Mohon tunggu...
OKKY BAYU HENDRAWAN
OKKY BAYU HENDRAWAN Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

FISIP Ilmu Komunikasi UAJY 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Batik Lurik Sekarang Menjadi Tren? Simak Sejarah Uniknya dari Teori Posmo Bourdieu!

4 Juni 2022   22:39 Diperbarui: 4 Juni 2022   22:48 1596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pembuatan batik lurik, sumber: CNN Indonesia


"Ajining diri dumunung ana ing lathi, ajining raga ana ing busana"

Tahukah kalian dengan pakaian khas Jawa Tengah yang memiliki motif bergaris-garis kecil berbahan dasar katun? Ya, batik lurik namanya!

Batik lurik saat ini tersebar di berbagai wilayah Indonesia, khususnya di Daerah Istimewa Yogyakarta. Salah satu tempat pembuatan batik lurik yang terkenal terdapat di Kecamatan Pedan, Kabupaten Klaten.

Yuk kenali lebih jauh tentang batik lurik!

Sejarah Batik Lurik


Kain tenun lurik sudah ada sejak 3000 tahun silam. Tercatat bahwa orang-orang pada saat itu membuat kain lurik dengan cara ditenun. Pada awalnya batik lurik hanya diperkenankan di lingkup bangsawan saja. Akan tetapi setelah itu, stigma tersebut sudah tidak diterapkan lagi sebab lingkungan Keraton juga dapat menggunakannya.

Kata "lurik" atau "lorek" sendiri diambil dari bahasa Jawa yang berarti "lajur, lurus, belang, atau baris". Motif tersebut mungkin terlihat sederhana, tetapi memiliki arti "bagus, serasi, indah, dan mengagumkan".

Perkembangan Batik Lurik
Perkembangan industri lurik saat ini memiliki perubahan yang sangat pesat.

Baju batik lurik saat ini, sumber: IDN Times
Baju batik lurik saat ini, sumber: IDN Times

Menurut Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) Batik Lurik ini merupakan hasil tenunan benang asal Jawa Tengah yang bermotif garis-garis. Biasanya Kain Lurik ini kerap dipakai pria maupun wanita yang digunakan sebagai jarik, kebaya, maupun beskap.


Namun pada zaman sekarang ini, kain lurik malah dijadikan busana sehari-hari. Lurik saat ini sudah mendapatkan warna-warna baru. Sehingga dapat pula dipakai sebagai komponen estetika, ulai dari kemeja, rompi, atau jas.

Posmo Bourdieu
Pierre Bourdieu merupakan tokoh penulis atau sosiolog dari Perancis yang dikenal karena pandangan politiknya mengenai isu-isu publik. Dalam pandangannya, Bourdieu berusaha untuk menjembatani antara objektivisme dan subjektivisme.


Maksud dari objektivisme sendiri adalah bersifat objektif atau mendominasi, dan maksud dari subjektivisme berarti melakukan sesuatu diluar struktur.


Salah satu konsep yang digunakan Bourdieu untuk menjembatani keduanya yaitu habitus.


Habitus merupakan sebuah warisan masa lalu yang di pengaruhi oleh struktur yang ada. Selain itu, habitus juga menjelaskan serangkaian persitiwa yang dimana suatu perilaku sosial dapat terbentuk menjadi kebiasaan.

Analisis Batik Lurik dari Teori Posmo Bourdieu
Dalam hal ini Batik lurik memiliki kelas sosial yang dimana pada zaman kerajaan Majapahit kain lurik ini hanya diperkenankan untuk lingkup pedesaan dan lingkup keraton saja. Selain itu terdapat motif yang menggambarkan ciri kelas tinggi maupun kelas bawah.


Motif yang digunakan dari berbagai kalangan berbeda-beda, mulai dari kalangan bangsawan serta rakyat jelata. Begitu juga pada saat upacara adat, kain lurik yang dikenakan harus sesuai dengan waktu dan tujuan.


Namun di zaman modern seperti ini, stigma tersebut sudah dipatahkan dan tidak diterapkan lagi. Kini batik lurik memiliki ciri khas adat jawa yang dimana sering kita jumpai di daerah Yogyakarta dan sekitarnya.


Motif kain lurik saat ini banyak diolah para desainer menjadi suatu busana modern dengan berbagai macam model. Mulai dari digunakan sebagai komposisi warna seperti halnya jas, rompi, dan kemeja.


Bahkan motif lurik bisa dijadikan untuk bluss atau kebaya yang bisa dijadikan ouffit kondangan lho!


Hal ini sesuai dengan teori Posmo Bourdieu dimana suatu perilaku sosial dapat membentuk kebiasaan yang ada masyarakat tertentu.


Kesimpulan

Dari pemaparan diatas bisa disimpulkan bahwa perilaku sosial dapat membentuk kebiasaan tertentu. Seperti halnya penggunaan kain lurik yang berkembang seiring berjalannya waktu, mulai dari zaman kerajaan majapahit sampai sekarang.

DAFTAR PUSTAKA

Ensiklopedi Nasional Indonesia. (1997). Galeri Lurik. II-36.

Krisdinanto, N. (2014). Pierre bourdieu, sang juru damai. Jurnal KANAL, 2(2), 107-206. 

Maria, C.S.S. (2019, Oktober 24). Filosofi dalam motif garis kain tenun lurik. GoodnewsfromIndonesia. Diakses dari: https://www.goodnewsfromindonesia.id/2019/10/24/filosofi-dalam-motif-garis-kain-tenun-lurik

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun