Mohon tunggu...
Okky Oktora
Okky Oktora Mohon Tunggu... wiraswasta -

Terlahir dari keluarga yang kurang harmonis, mendidik hidup menjadi dewasa sebelum waktunya, tidak ada kasih sayang dan hidup tidak boleh manja. secara tidak langsung jiwa kecil merekam semua alur jalan hidup yang dialami selama ini, dan mencoba menuangkannya dalam bait-bait tulisan... tinta merah kehidupan...

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Balada Pohon Kesepian..

1 Oktober 2011   17:09 Diperbarui: 26 Juni 2015   01:26 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com


Pohon itu masih ada

tertatih mencoba berdiri bertahan

ditebing yang tinggi

menyendiri

diantara jurang yang curam

jauh diatas air yang mengalir tenang namun menghanyutkan

Pohon itu masih sendirian

setelah satu pohon lainnya lenyap dijarah orang

batangnya penuh goresan rantingnya pun

rapuh berserakan ditanah yang gersang

air yang mengalir tenang

senantiasa melambai mengajaknya

jatuh lalu hanyut lebih dalam

tapi pohon itu

bertahan..

sampai saat datang hujan

yang membawa kesejukan ditengah kesendirian

yang memberi energi kehidupan

airnya yag mengalir lembut

mendinginkan setiap goretan goresan lukanya

pohon itu kini terlihat berdiri tegak

akarnya mulai menguat lagi

walau masih terlihat jelas

bekas goresan-goresan keras dibatangnya

hujan yang datang

perlahan-lahan menghapus goresan yang terbekas

yang tak mungkin bisa hilang

hujanlah yang telah menguatkan

akar-akarnya untuk menancap lebih dalam

pohon itu..

akarnya kini menancap kokoh menembus celah tebing

pohon itu kembali berdiri rindang, banyak kicauan terdengar di rimbunnya dedaunan

hujan itu selalu menyirami tanpa lelah

seakan mengerti dengan apa yang pohon ingini

kuncup bunga satu persatu menyembul

menyiratkan keindahan disaat

yang akan datang

tapi..

saat kuncup mulai mengembang

hujan itu tak datang lagi

bahkan untuk sekedar embunnya

pohon itu tak bisa lagi merasakan

pohon itu kembali pada kesendirian

harus merelakan kuncupnya yang layu

sebelum me-mekar

kicauannya tak lagi terdengar

karena burung-burung pun enggan lagi

membuat sarang diranting

yang kerompang

hujan tak kunjung datang

saat daun-daun  mulai berjatuhan

pohon itu..

masih mencoba bertahan tanpa hujan

hujan yang datang hanya sebatas pengaharapan

karena datang saat gelap malam

saat matahari tak lagi memberi penghidupan

saat hangatnya tak lagi hujan dapatkan

entah hujan kapan akan datang lagi

untuk menyirami

atau mungkin telah lupa

karena banyak pohon yang mengharap

kesejukannya

atau hujan sedang bercengkrama dengan

hangatnya mentari  yg hanya sesaat

pohon itu masih menyendiri

tak banyak lagi berharap hujan akan datang

masih bertahan

walau satu persatu pasti

daun dan ranting terus berjatuhan

akarnya pun mulai goyah untuk menopang batang

yang berusaha menggapai hujan diawan

pohon itu..

hanya mengadu kepada alam

sang pemilik hujan dan matahari

pohon itu..

tak pernah lagi berharap akan datang hujan

hanya bertahan

dan menunggu batangnya goyah

dan akarnya lemah

pohon itu..

lunglai

menunggu hanyut

atau terbuang.

Pohon itu tak lagi mengharap hujan datang.

bandung, Mei 2011

Pagi di jalur Tol Purbaleunyi..

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun