Pemandangan seperti itu pastinya merusak pemandangan dan juga  aklak, bukan hanya bagi masyarakat tapi juga bagi seniman itu sendiri. Sehingga tidak semua tempat bisa dihiasi dengan mural.
Informasi dari Kompasiana pagi ini benar-benar membuka mata saya, mungkin juga bagi pembaca yang lain tentang cara mengaprisiasikan pendapat melalui karya seni salah satunya melalui mural.Â
Saya terpikir, seandainya virus korona mereda secara significant atau menghilang sama sekali, saya ingin mengusulkan kepada pembina osis, adiwiyata, guru seni,  agar di sekolah dibuat dinding khusus untuk mengadakan lomba mural yang bertemakan  17an.
Sebelum membuat mural, siswa harus melakukannya di kertas terlebih dahulu. Yang berhak membuat mural adalah siswa yang hasil lukisan nya dianggap paling bagus oleh panitia.Â
Dengan demikian sekolah secara tak langsung mengembangkan minat dan bakat anak mencintai karya seni. Mural yang dihasilkan nantinya akan menjadi saksi keberhasilannya dalam berkarya, dan secara tak langsung  akan memotivasi anak untuk terus mengembangkan bakat nya.Â
Semoga mural benar-benar dibuat untuk mempercantik, memperindah, dan mempunyai daya tarik sendiri. Semua orang mampu memberikan kritikan tapi tidak semua orang mampu melakukan yang terbaik seperti yang dilakukan orang yang dikritik. Selalu menjadi orang yang positif thinking.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H