Mohon tunggu...
Okky FR
Okky FR Mohon Tunggu... Freelancer - HI!

Tempat memuntahkan keresahan

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Overweight dan Obesitas, Mengapa Kita Menjadi Gembul?

21 Maret 2020   17:00 Diperbarui: 21 Maret 2020   17:11 110
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jika dahulu, overweight dan obesitas banyak terjadi pada negara dengan pendapatan tinggi. Namun saat ini kasus overweight dan obesitas juga terjadi pada negara dengan pendapatan menengah dan bawah. Bahkan jumlah kematian yang disebabkan karena overweight dan obesitas lebih besar dari jumlah kematian yang disebabkan karena underweight.

Penyebab overweight dan obesitas

Sederhananya, penyebab utama overweight dan obesitas adalah jumlah kalori yang dikonsumsi lebih besar dari jumlah kalori yang dibakar. Namun faktor-faktor seperti gen dan lingkungan juga mempengaruhi respon tubuh kita terhadap proses pembakaran kalori dan lemak dalam tubuh.

  1. Kalori
    Keseimbangan antara kalori yang di simpan dan kalori yang di bakar bergantung pada susunan genetik, level aktivitas fisik dan pembakaran energi saat tubuh beristirahat. Sisa kalori yang tidak terbakar akan disimpan oleh tubuh sebagai lemak. Tubuh kita menyimpan lemak ini dalam sel lemak dan menyebabkan sel tersebut membesar atau bertambah banyak.
  2. Pengaruh genetik
    Besarnya pengaruh genetik berbeda-beda pada tiap orang. Contohnya seorang anak yang memiliki orang tua obesitas, akan lebih rentan mengalami obesitas pula.
  3. Lingkungan
    Lingkungan juga mempengaruhi bahkan dari sebelum kita lahir. Kebiasaan ibu semasa hamil dapat mengubah metabolisme bayi yang kemudian menjadi persoalan di kemudian hari. Kebiasaan semasa kanak-kanak seperti memakan makanan tinggi kalori, tinggi gula, dan menonton TV juga akan turut menyertai hingga dewasa.
  4. Faktor makanan
    Kombinasi ketersediaan, porsi, dan sebaran makanan tinggi kalori turut meningkatkan angka overweight dan obesitas. Satu porsi makanan dari restoran cepat saji dapat memenuhi 70% - <100 % kebutuhan kalori kita dalam sehari. Camilan tinggi kalori seperti kripik, krupuk, soda, permen dan lainnya sangat mudah di dapat.
  5. Olahraga
    Penggunaan transportasi pribadi, transportasi online, pemesanan online, dan alat elektronik turut mendorong gaya hidup sedenter. Olahraga dapat menjadi jawaban untuk mengaktifkan otot yang nantinya akan membantu tubuh dalam membakar kalori dan lemak. Namun terkadang kata “sibuk” menjadi dalih atas rasa malas akan berolahraga.
  6. Snack santai
    Memakan snack ketika menonton TV memang menyenangkan tapi juga menstimulasi bertambahnya kalori. Tanpa sadar kita sudah menghabiskan setengah kaleng kripik dan akan terus memakannya hingga kaleng tersebut kosong atau acara yang di tonton berakhir.
  7. Stres dan kurang tidur
    Keduanya berhubungan erat pada psikologi kita. Kurang tidur mengganggu kerja hormon yang mengontrol rasa lapar dan nafsu makan. Penelitian membuktikan bahwa beberapa orang makan lebih banyak ketika sedang cemas, depresi atau pada saat mengalami gangguan emosional lainnya.

Dengan merubah pola makan, pola aktivitas, pola kebiasaan, dan pola hidup secara keseluruhan dapat menjadi solusi atas masalah overweight dan obesitas. 

Namun untuk melakukan itu tidaklah mudah karena yang harus diubah adalah kebiasaan yang telah kita kerjakan hampir sepanjang usia kita. Perubahan-perubahan kecil yang kita lakukan lambat laun akan mengantarkan kita pada perubahan kebiasaan secara utuh untuk menjalani hidup dengan lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun