Mohon tunggu...
OKKY BAYU HENDRAWAN
OKKY BAYU HENDRAWAN Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

FISIP Ilmu Komunikasi UAJY 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Mula Komunitas Musik Underground Jogja Every Core (JEC) dan Perkembangannya di Dunia Industri Musik

21 Mei 2022   18:10 Diperbarui: 21 Mei 2022   18:14 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Instagram.com/jogjaeverycore)

Jogja Every Core atau yang akrab disebut sebagai JEC merupakan komunitas penggiat dan penggemar musik dalam lingkaran skema underground yang berbasis di Kota Yogyakarta dan memiliki basecamp di Kono Kae Coffee Yogyakarta. Komunitas JEC didirikan pada bulan Juli 2013 bersamaan dengan adanya acara di Taman Budaya Yogyakarta sehingga sampai saat ini komunitas JEC sudah melebarkan sayapnya selama kurang lebih 9 tahun lamanya. Tak heran jika komunitas JEC memiliki nama yang tak sekadar produk sampingan dari kancah musik underground Yogyakarta. Diketuai oleh Bagas Putra Permana dan memiliki 28 anggota, JEC mempunyai prioritas yaitu kesolidaritas anggota internal yang diimplementasikan dalam bentuk acara makrab, olahraga bersama, dan makan bersama. Penyelenggaraan acara tersebut ditujukan untuk pemberdayaan dan pembinaan anggota, dengan mengadakan gigs minimal satu bulan sekali.

Development program dari Jogja Every Core membuat komunitas ini tidak hanya memberikan pengaruh pada industry musik namun juga dalam kehidupan sosial. Terdapat 5 hal penting yang dilakukan JEC yaitu :

1. Diversity and Gander

Komunitas Jogja Every Core menganut kesetaraan gender dan keberagaman latar belakang dari masing-masing anggotanya. Hal ini dapat dilihat perataan jenis kelamin anggota komunitas, 19% wanita & 81% pria dengan rentang usia 24-25 tahun. Mayoritas pekerja dari para anggota adalah entrepreneur. Dari beberapa orang yang ada di Jogja Every Core, terdapat 5 orang yang mengikuti sekolah musik, baik melalui jalur forma dan non formal dengan taraf kehidupan menengah.

2. Institusi and Behavior

Point community development ini berfokus untuk membantu pembangunan dan pengembangan dari segi finansial seperti perusahaan clothing (Rero Limited, Secret, Vampire Kingdom). Agen penentu visi, misi dan prioritas adalah keseluruhan anggota yang pada setiap tahun diadakan agenda rapat tutup buku. Sedangkan sebagai bentuk untuk menaikkan kulitas sumber daya manusia, pembina (SC) melakukan , coaching clinic dan program pembinaan lainnya.

3. Stakeholder

Stakeholder di JEC terdiri dari beberapa company baik dari internal dan juga eksternal. Company internal yang ikut berperan menjadi stakeholder komunitas Jogja Every Core adalah produser musik, artworker, desainer product. Sedangkan dari sisi eksternal antara lain, konveksi clothing, media partner, komunitas musik di jogja lainnya. Dalam hal ini, JEC memiliki tugas untuk memelihara dan melalukan kontrol dengan stakeholdernya melalui jalur nonformal para anggota JEC nya (dengan memanfaatkan networking yang mereka miliki) serta memberikan informasi secara terbuka (open source).

4. Participation

Secara keseluruhan keterlibatan anggota JEC di dalam mendukung program untuk menjalankan prioritasnya dinilai cukup baik. Sebab dari awal telah dibangun lingkungan organisasi yang dikemas dengan kekeluargaan, kesolidan merekalah yang menjadi tenaga besar untuk menjalan visi dan misinya. JEC memiliki target pasar penikmat musik bawah tanah, sehingga mereka berharap dalam setiap gigs yang digelar dapat mencapai target marketing yang tepat.

5. Social Risk

Aliran musik underground yang JEC anut kerap kali masih susah diterima di masyarakat dan kalangan musik mainstream lainnya, sehingga keberadaan mereka kerap kali dianggap sebagai sebuah gangguan bagi beberapa orang. Untuk mengurangi hal ini, maka JEC melakukan riset terhadap kebutuhan sosial masyarakat sekitar selain untuk membantu, hal ini ditujukan untuk mengambil simpati bahwa komunitas ini tidak hanya berfokus pada kegiatan music saja namun juga kegiatan sosial.

(Instagram.com/jogjaeverycore)
(Instagram.com/jogjaeverycore)

Selama 5 tahun berjalan, bukan hal yang mudah dikarenakan kancah musik underground masih sering sulit diterima oleh semua kalangan masyarakat. Dengan menggunakan dendrogram atau pohon masalah Silverman (1994), dampak dari adanya komunitas JEC pada masyarakat dapat di analisa. Beberapa penyebabnya berasal dari beberapa faktor yaitu kecenderungan musik underground yang sudah mendapatkan stigma negatif dikarenakan musiknya yang sangat keras dan dentuman cepat. Hal tersebut akan membawa dampak yang lebih besar khususnya pada promosi band karena sirkuit musik underground hanya akan diterima pada penikmat aliran music ini saja. Akibatnya anggota JEC mengalami penurunan pemasukan dan penurunan peminat karena promosi music underground yang belum dapat diterima secara baik oleh masyarakat luas. Namun, dengan adanya masalah tersebut JEC tidak menyerah untuk berhenti berkarya. JEC melakukan pemberdayaan band-band yang ada pada naungan komunitas dengan terus mengadakan performance, coaching training, dan melakukan promosi melalui media sosial Instagram di akun @jogjaeverycore mereka. Selain dilakukan untuk mengembangkan komunitasnya, hal ini juga dilakukan dengan tujuan agar komunitas tetap bertahan. Tidak hanya itu, untuk dapat melebarkan sayapnya, JEC juga ingin menjalin kerjasama dengan beberapa konveksi, antara lain: Rero Limited, Secret, dan Vampire Kingdom untuk menambah dukungan finansial JEC.

Referensi

  • Silverman, Steven N. and Nori L. Silverman. 1994. Using Total Quality Tools for Marketing Research: A Qualitative Approach for Collecting Organizing, and Analyzing Verbal Response Data.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun