baru sepuluh menit markonis F.Wua bekerja tiba-tiba Waidan B Palenewen membuka pintu ruangan siaran, dan langsung memerintahkan untuk menyetop berita-berita yang sedang disiarkan, sambil memberikan secarik kertas ukuran seperempat folio yang baru saja diterimanya dari seorang wartawan Domei bernama Syachrudin, serta berkata "Bung siarkan ini segera".
Saat itu F.Wua baru sempat menyiarkan tiga berita dari enam berita yang ada didalam satu lembar folio. Beberapa detik terhenti lalu melihat kertas yang diberikan Palenewen berjudul "Proklamasi".
Tanpa bertanya-tanya lagi tangan nya gemetar, namun tetap jari-jemarinya dengan cepat bekerja  Tit  Tit  Tit   Tiiit  Tiiit  Tiiit  Tit Tit  Tit ...   SOS from Indonesia , SOS from Indonesia ...  Setelah itu baru ia mengirim huruf per huruf.  Pengiriman pertama dengan 16 kata per menit jadi kira-kira 16 X 5 tanda morse sama dengan 80  ini adalah ukuran internasional, siaran pertama selesai.
Selanjutnya mengulangi dengan mengirim tanda  HR RPT ,  HR RPT , HR RPT (here repeat, here repeat) siaran ulang kedua dimulai dengan dipercepat menjadi 18 kata per menit.
Sementara itu Waidan B Palenewen berjaga-jaga di luar ruangan siaran , dan saat sedang mengulangi yang ketiga dengan dipercepat lagi menjadi 20 kata per menit, namun sebelum selesai siaran yang ketiga ini, seorang anggota Kempeitai (Polisi Militer Jepang ) mendobrak pintu ruang siaran  lalu memukul tangan kanan Wua.Â
Sementara itu diluar ruang siaran Waidan B Palenewen berhasil menghadang dua orang Kempeitai agar tidak masuk ke ruang siaran, sambil berteriak "Jangan ganggu siaran"
Mendengar  kata-kata keras Palenewen, maka ketiga orang Polisi Militer Jepang itu turun sambil menggerutu dengan bahasa Jepang, setelah itu Palenewen kembali masuk ke ruang siaran dan berkata "Siarkan terus saja!"
Dari uraian peristiwa tersebut diatas kita dapat menarik kesimpulan sebagai berikut :
- Penyiaran teks Proklamasi kemerdekaan RI disiarkan pkl,09.15 waktu Tokyo atau pkl 07.15 wib yaitu kurang lebih tiga jam sebelum dibacakan Bung Karno
- Palenewen dengan berani menghadang Kempeitai, karena Palenewen merasa Jepang sudah menjadi tamu di bumi Indonesia setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, tambahan lagi Jepang telah menyerah kepada sekutu, dimana Palenewen salah satu orang yang paling tahu berita itu (Laporan empat markonis yang menerima berita-berita rahasia dari Tokyo Jepang).
- Palenewen berani mengusir tiga Kempeitai itu, karena masih berlaku peraturan di ruangan siaran bahwa tidak ada seorangpun boleh memasuki ruang siaran tanpa seijin beliau selaku kepala bagian radio di Domei, apalagi telah mengganggu siaran.
- Secara psikolgis tiga Kempeitai itu merasa kehilangan powernya di Indonesia dengan menyerahnya Kaisar Hirohito-Jepang, momen vacum of power saat itu sehingga mereka hanya dapat menggerutu saat di usir oleh Palenewen.
Sumber : Tempo edisi 16 agustus 1975Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H