Mohon tunggu...
OKKY BAYU HENDRAWAN
OKKY BAYU HENDRAWAN Mohon Tunggu... Foto/Videografer - Mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta

FISIP Ilmu Komunikasi UAJY 2020

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Asal Mula Komunitas Musik Underground Jogja Every Core (JEC) dan Perkembangannya di Dunia Industri Musik

21 Mei 2022   18:10 Diperbarui: 21 Mei 2022   18:14 1052
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Instagram.com/jogjaeverycore)

5. Social Risk

Aliran musik underground yang JEC anut kerap kali masih susah diterima di masyarakat dan kalangan musik mainstream lainnya, sehingga keberadaan mereka kerap kali dianggap sebagai sebuah gangguan bagi beberapa orang. Untuk mengurangi hal ini, maka JEC melakukan riset terhadap kebutuhan sosial masyarakat sekitar selain untuk membantu, hal ini ditujukan untuk mengambil simpati bahwa komunitas ini tidak hanya berfokus pada kegiatan music saja namun juga kegiatan sosial.

(Instagram.com/jogjaeverycore)
(Instagram.com/jogjaeverycore)

Selama 5 tahun berjalan, bukan hal yang mudah dikarenakan kancah musik underground masih sering sulit diterima oleh semua kalangan masyarakat. Dengan menggunakan dendrogram atau pohon masalah Silverman (1994), dampak dari adanya komunitas JEC pada masyarakat dapat di analisa. Beberapa penyebabnya berasal dari beberapa faktor yaitu kecenderungan musik underground yang sudah mendapatkan stigma negatif dikarenakan musiknya yang sangat keras dan dentuman cepat. Hal tersebut akan membawa dampak yang lebih besar khususnya pada promosi band karena sirkuit musik underground hanya akan diterima pada penikmat aliran music ini saja. Akibatnya anggota JEC mengalami penurunan pemasukan dan penurunan peminat karena promosi music underground yang belum dapat diterima secara baik oleh masyarakat luas. Namun, dengan adanya masalah tersebut JEC tidak menyerah untuk berhenti berkarya. JEC melakukan pemberdayaan band-band yang ada pada naungan komunitas dengan terus mengadakan performance, coaching training, dan melakukan promosi melalui media sosial Instagram di akun @jogjaeverycore mereka. Selain dilakukan untuk mengembangkan komunitasnya, hal ini juga dilakukan dengan tujuan agar komunitas tetap bertahan. Tidak hanya itu, untuk dapat melebarkan sayapnya, JEC juga ingin menjalin kerjasama dengan beberapa konveksi, antara lain: Rero Limited, Secret, dan Vampire Kingdom untuk menambah dukungan finansial JEC.

Referensi

  • Silverman, Steven N. and Nori L. Silverman. 1994. Using Total Quality Tools for Marketing Research: A Qualitative Approach for Collecting Organizing, and Analyzing Verbal Response Data.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun