Kutemui pada setangkai subuh hanya  laki-laki tua yang sujud di sajadah senja
Kudapati rumah-rumah pelacur kembali dibuka lebar
Kupandangi anak-anak tanpa  ibu kembali mengunyah batu

Ah, Andai ia bukan sepotong
Barangkali dunia itu sendiri adalah surga

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun