Kelompok gerilyawan Islamic State in Iraq and al-Sham (ISIS) atau sekarang dikenal sebagai Islamic State (IS), belakangan makin menghebohkan masyarakat dunia, baik umat muslim maupun non-muslim. Umat muslim heboh karena kelompok radikal ini menggunakan ayat-ayat suci untuk menjustifikasi berbagai tindakan-tindakan kejam yang mereka lakukan. Seperti penculikan, penyembelihan manusia, pemerkosaan dan lain sebagainya. Bahkan beberapa waktu lalu, kelompok ini sempat berencana untuk mem-bom Kota Mekah dan Kabah.
Sementara bagi umat non muslim, yang selama ini memang sudah mulai dihinggapi Islamophobia, semakin curiga dan takut terhadap Islam karena mereka menganggap IS adalah representasi Islam. IS tidak segan-segan me-mancung leher masyarakat sipil, merekamnya, dan mengunggahnya ke internet selama orang itu adalah non-muslim.
Berbagai pertanyaan kemudian muncul. Siapa dibalik IS ini? Kenapa baru sekarang mereka menjadi sangat berkuasa dan merajalela? Apa motivasi mereka sebenarnya?
Banyak pihak menduga IS tidak lain adalah boneka CIA (Central Intelligence Agency) dari Amerika untuk memecah belah umat Islam serta menyebarkan rasa takut terhadap agama ini. Artinya, segala tindakan IS dibiayai oleh pemerintah Amerika.
Namun kalau kita lihat IS dari lebih jauh dengan menanggalkan segala atribut motivasi keagamaan, jihad, pendirian khilafah dan sebagainya, saya menduga motivasi dari IS adalah motivasi ekonomi. Bisa jadi motivasi ini timbul dari awal pendiriannya di tahun 2003, atau bisa jadi setelahnya seiring dengan perkembangan situasi.
Dulu pada awal berdirinya, dana operasional IS memang sangat bergantung kepada pendonor-pendonor kaya dari Teluk Persia. Dan dugaan bahwa dana tersebut bersumber dari Amerika bisa jadi benar. Namun saat ini IS telah berubah menjadi salah satu entitas finansial raksasa di dunia.
Jika diibaratkan sebuah perusahaan, maka IS memiliki pendapatan kotor lebih dari USD 3 juta per hari. Pendapatan jumbo ini mereka dapatkan dari penyelundupan minyak, perdagangan manusia, pencurian/ perampokan, dan pemerasan.
Islamic State berhasil menguasai sebagian besar wilayah Syiria dan Irak. Akibatnya, mereka juga menguasai 11 ladang minyak produktif di kawasan tersebut. Minyak itulah yang kemudian diselundupkan dan dijual untuk memperoleh pendapatan. Meskipun pihak Kurdi di Irak mengatakan mereka akan berusaha menghentikan penyelundupan minyak oleh IS, namun di lapangan tidak semudah itu. Ternyata penyelundupan yang dilakukan oleh IS dijalankan secara terang-terangan saja. Sebab para petugas-petugas di sepanjang perbatasan semuanya bisa di suap, sehingga truk-truk minyak IS bebas saja keluar masuk.
Untuk memudahkan penjualan, IS memberikan diskon pembelian terhadap minyak yang mereka produksi. Jika harga normal minyak per barrel adalah USD 100, IS bersedia bernegosiasi hingga harga USD 60 per barrel. Tercatat laba IS dari penjualan minyak saja mencapai USD 2 juta hingga USD 3 juta perhari.
Pendapatan juga didapat dari pencurian dan perampokan. Seperti saat mereka berhasil menguasai kota Mosul, dilaporkan IS berhasil menguasai uang cash berjumlah ratusan juta dollar amerika dari berbagai Bank yang ada di kota tersebut.
Pendapatan tambahan didapatkan kelompok ini dengan menyelundupkan barang-barang antik yang mereka dapatkan di Irak dan dijual di Turki. Juga ada pendapatan dari penjualan manusia (human traficking), perempuan-perempuan dan anak-anak di daerah yang mereka kuasai. Belum lagi pendapatan dari hasil pemerasan pembayaran tebusan dari tawanan-tawanan yang mereka culik. Seperti pada kejadian beberapa saat lalu, saat IS membebaskan 4 warga Perancis dan 2 jurnalis Spanyol setelah pemerintah kedua negara membayar tebusan yang nilainya jutaan dolar amerika.
Semuanya memberikan pendapatan tambahan kepada IS hingga ribuan dollar amerika perhari nya.
Belum lagi berbagai macam “pajak” yang mereka pungut dari penduduk di daerah-daerah yang telah mereka kuasai, yang juga meberikan tambahan pendapatan kepada IS.
Dengan demikian, ini berarti IS telah berhasil melampaui kelompok teroris manapun yang pernah muncul dalam sejarah. Oleh karena itu, itulah makanya IS menjadi kelompok teroris yang paling menakutkan bagi siapapun.
Jika kelompok-kelompok terorisme lain yang pernah ada selalu bergantung kepada pendonor dan mereka terikat kepada kemauan pendonor tersebut, tidak demikian halnya dengan IS. Kalaupun awalnya IS di danai oleh badan intelijen Amerika dan harus tunduk kepada kepentingan negara adidaya tersebut, sekarang belum tentu demikian. Adanya kemandirian secara finansial menjadikan IS tidak terikat kepada siapapun. Maka tidak heran jika intelijen Amerika sempat kelimpungan saat IS mengumumkan akan menyerang Amerika.
Dengan adanyanya kemampuan mendapatkan pendapatan jumbo tersebut, IS adalah kelompok teroris yang paling berbahaya dan paling menakutkan. Di masa lalu, kelompok-kelompok teroris biasanya bergerak di bawah tanah dan selalu mengalami kesulitan dalam mendapatkan dana operasional, tidak demikian halnya dengan IS. Ini adalah kelompok teroris generasi baru yang lebih kuat dan mandiri. Menarik sekali untuk mengikuti perkembangan kelompok ini di kemudian hari. Kondisi ini memberikan jawaban menakutkan terhadap pertanyaan yang paling utama. Apakah nantinya mereka berhasil menjalankan misi mereka? Dalam jangka panjang, bisa jadi jawabannya iya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H